Horor bisa dibilang menjadi salah satu genre yang diminati banyak orang dalam industri perfilman dunia, termasuk Indonesia. Sebagai bukti, berdasarkan data dari situs Film Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, selalu ada film bergenre horor yang masuk daftar 15 besar film dengan jumlah penonton terbanyak. Apalagi, dalam periode 2016—2018, satu dari empat judul film yang tayang di bioskop adalah genre horor.
Salah satu hal yang bikin film horor Indonesia laris adalah kualitasnya dari segi cerita dan produksi meski IP-nya baru. Mari kita lihat data situs Film Indonesia pada 2018—2019 di bawah ini.
Dok. KINCIR (Diolah dari Film Indonesia)
Melihat data di atas, pada 2018 ada tujuh film horor dari 15 besar film dengan penonton terbanyak. Sedangkan, pada 2019, hanya ada empat judul film Indonesia genre horor yang laris. Dilihat dari satu per-satu di situs rating, film-film tersebut menuai respons positif dari penonton dan kritikus.
Tentunya hal ini cukup mengherankan, karena secara logika, film horor dipastikan mampu membuat penonton bisa merasakan ketakutan. Bahkan, film horor enggak jarang juga bisa bikin mimpi buruk setelah menyaksikannya. Lantas, faktor apa yang membuat film horor menjadi disukai oleh khalayak?
Nah, di bawah ini KINCIR bakal membahas beberapa alasan mengapa genre horor dalam film Indonesia diminati. Yuk, simak!
Ada Hal Positif dari Perasaan Takut
Seperti yang sudah disinggung di bagian awal, sebuah film horor pastinya menciptakan rasa takut serta cemas bagi penontonnya. Namun, ternyata hal ini jugalah yang menjadi salah satu faktor mengapa genre horor disukai banyak orang.
Berdasarkan penelitian Ron Tamborini dan James Stiff (Psikolog Universitas Michigan), diungkapkan bahwa elemen ketakutan dari film horor dapat menciptakan kepuasan dan sensasi tersendiri. Hal ini tertulis dalam jurnal mereka yang berjudul “Human Communication Research”.
Menurut Tamborini dan Stiff, penonton punya keinginan untuk menyaksikan kehancuran yang ada di film horor untuk mendapatkan sensasi. Lalu, cara penonton untuk mendapatkan efek positif dari film horor terbagi menjadi dua. Ada yang mendapatkan efek positif dari ending bahagia suatu film horor dan ada yang mendapatkan kenikmatan dari kekerasan yang ditampilkan film horor.
KINCIR juga melakukan polling kepada pengikut Instagram tentang faktor apa yang membuat mereka menyukai film Indonesia genre horor. Menariknya, dari 224 orang yang mengikuti polling, 37% atau 82 orang ternyata menikmati rasa ketakutan. Ditambah lagi, cerita horor yang ditampilkan di film Indonesia tentunya lebih relate.
Hal serupa pun diungkapkan oleh Arswendy Bening Swara selaku pemeran ustaz di Pengabdi Setan (2019). Menurutnya, penyuka film horor ingin membuktikan seberapa takut dirinya terhadap film tersebut.
“Sebagai pemain, saya melihat film horor punya tren yang bikin masyarakat ‘latah’ melalui sensasi kengerian tersebut, seperti uji nyali. Selama orang masih memiliki rasa takut, film horor akan terus digemari,” ungkap Arswendy kepada KINCIR.
Kengerian dalam film Indonesia genre horor banyak macamnya. Mulai dari jump scare, permainan visual efek, sosok hantu yang seram dan jijik, sampai soal ceritanya.
Contohnya, film trilogi Danur yang raih lebih dari 2 juta penonton selama penayangannya dan Perempuan Tanah Jahanam. Film-film tersebut bukan hanya menjual jump scare, tapi memang punya cerita yang mencekam. Enggak percaya? Kalian bisa tonton filmnya dan simak respons dari para kritikus.
Jadi Ajang ‘Lebih Dekat’ dengan Kerabat
Mayoritas penonton film horor kebanyakan memilih untuk menyaksikan genre tersebut bersama orang lain, baik itu teman, pacar, maupun keluarga. Menurut Kimo Stamboel yang sudah beberapa kali menjadi sutradara film horor, genre ini bahkan bisa membuat penontonnya lebih dekat dengan orang lain.
“Dengan kebersamaan kalian nonton di bioskop, rame-rame, itukan jadi keseruan tersendiri,” ucap sutradara Ratu Ilmu Hitam (2019) tersebut kepada KINCIR.
Argumen tersebut ini nyatanya sejalan dengan penelitian dari Dr. Katherine Brownlowe, seorang psikiatri Universitas Ohio. Menurutnya, film horor bisa membuat hubungan orang semakin dekat ketika orang bisa saling berbagi ketakutan dan terciptalah rasa keintiman. Jadi, selain mengurangi rasa takut ketika menonton, menyaksikan bersama teman atau keluarga, justru bisa menambah kedekatan.
