– Film Indonesia di bawah ini beri gambaran sejarah Indonesia sebelum benar-benar merdeka.
– Rekomendasi tontonan untuk momen Hari Kemerdekaan Indonesia.
Keceriaan hari kemerdekaan sepertinya enggak bisa kita rasakan secara maksimal pada perayaan tujuh belasan tahun 2020 ini. Pandemi COVID-19 bikin ruang gerak kita menjadi terbatas, padahal, perayaan kemerdekaan identik sama aktivitas kumpul-kumpul sama banyak orang.
Namun, dalam setiap keadaan yang buruk, manusia selalu bisa menemukan penghiburan. Hal yang sama juga bisa berlaku kepada kalian saat harus mengisi hari kemerdekaan dengan cara yang berbeda.
Beberapa film Indonesia terkait kebangsaan bisa bikin kita bersyukur udah pernah merdeka dari kolonialisme dan hal-hal buruk lain yang menimpa negara kita di masa lalu. Daripada meratapi masa normal baru yang terpaksa kita lakukan gara-gara pandemi ini, nonton aja yuk film Indonesia yang bikin kita bersyukur karena bangsa kita sudah merdeka dan semakin maju.
1. Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015)
Film ini berkisah tentang perjalanan hidup H.O.S. Tjokroaminoto, seorang kaum ningrat Jawa kelas atas yang rela meninggalkan ‘kelas sosialnya’ buat menjadi kuli pelabuhan dan menjadi pekerja lainnya. Di sana, dia kerap kali menerima ketidakadilan dari pemerintah Belanda, bahkan merasakan penindasan Belanda terhadap para pekerja Nusantara.
Menonton Tjokroaminoto membuat kita geram banget sama kelakuan penjajah di masa lalu, karena alih-alih sopan, sebagai pendatang mereka malah menindas dan berlaku seenaknya (walaupun hal itu enggak bisa dilepaskan dari kesalahan para raja Nusantara di masa lampau yang gampang diadu domba).
Kisah ekspatriat yang suka memandang sebelah mata orang Indonesia memang masih terdengar sampai sekarang, tetapi, saat ini mereka sudah enggak berani menindas kita karena Indonesia adalah negara yang berdaulat dengan berbagai peraturan ketat yang berlaku.
2. Surat dari Praha (2016)
Bukan tentang kolonialisme,Surat dari Praha mengambil kisah tentang para mahasiswa Indonesia di Eropa Timur pada dekade 1960-an yang pada akhirnya sulit pulang karena masalah politik dan pergantian kekuasaan.
Laras, harus menyerahkan kotak berisi surat sang ibu untuk seorang pria tua bernama Jaya yang bermukim di Ceko, Praha. Ibunya enggak deket sama dia dan dia melakukan hal itu hanya demi warisan.
Waktu mengetahui kalau Jaya adalah mantan kekasih sang ibu yang enggak bisa pulang, Laras marah dan menuding Jaya sebagai penyebab dinginnya sang ibu selama ini. Dibalut latar Ceko yang indah dan artistik, kita bisa ngerasain kesendirian dan kesedihan Jaya, yang seolah tetep enggak bisa terobati meskipun tahun demi tahun sudah berlalu.
Cepatnya arus informasi zaman sekarang membuat hal semacam itu sulit terjadi, kecuali kalau kalian adalah buron di negara sendiri. Keadaan politik yang lebih kondusif, meskipun masih banyak kekurangannya, setidaknya masih lebih baik ketimbang apa yang dialami oleh para mahasiswa cerdas Indonesia di masa 1960-an.
3. Soegija (2012)
Sulit buat enggak tersentuh saat menonton Soegija. Ia bukan sekadar kisah keagamaan, lebih daripada itu, film ini berkisah tentang kemanusiaan. Albertus Soegijapranata atau Soegija merupakan uskup pribumi pertama Gereja Katolik Indonesia.
Mengambil latar Indonesia dekade 1940-an, ada banyak konflik yang terjadi di dalam film ini akibat perang. Tentang ibu yang terpisah sama anaknya, penjajah yang merindukan rumah, hingga tentara Belanda yang rindu akan ibunya setelah melihat seorang bayi di medan perang.
