Nampaknya perceraian enggak jadi halangan bagi seorang Angelina Jolie untuk terus berkarya. Setelah mengajukan gugatan cerai kepada Brad Pitt pada September lalu, Jolie saat itu ternyata lagi sibuk menggarap proyek film terbarunya yang berjudul First They Killed My Father. Proyek film ini menjadi sebuah hal yang istimewa bagi Jolie, karena film tersebut bercerita tentang konflik Kamboja, yang menjadi tanah kelahiran salah satu anak angkatnya, Maddox Chuvan.
First They Killed My Father merupakan adaptasi dari buku biografi yang ditulis oleh Loung Ung, warga Kamboja yang menjadi korban konflik di era Khmer Merah. Ung, yang saat ini menjadi aktivis anti ranjau, menuliskan kisah hidupnya yang penuh dengan penderitaan, karena harus kehilangan kedua orang tuanya karena konflik tersebut. Biografi Ung berhasil mengundang rasa penasaran Angelina Jolie, karena buku tersebut telah membuka matanya untuk mengetahui apa saja yang terjadi di dunia.
Lewat film ini, Angelina Jolie berusaha membuka mata para penontonnya akan kekejaman konflik kemanusiaan yang pernah terjadi di dunia. Dia ingin membawa sudut pandang dari mata anak-anak korban konflik dalam filmnya. Tentunya enggak hanya penderitaan yang diperlihatkan. Jolie juga akan membawa unsur drama lewat cinta sebuah keluarga. Selain itu dia juga bermaksud untuk menunjukkan kalau Kamboja adalah sebuah negara yang indah meskipun sempat mengalami kehancuran akibat konflik.
Sebagai orang tua dari anak asli Kamboja, Angelina Jolie juga berusaha mengungkap apa yang telah dirasakan anak angkatnya, Maddox Chivan. Maddox merupakan anak yatim piatu yang dia adopsi pada tahun 2002. Kala itu, Maddox tinggal di sebuah panti asuhan di Battambang, yang terletak di wilayah barat laut Kamboja. Kabarnya, Maddox ikut terlibat dalam pembuatan film yang diproduksi oleh Jolie. Hal tersebut terbukti saat Maddox terlihat sedang membaca naskah film tersebut. Dia juga terlihat membantu dengan membuat beberapa catatan, serta hadir dalam rapat produksi.
Untuk produksi filmnya sendiri, Jolie hanya menggunakan aktor-aktor asli Kamboja. Hal itu sengaja dilakukannya untuk mempertahankan gambaran realistis negara Kamboja. Bahkan, sebagian besar aktor yang dipilih Jolie merasakan secara langsung masa-masa kelam Kamboja saat rezim Khmer Merah. Atmosfer Kamboja rezim Khmer Merah ini makin terasa dengan penggunaan bahasa Khmer Merah. Untuk aktor utama, Jolie memilih artis cilik berusia 9 tahun bernama Sareum Srye Moch sebagai pemeran Loung Ung muda.
First They Killed My Father sendiri bukanlah debut pertama Angelina Jolie sebagai sutradara. Jolie tercatat sudah beberapa kali menyutradarai film. Debut pertama Jolie sebagai sutradara dimulai lewat film berjudul A Place in Time. Film ini bercerita tentang keragaman masyarakat dunia yang tetap mempunyai persamaan. Setelah itu, artis yang berusia 40 tahun ini kembali menggarap sebuah film yang berjudul In the Land of Blood and Honey. Film bergenre drama ini bercerita tentang kisah cinta yang terjalin dalam konflik Bosnia. Unbroken menjadi film selanjutnya yang disutradarai Jolie, yang bercerita tentang korban kekejaman tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Jika diperhatikan lagi, semua film garapan Jolie, termasuk First They Killed My Father, memiliki kesamaan. Semuanya berkisah tentang kehidupan seseorang yang menjadi korban kekejaman perang.
Kamboja sendiri memang udah enggak asing bagi Angelina Jolie. Dia pertama kali datang ke Kamboja saat syuting film Tomb Raider pada tahun 2000. Setelah melihat keindahan alam dan ragam masyarakatnya, Jolie mengaku langsung jatuh cinta pada negara yang terkenal dengan Tari Apsara tersebut. Meskipun terpesona dengan keindahannya, nyatanya hal tersebut bukanlah alasan utama Jolie mencintai Kamboja. Menurutnya, Kamboja menjadi "rumah kedua" baginya, karena di Kamboja lah Jolie belajar menjadi seorang ibu. Tanpa Kamboja, dirinya tidak akan pernah dipertemukan dengan Maddox. Makanya, sebagian hatinya akan selalu berada di negara ini dan bagian dari negara itu akan selalu berada di hatinya.
Jolie pada akhirnya mewujudkan cintanya untuk Kamboja dengan memutar perdana film First They Killed My Father di tengah reruntuhan kuil Angkor Thom pada 18 Februari 2017. Pemutaran film itu dihadiri lebih dari 1000 undangan, termasuk Raja Kamboja, Norodom Sihamoni dan Ibu Suri Norodom Monineath. Mereka mengingat kembali kepedihan yang dialami selama masa pemerintahan Khmer Merah. Mereka pun sepakat bahwa masyarakat Kamboja yang lahir dan hidup setelah masa Khmer Merah, harus menonton film ini untuk mengetahui kekelaman yang menjadi sejarah negara tersebut. Filmnya sendiri bisa lo saksikan dalam layanan streaming Netflix.