Film Keluarga Cemara berhasil raih sejuta penonton di hari ke-10 penayangannya. Hal tersebut enggak terlepas dari kontribusi berbagai pihak. Salah satunya dari para pemain yang berhasil ngasih pengalaman nonton film keluarga yang mengharukan sekaligus menginspirasi.
Kepiawaian para pemain bukan jadi satu-satunya faktor penentu kesuksesan. Namun, kepiawaian mereka bisa mengantarkan film Keluarga Cemara jadi film pertama di 2019 yang sukses tembus sejuta penonton dan raih berbagai penghargaan. Cerita di balik layar film ini pun menarik dibagikan kepada publik karena sama-sama menginspirasi.
Kincir.com berkesempatan untuk ngobrol lebih dekat dengan para pemain. Penasaran? Berikut lima poin utama keseruan di balik layar bersama Nirina Zubir (Emak), Zara JKT48 (Euis), Kafin Sulthan (Deni), dan Joshia Frederico (Andi). Yuk, kepoin!
1. Faktor Adanya Aktor Ternama
Para pemain akhirnya menerima tawaran main di film Keluarga Cemara karena keterlibatan Visinema Pictures dan beberapa aktor ternama seperti Nirina Zubir dan Ringgo Agus Rahman. Kedua aktor tersebut udah jadi daya tarik utama para pemain muda untuk menerima tawaran bermain di film ini. Joshia dan Kahfi pun yang awalnya hanya bermain di drama musikal, enggak pikir dua kali untuk menerima tawaran tersebut karena faktor aktor ternama.
Ternyata, enggak hanya dari aktor dan rumah produksi, keterlibatan Yandy Laurens sebagai sutradara juga jadi pertimbangan mereka. Diungkapkan oleh Nirina Zubir, dia akhirnya menerima karena Visinema dan Yandy yang pendekatannya udah dibikin senang. Terlebih, dia punya lawan main yang notabene sahabatnya, Ringgo.
“Awalnya karena Visinema. Trus, dikasih tahu main film Keluarga Cemara dan pemeran utamanya Ringgo Agus. Diterima casting, ketemu Yandy, udah enak banget di awal cara ngasih tahunya. Akhirnya, menerima dengan happy,” ungkap pemeran Emak.
2. Yandy Laurens Jadi Sutradara Favorit
Yandy Laurens jadi sutradara favorit para pemain. Para pemain mengaku bahwa cara dia mengarahkan juga enggak menggurui. Mereka merasa nyaman dan enggak terlalu terbebani. Sosok Yandy yang humble kepada semua orang bikin para pemain merasa seperti keluarga. Meski lelah, semua senang, dan kerja kerasnya terbayar.
“Dia, tuh, kalau nge-direct bener-bener mengarahkan. Dia jago banget menjelaskan sesuatu. Dia hebat banget menjelaskan sesuatu dengan deskriptif,” ujar Kafin dan Joshia.
3. Harus Pintar Jaga Mood
Berperan di film Keluarga Cemara bukanlah hal yang mudah. Meski film keluarga dengan premis sederhana, akting yang ditampilkan justru lebih serius. Apalagi, beberapa pemain harus bisa menjaga mood agar karakternya terus terjaga.
Sebagian besar pemain melakukannya selama proses reading. Para karakter anak-anak harus sering bermain bersama dan bernyanyi untuk menciptakan chemistry antar sesama. Termasuk karakter orang tua seperti Emak dan Abah.
“Karena Yandy ngarahinnya enak banget, didukung suasana nyaman, nyanyi-nyanyi, main bareng. Kenyamanan yang penting. Jadi enggak terasa bosan,” ujar Nirina.
4. Berubahnya Pandangan Tentang Keluarga
Berubahnya pandangan tentang keluarga dialami Nirina. Dulu, Nirina menghadapi masalah, to-the-point selesaikan masalah. Setelah memerankan Emak, dia jadi lebih tenang. Dia memantau dulu apa masalahnya dan di saat yang tepat, dia bakal bicara. Nirina belajar dari sosok Emak dalam menghadapi masalah jadi lebih dewasa.
Begitu juga seperti yang dialami oleh Zara JKT48 yang mengungkapkan bahwa dia juga mendapat makna lain tentang keluarga. Sebelumnya, dia menganggap bahwa keluarga hanya sekadar orang yang selalu ada buatnya. Namun, setelah membintangi film ini, Zara mendapatkan makna yang lebih dalam mengenai keluarga. Apalagi, dia mengatakan bahwa film tersebut mirip seperi yang dirasakan ibunya.
“Aku biasanya kalau ditanya, suka langsung marah. Sekarang jadi lebih baik-baik gitu ngomongnya. Aku enggak mau ngecewain keluarga aku lagi dengan aku enggak ngabarin,” ungkap Zara.
5. Pelajaran Buat Generasi Post-Milenial
Harus diakui, anak-anak post-milenial bisa dibilang enggak tahu kisah Keluarga Cemara versi serial dan bertanya-tanya, kenapa Keluarga Cemara sebegitu terkenalnya? Hebatnya, film ini justru menampilkan nilai-nilai keluarga versi serialnya yang masih relate dengan keluarga masa kini.
Banyak hal yang bisa dipelajari dari generasi post-milenial tentang film ini. Selain soal keluarga, juga soal pertemanan. Film ini juga ngasih tahu mana pertemanan yang tulus, mana pertemanan yang berdasarkan kepentingan.
“Bertemanlah dengan semua orang. Bukan hanya berteman, jadi juga harus welcome. Intinya, sih, belajar bersyukur,” tutup pemeran Andi dan Deni.
***
Pada akhirnya, film Keluarga Cemara bukan sekadar film keluarga. Film ini juga bisa jadi salah satu acuan moral bagi keluarga masa kini. Ngasih pelajaran bagi para pasangan tentang arti ikatan pernikahan, ngasih pelajaran bagi keluarga untuk saling mendengarkan dan menjaga, juga ngasih pelajaran bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan penuh manfaat.
Nah, bagaimana menurut kalian tentang film Keluarga Cemara? Apakah kalian punya makna lain tentang keluarga setelah menonton filmnya?