Soegija, sebagai uskup, melakukan diplomasi diam-diam, salah satunya dengan mengirimkan surat ke Vatikan buat mengakui kemerdekaan Indonesia. Enggak cuma itu, dia juga menjadikan gereja sebagai tempat perlindungan. Menonton Soegija membuat kita bersyukur atas apa yang kita punya sekarang: negara yang berdaulat, teman, saudara, semua hal di sekitar kita.
4. Sang Kiai (2013)
Meskipun durasinya enggak selama Belanda, penjajahan Jepang di Indonesia membawa trauma yang cukup besar. Bangsa Jepang lebih keras, kejam, bahkan enggak segan-segan mengeluarkan berbagai macam peraturan yang sama sekali enggak manusiawi.
Perjuangan buat mengusir penjajahan Jepang ini datang dari berbagai kalangan, termasuk kalangan santri dan kyai. K.H. Hasyim Asy’ari, pimpinan pondok pesantren di Jombang, juga memperjuangkan hal ini. Dia bahkan memberikan semangat kepada para santri untuk melakukan perlawanan.
Film biopik Sang Kiai cocok buat kalian tonton apabila pengin tahu perjalanan hidup K.H. Hasyim Asy’ari dan bagaimana semua orang saling bahu membahu buat kemerdekaan Indonesia pada masa itu.
5. Jenderal Soedirman (2015)
Jenderal Soedirman adalah sosok pahlawan yang terkenal akan taktik gerilyanya. Rupanya, taktik ini berhasil dalam menundukkan Belanda, membuat mereka menandatangani perjanjian Roem-Royen.
Jenderal Soedirman adalah sosok pahlawan yang penuh sama nilai perjuangan dan kesetiaan. Untuk kalian yang merasa patah semangat dengan diri sendiri dan mungkin negara ini, film Jenderal Soedirman akan mengingatkan kalian bahwa semua hal butuh perjuangan, dan dalam setiap kesusahan, alih-alih ngeluh, sebaiknya perjuangkan sesuai apa yang kita bisa.
6. Tjoet Nja' Dhien (1988)
Old but gold, itulah yang terasa dalam film yang dibintangi sama Christine Hakim. Film lawas yang masih layak dibilang bagus sampai sekarang. Siapa, sih, yang enggak kenal sama Cut Nyak Dien? Dia adalah seorang pejuang perang Aceh melawan Belanda.
Cut Nyak Dien adalah simbol kekuatan perempuan, tetapi sekadar mempelajari tentang kisahnya dari buku sejarah pastinya membosankan. Menonton film Tjoet Nja’ Dhien memberikan kalian gambaran yang menyenangkan tentang perjuangannya di tengah medan perang dan mengapa dia layak dikagumi. Well, keberanian memang enggak mengenal gender.
7. Lewat Djam Malam (1954)
Berkisah tentang Indonesia yang sudah lepas dari penjajahan Belanda, Lewat Djam Malam justru memberikan sebuah impresi yang enggak enak tentang “kemerdekaan yang datang tepat usai penjajahan”. Iskandar merupakan seorang veteran pejuang kemerdekaan. Lepasnya Indonesia dari penjajah seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan baginya.
Namun, dia malah merasa ‘asing’ saat harus balik ke tengah masyarakat normal. Tanpa dia sadari, dia terjebak dalam kondisi perang di masa lalu dan merasa kebingungan untuk memulai hidup sebagai orang normal.
Post Traumatic Stress Disorder alias PTSD kerap terjadi sama para veteran perang. Mereka masih terbayang-bayang sama kondisi perang dan ketika kembali ke tengah masyarakat, mereka bingung harus berbuat apa.
Di zaman modern ini, sebagian besar rakyat Indonesia enggak harus mengalami hal tersebut. Apalagi, akses informasi terkait kesehatan jiwa udah makin merata, jadi, ketika kalian merasa ada yang enggak beres sama pikiran kalian, kalian bisa bertanya pada ahlinya.
***
Bicara soal konsep kemerdekaan memang subjektif dan enggak ada habisnya. Namun, pada era modern di mana semua hal bisa jadi kemungkinan, kalian bisa mulai menciptakan kemungkinan buat masa depan kalian dan memaknai kemerdekaan sesuai dengan keinginan.
Setiap zaman punya kesulitannya masing-masing, dan menonton film Indonesia di atas membuat kalian lebih bersyukur terhadap apa yang kalian hadapi di masa kini.