5 Film Indonesia Tema Agama yang Tuai Pro dan Kontra

– Film Indonesia di bawah ini mengangkat cerita ‘berani’ yang cenderung sensitif.
– Beberapa film menuai prestasi, baik secara penghargaan maupun jumlah penonton.

Film bertema agama sama sulitnya dengan genre lain. Jika salah informasi, bisa-bisa menuai kontroversi yang berakhir dilarang tayang. Sebelumnya, ada serial Messiah yang sempat ramai karena mengingatkan kita pada ‘tipu-daya Dajal’, hingga ditolak tayang di Yordania karena dianggap melecehkan hukum negara. Sebenarnya, jauh sebelum Messiah, beberapa film Indonesia juga mengalami penolakan karena tema yang diangkat cenderung sensitif.

Uniknya, beberapa diantaranya malah laris meski menuai protes dari berbagai kalangan. Nah, yang ingin KINCIR sebutkan, bahwa film Indonesia di bawah ini bukan berarti enggak patut ditonton. Malah beri pandangan baru tentang Islam. Namun, tetap saja enggak boleh ditelan mentah-mentah, ya.

Langsung saja, simak deretan film Indonesia yang angkat tema agama tapi menuai pro dan kontra di bawah ini!

1. Mengaku Rasul: Sesat (2008)

Via istimewa

Mengaku Rasul: Sesat yang disutradarai oleh Helfi Kardit ini berdasarkan peristiwa aliran sesat yang marak terjadi di Indonesia di era tersebut. Film ini menceritakan kisah di balik sebuah padepokan di Jawa Barat yang sebenarnya merupakan kedok sang guru memanfaatkan agama untuk meraih harta dan kekuasaan.

Film yang dibintangi Ray Sahetapy dan Ihsan Tarore ini sempat diprotes dan ditahan LSF karena penyalahgunaan ajaran Islam. Apalagi, film ini memperlihatkan seorang yang mengaku sebagai utusan Tuhan, cara penghapusan dosa, dan jaminan masuk surga dengan cara membeli sertifikat. Penasaran? Kalian bisa nonton film Indonesia tema religi ini di Catchplay.

2. Doa yang Mengancam (2008)

Via istimewa

Doa yang Mengancam juga menuai protes karena alur ceritanya yang berani. Film garapan Hanung Bramantyo ini menceritakan seorang kuli angkut bernama Madrim (Aming) yang merasa dirinya mempunyai nasib paling malang di dunia. Oleh sebab itu, Madrim mencoba untuk salat.

Akan tetapi nasibnya tak kunjung berubah. Akhirnya Madrim memutuskan mengancam Tuhan dan memberi waktu selama tiga hari untuk mengabulkan doanya. Jika enggak terkabul juga, dia akan berpaling untuk memuja setan.

Tentu cerita tersebut memancing kontra dari masyarakat. Film ini dikritik karena dianggap menyalahgunakan makna doa. Di samping itu, film ini tetap tayang dan Aming dipuji berkat aktingnya.

3. Perempuan Berkalung Sorban (2009)

Via istimewa

Perempuan Berkalung Sorban mengangkat kisah Anisa (Revalina S. Temat), seorang perempuan cerdas, berani, dan berprinsip kuat yang hidup di tradisi Islam konservatif. Dalam lingkungannya, kepercayaan ilmu yang paling benar hanyalah pada Al-Qur’an, Hadis, dan Sunnah. Sementara, buku-buku ilmu pengetahuan modern dianggap menyimpang.

Film drama romantis yang dibalut dengan nuansa Islami ini diangkat dari sebuah novel karya Abidah El-Khalieqy dengan judul yang sama. Film yang fenomenal pada 2009 ini telah menuai protes karena menampilkan citra pesantren yang negatif. Bahkan, sempat terjadi sebuah gerakan masyarakat untuk memboikot film ini dari peredaran.

Di tengah kontroversi, film yang dibintangi Reza Rahadian dan Revalina S. Temat ini tetap diputar dan peminatnya pun enggak bisa dibilang sedikit. Total, film ini ditonton oleh 793 ribu orang di seluruh Indonesia. Pada eranya, film ini jadi salah satu yang terlaris di Indonesia.

Bahkan, sampai meraih 7 nominasi di Festival Film Indonesia 2009 dan memenangkan satu untuk kategori “Pemeran Pendukung Pria Terbaik” untuk Reza Rahadian. Film garapan Hanung Bramantyo ini juga mendapatkan 7 nominasi dalam Festival Film Bandung dan 9 nominasi dalam Indonesian Movie Awards. Kalian bisa nonton film ini di Iflix atau Catchplay.

4. ? (Tanda Tanya) (2011)

Via istimewa

Film ? (Tanda Tanya) juga garapan Hanung Bramantyo yang tuai pro dan kontra. Film ini diangkat berdasarkan pengalaman sang sutradara sebagai seorang anak yang dilahirkan dari keluarga yang memiliki ras campuran.

Film yang dibintangi oleh Rio Dewanto, Revalina S. Temat, dan Reza Rahadian ini menampilkan interaksi tiga keluarga yang berbeda agama, yaitu Budha, Islam, dan Katolik. Mereka kesulitan karena harus menghadapi kekerasan dan rasisme yang tak kunjung usai.

Bahkan, Hanung juga sempat kesulitan mencari dukungan dana dalam memproduksi film ini, karena isunya yang cenderung sensitif. Enggak hanya itu, filmnya juga menuai kritik keras karena dianggap menyimpang. Namun, film ini tetap dibolehkan tayang setelah Hanung memotong beberapa adegannya.

5. 212: The Power of Love (2018)

Via istimewa

212: The Power of Love bercerita tentang perjalanan seorang jurnalis bernama Rahmat (Fauzi Baadilla) yang enggak percaya ajaran agama. Namun, dia terpaksa harus ikut dalam gerakan 212 untuk menemani ayahnya yang sakit. Terlebih, ayahnya merupakan salah satu orang penting dalam aksi damai tersebut.

Film 212: The Power of Love diangkat dari gerakan aksi damai pada 2 Desember 2016. Film garapan Jastis Arimba ini menuai protes karena dianggap memiliki agenda politik tertentu. Pasalnya, film ini rilis saat situasi dan kondisi politik Indonesia yang memang lagi ‘panas-panasnya’. Bahkan di sejumlah daerah, film 212 The Power of Love sempat dilarang tayang, seperti di Manado dan Palangkaraya.

Fauzi Baadila, sang aktor utama, menyebut wajar ada penolakan untuk film ini, karena sekarang banyak orang beda pikiran. Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa film ini enggak mengandung unsur-unsur radikalisme seperti yang dituduhkan. Justru, film ini memuat banyak pesan kedamaian dan cinta enggak hanya sesama muslim, tapi juga pemeluk agama lain. Bahkan, film Indonesia ini hadirkan sekuelnya berjudul Hayya: The Power of Love 2 (2019) yang sukses meraup 720 ribu penonton.

***

Deretan judul di atas juga dicintai penggemar film drama religi. Terbukti dari perolehan jumlah penonton atau dari penghargaan yang diraihnya. Nah, bagaimana pendapat kalian tentang kontroversi dari film Indonesia di atas?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.