Keyakinan Akan Adanya Makhluk Gaib
Dalam ajaran agama apapun, ada satu sosok yang kerap digambarkan sebagai makhluk tak kasatmata yang sering mengganggu manusia. Yap, makhluk yang dimaksud adalah hantu atau setan. Tentunya, banyak orang yang mempercayai keberadaan dari para makhluk tersebut, terlepas mereka mempelajari ilmu agama secara mendalam ataupun enggak.
Kimo pun menambahkan, “Di agama manapun, pasti ada hal-hal yang seperti itu (hantu). Jadi menurut saya akan membuat orang secara otomatis menyukai hal tersebut.”
Maka, enggak mengherankan apabila kebanyakan film horor di zaman dulu kerap menghadirkan tokoh agama di dalamnya, seperti sosok ustaz atau pendeta. Contohnya adalah dalam Pengabdi Setan (1980) yang mana hanya sosok ustaz serta ilmu agamanya mampu mengalahkan sosok setan pada filmnya.
Hal ini memperkuat pola pikir pada penonton bahwa makhluk gaib yang mereka selama ini percayai ada di dunia dapat dikalahkan jika mendalami ilmu agama.
Mitos Kerap 'Menakuti' Masa Kanak-kanak
Sejak masih kecil, kita sering ditakut-takuti oleh orang dewasa dengan cerita berbau mistis agar enggak berbuat nakal, terutama mereka yang tinggal di Indonesia. Contohnya, dulu kita enggak boleh keluar ketika magrib karena menurut mitos bisa diculik oleh sesosok makhluk gaib yang menyeramkan.
Menurut Arswendy, masyarakat Indonesia memang sudah lekat dengan hal yang berbau mistis sejak dulu. Alhasil, cerita-cerita mistis yang kerap ‘didongengkan’ sejak masih kecil juga berpengaruh terhadap faktor seseorang menyukai film horor. Dari mitos tersebut, bisa saja muncul rasa penasaran dalam diri seseorang mengenai wujud dari sosok hantu yang diceritakan, seperti pocong, kuntilanak, wewe gombel, dan masih banyak lagi.
Nah, film horor menjadi sebuah media yang menggambarkan wujud tersebut bagi khalayak. Apalagi, dari segi rupa, hantu-hantu dalam film Indonesia jauh lebih beragam dan menyeramkan dibanding yang muncul dalam film horor luar negeri.
“Saya akui, Indonesia begitu dahsyat mengeksploitasi bentuk-bentuk yang menyeramkan. Itu berangkat dari fantasi. Yang biasanya putih dan berambut panjang, para sineas muda menilai bentuk tersebut mungkin sudah biasa dan usang. Makanya muncul bentuk-bentuk ekstrem lainnya,” tutur pria kelahiran 1957 tersebut kepada KINCIR.
Film Horor Jadi Tantangan yang Menyenangkan
Jika melihat perkembangan beberapa tahun terakhir, film dengan genre horor bisa dibilang selalu bisa memikat jumlah penonton yang banyak di bioskop. Bahkan, menurut Wicky V. Olindo yang kerap menjadi produser di film horor, ada stigma bahwa membuat film horor lebih aman dibanding genre lain. Kimo Stamboel pun enggak memungkiri bahwa dirinya lebih tertarik buat menggarap genre tersebut.
“Entah kenapa saya suka horor dari kecil. Alasan tertarik karena suka aja terhadap tema-tema yang berbau nuansa itu (horor). Karena sejak awal karier juga genre ini mendalam banget di saya,” ucap Kimo.
Namun, kegemaran para sineas dalam menggarap sebuah film horor justru malah dijadikan sebuah tantangan oleh penontonnya. Apalagi, sutradara kerap menghadirkan racikan yang berbeda dalam tiap filmnya untuk membuat penontonnya ketatukan, seperti jump scare. Hal ini jugalah yang disukai pencinta horor dan membuat mereka menjadi penasaran seperti apa treatment baru yang ada di filmnya.
Alasan ini selaras dengan penelitian Dr. Brownlowe yang mengatakan bahwa akan terasa menyenangkan ketika mengalami suatu hal yang mengerikan, tapi kita baik-baik saja, layaknya menonton film horor. Dampaknya, kita jadi enggak terlalu takut lagi dengan hal mengerikan lainnya di kehidupan nyata setelah menonton film horor.
Jadi, dengan menantang diri sendiri buat menyaksikan film horor, kita justru membuang rasa kegelisahan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
***
Film horor memberikan experience tersendiri, bukan hanya bagi penikmatnya, tapi juga pembuatnya. Nah, bagaimana dengan kalian? Apakah poin-poin di atas jadi alasan kalian suka film horor Indonesia?