Film-film fantasi biasanya terkenal dengan tokoh-tokoh dan tempat yang di luar logika kita dan sarat akan khayalan. Maklum, film fantasi memang menjadi perwujudan dari imajinasi manusia. Makanya, genre film ini bakal cocok buat lo yang suka berimajinasi dan berpikir out of the box.
Untuk mewujudkan imajinasi tanpa batas, film-film fantasi selalu menggunakan efek computer-generated imagery, atau sebuah aplikasi grafis komputer untuk membuat berbagai efek visual. Efek CGI enggak cuma digunakan buat film, tapi juga di video games, program televisi, iklan, dan juga simulator.
Di Hollywood, efek CGI udah digunakan sejak lama. Titik terobosannya sendiri dianggap ada sejak film Star Wars: A New Hope (1977). Efek visual dari CGI dalam film ini dianggap benar-benar mewujudkan khalayan penonton akan perang bintang yang dulunya sebatas imajinasi.
Semakin modern, efek visual film Hollywood juga semakin keren dan nyaris realistis. Sebut saja kayak Avatar (2009) atau film-film live action-nya Disney. Saking realistisnya, saat menonton kita serasa seperti masuk ke dalamnya.
Sayangnya, enggak semua film Hollywood mampu manjain penontonnya dengan baik. Ada cukup banyak film Hollywood yang efek visualnya terlihat nanggung. Buruknya efek visual ini enggak cuma ada di film-film yang enggak terkenal, tapi juga di film-film blockbuster yang ditonton jutaan orang.
Berikut beberapa film Hollywood yang sebenarnya ditonton banyak orang, tapi bikin penontonnya kesal akibat efek CGI-nya yang jelek dan bikin mata pedas.
1. The Mummy Returns (2001)
Waralaba The Mummy memang menawarkan alur cerita yang fun abis. Kisahnya berfokus pada petualangan mencari harta karun di Mesir dan Tiongkok yang pada akhirnya membuat para tokoh utama ketemu sama mumi-mumi yang terkutuk. The Mummy pertama dan ketiga memang punya efek visual yang cukup bagus. Entah kenapa, di The Mummy kedua alias The Mummy Returns menghadirkan adegan yang cukup pantas ditertawakan gara-gara efek CGI-nya yang antiklimaks abis.
Efek CGI saat adegan lembah yang tumbuh subur dan Raja Kalajengking ini seakan dibuat asal jadi. Bahkan kualitasnya kalah jauh dibanding film kartun Zootopia. Apalagi adegan saat Raja Kalajengking dengan muka Dwayne Johnson alias The Rock muncul. Hal ini membuat cerita yang tadinya kocak dan menegangkan menjadi rusak. Enggak cuma filmnya aja yang rusak, citra sangar The Rock pun juga turun drastic. Dibanding kalajengking, karakter The Scorpion King malah lebih terlihat seperti serangga imut dan lebih cocok buat jadi model video klip "Semut-semut Kecil".
2. Gods of Egypt (2016)
Terlibatnya bintang-bintang Hollywood kelas A, mulai dari Gerard Butler sampai Geoffrey Rush, ternyata enggak bisa bikin Gods of Egypt jadi film yang keren dan epik. Justru kita harus mengernyitkan dahi karena film yang diharap bakal superepik ini malah jadi antiklimaks dengan berbagai kelemahannya.
Sebenarnya alur cerita film ini masih bisa diterima. Akan tetapi, efek CGI-nya enggak terlalu bagus dan bikin kita jadi kurang menghayati film itu. Kekurangannya bisa lo lihat dari penggambaran singgasana Ra yang lebih mirip piringan DVD di langit daripada singgasana Dewa yang agung. Selain itu, warna gurun pasir diperlihatkan terlalu merah. Belum lagi Dewa Anubis yang kelihatannya kayak stiker.
Kalau efek visualnya bagus, Gods of Egypt sebetulnya berpotensi jadi film yang unik dan menarik. Soalnya enggak banyak film yang betul-betul mengangkat kisah mitologi dewa-dewi Mesir secara lengkap. Udah gitu, tokoh utamanya pun enggak digambarkan sebagai sosok Gary Stu (istilah tokoh super sempurna dalam film), namun lebih membumi dengan berbagai kelebihan dan kekurangan. Sayang banget, kan?
3. Sharknado (2013)
Sesuai judulnya yang absurd, premis dari Sharknado memang benar-benar absurd, yaitu gabungan antara hiu dan angin tornado. Jadi, gara-gara angin tornado, hiu-hiu ganas pemakan manusia pun terbawa dan “tumpah” ke kota Los Angeles. Namanya aja hiu pemakan manusia, sudah pasti mereka memakan manusia dan membuat penduduk gempar. Eksistensi manusia sebagai penguasa rantai makanan pun terancam!
Kalau lo adalah orang yang ingin melarikan diri dari dunia nyata menuju dunia khayal, film ini bakalan jadi film yang lo banget. Ada hiu terbang di langit. Ada hiu yang kebelah dua pakai gergaji listrik. Ada juga adegan menerobos masuk ke perut hiu. Film ini benar-benar segila itu sampai mendobrak imajinasi manusia yang paling gila.
Sayangnya, imajinasi yang nyaris mencapai level tak terbatas malah terganggu oleh efek CGI berkualitas buruk. Efek CGI-nya benar-benar enggak bisa dibandingin sama film Hollywood kelas A. Maklum, biaya pembuatannya cuma dua juta dolar.
Sesuai slogan film ini, enough said!
4. Die Another Day (2002)
Kekecean Pierce Brosnan dalam memerankan James Bond memang enggak perlu diraguin lagi. Brosnan enggak cuma punya modal badan berotot, tetapi wajah tenang ala mata-mata profesional dan tentunya suara yang cocok untuk membujuk rayu para Bond Girls. Makanya pemeran Bond selanjutnya punya beban moral yang cukup besar dan dituntut harus lebih baik darinya.
Sayangnya, citra keren yang selalu lekat dengan Pierce Brosnan dan James Bond harus terganggu oleh efek CGI buruk dalam film Die Another Day yang dibintangi Brosnan. Seharusnya, adegan saat Bond menyeberangi lautan es dengan parasut menjadi adegan yang menegangkan. Bayangin aja, udara dingin, es mencair jadi lautan dalam dengan ombak cepat dan lo cuma punya parasut buat menyelamatkan diri lo dari kejaran musuh.
Namun alih-alih tegang, penonton cuma bisa menahan tawa karena lautan es yang jadi latar Bond ini seolah kayak tempelan. Entah kenapa Brosnan terlihat seperti lagi menggantungkan diri dengan parasut di depan layar tancap yang menampilkan video besutan National Geographic.
5. Mortal Kombat: Annihilation (1997)
Semestinya, kita memang enggak perlu berharap terlalu banyak sama film adaptasi yang diangkat dari game. Soalnya film-film ini terkenal suka bikin cerita yang asal-asalan dengan naskah seadanya dan kualitas visual yang ngaco abis. Salah satu contohnya bisa lo lihat dalam Mortal Combat: Annihilation.
Secara keseluruhan, efek CGI film ini benar-benar buruk. Pencahayaan yang enggak maksimal membuat semua latar di film ini terlihat seperti sedang berada dalam rumah hantu. Akan tetapi, semua kebobrokan yang ada di film ini masih kalah sama adegan saat Liu Kang berubah menjadi naga raksasa.
Adegan transformasi ini berlangsung saat suasana lagi tegang-tegangnya, berharap penonton bakalan terpesona sekaligus ngeri sama naga yang (harusnya) terlihat sangar. Alih-alih kagum, adegan ini malah bikin penonton Indonesia teringat sama naga-naga yang dulu sempat jadi “ikon” stasiun TV I*do***r.
***
Jelas banget kalau film-film yang udah Viki bahas tadi enggak dimaksudkan untuk mendapatkan tempat di Academy Awards atau menjadi film yang bisa membangkitkan kontemplasi lo akan kehidupan ini. Jadi, biar enggak kecewa saat menonton film-film tadi, lo harus nonton dengan niat yang murni cuma buat ketawa-ketiwi dan seru-seruan sama orang terdekat.