Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan buat berinteraksi dan berkumpul dengan orang lain. Namun, sering kali interaksi dengan orang lain bikin kita punya standar sendiri. Kita pun jadi ingin terlihat hebat di mata orang lain dan hal itu acap kali bikin enggak nyaman.
Iya, sih, pencitraan itu penting supaya lo bisa bikin orang lain nyaman sama lo. Namun, pencitraan yang berlebihan, sampai ngelupain diri sendiri, malah jadi penyakit dalam diri lo. Lama-kelamaan, lo bakal terbiasa hidup dalam kepalsuan dan kehilangan diri lo sendiri. Ujung-ujungnya, lo bakal ngerasa capek sendiri dan jadi depresi.
Kalau lo masih ragu buat jadi diri lo sendiri dan ngikutin kemauan hati lo, mendingan nonton film-film ini dulu aja. Abis itu, baru, deh, lo bisa mantap buat melepas segala pencitraan yang berlebihan!
1. Bad Moms (2016)
Amy Mitchell adalah seorang ibu muda yang begitu kewalahan dengan hidupnya. Setiap pagi, sebelum bekerja, dia harus nyiapin sarapan buat dua anak dan suaminya, nganterin anak-anak ke sekolah, dan malamnya ngerjain PR mereka.
Kelelahan itu belum lagi ditambah dengan bos yang selalu memandangnya sebelah mata. Ada pula tekanan sosial dari komite sekolah yang memaksanya buat jadi sosok "ibu yang sempurna". Sementara itu, sang suami, alih-alih ngebantuin, malah selingkuh di dunia maya! Bisa lo bayangin betapa kesalnya Amy.
Ngerasa muak sama hal tersebut, Amy keluar dari rutinitas itu selama beberapa waktu dan mencoba menjadi bad moms alias ibu yang enggak acuh sama segala rutinitas. Bersama teman-temannya, Amy pergi ke mana pun dan ngelakuin apa pun yang mereka mau.
Nilai moral dalam film ini adalah jangan terobsesi dengan kesempurnaan. Setiap manusia punya masalahnya masing-masing. Jadi, siapa pun bisa aja terlihat senang dan sempurna padahal di balik itu ada kepahitan yang terpendam. Kalau berhasrat besar buat ngikutin standar sempurna orang lain, lo malah jadi sulit nikmatin hidup.
2. Accepted (2006)
Masa-masa kelulusan SMA enggak selamanya menyenangkan. Soalnya, itu berarti lo akan menghadapi tantangan yang lebih mengerikan: lulus tes masuk perguruan tinggi. Apalagi, biasanya ada tekanan dari lingkungan buat masuk ke perguruan tinggi bergengsi.
Inilah yang jadi tema utama dalam Accepted. Sejumlah anak yang enggak diterima di perguruan tinggi bergengsi akhirnya memutuskan bikin perguruan tinggi sendiri bernama South Harmon Institute of Technology (S.H.I.T). Yap, level kenekatan para tokoh di film ini setinggi dan seniat itu. Dengan keahlian komputer, desain grafis, dan keahlian lainnya, mereka bikin sendiri kartu tanda mahasiswa, situs kampus, hingga gedung kuliah dengan manfaatin bekas rumah sakit jiwa.
Masalah muncul ketika banyak orang mendaftarkan diri ke S.H.I.T lewat situs bohongan mereka. Mereka pun coba bikin kurikulum terbebas yang pernah ada, mulai dari matematika sampai psikokinesis. Intinya, sekolah ini menampung segala jenis minat, mulai dari minat normal sampai minat yang enggak logis.
Dari film ini, lo bisa belajar bahwa lo enggak perlu takut menyuarakan mimpi lo selama itu positif. Lo juga harus berani jujur sama orangtua mengenai mimpi dan kemampuan lo agar lo enggak perlu menciptakan kebohongan. Apalagi, buat nutupin sebuah kebohongan, kita cenderung malah bikin kebohongan-kebohongan lainnya. Memangnya lo mau hidup dalam kebohongan?
3. Brave (2012)
Keberanian enggak hanya dibutuhin saat berhadapan sama penjahat yang mengincar nyawa atau pun harta lo, tapi juga saat lo dipaksa buat enggak jadi diri sendiri. Hal itulah yang terjadi pada Merida. Sebagai putri dari Kerajaan Skotlandia, Merida harus nurutin segala protokoler istana, termasuk buat tampil feminin dan dijodohkan sama pangeran-pangeran tetangga pilihan sang ibu. Padahal, Merida mengingat adalah anak cewek yang energik dan suka memanah.
Suatu hari, dia mendapatkan kue dari penyihir misterius di hutan yang bisa mengubah sang ibu. Nyokapnya memang berubah. Sayangnya, bukan sifatnya, melainkan fisiknya. Yap, sang ibu berubah jadi beruang. Begitu pula tiga adik Merida yang enggak sengaja makan kue itu. Karena beruang adalah sosok yang sangat ditakuti dan dibenci di negerinya, Merida harus menyembunyikan mereka sampai dia bisa menghilangkan kutukan tersebut.
Mungkin apa yang dialami Merida juga terjadi pada lo. Lo pengen jadi diri sendiri, mau ngelakuin apa pun yang lo suka. Namun, lo malah dibatasin sama orangtua karena masalah kesopanan dan tradisi.
Memang, sih, kita enggak boleh ngelawan orangtua. Namun, selama apa yang lo lakukan positif, jangan takut buat menyuarakannya. Kalau mereka enggak percaya? Buktiin aja kalau pilihan lo tepat!
4. Ratatouille (2007)
Di mana-mana, apalagi di dapur, tikus adalah sosok yang sangat dibenci dan harus diburu. Namun bagaimana kalau si tikus malah doyan masak dan punya keinginan kuat buat jadi koki andal? Itukah Remy, tokoh favorit kita dalam Ratatouille?
Sayangnya, stereotipe enggak gampang dihilangkan. Remy dianggap sebagai tikus menjijikkan oleh pemilik restoran dan pemilik pun meminta Linguini, seorang pekerja kebersihan, buat membuang Remy. Namun, Linguini ngelihat keajaiban dalam diri Remy. Mereka berdua bikin perjanjian setelah Remy ngebantuin Linguini bikin ulang sup yang dia tumpahin: Remy enggak akan dibuang, tapi harus nolongin Linguini buat masak.
Berada di belakang layar enggak selamanya enak. Lo enggak dapat pengakuan atas apa pun yang udah lo bikin. Apalagi, Linguini yang kemudian jadi pintar masak malah lupa sama Remy karena jatuh cinta. Dongkol, ‘kan, lo kalau lo jadi Remy?
Cerita Ratatouille memang sedikit hiperbolis. Namun, film ini bisa jadi inspirasi buat lo agar berani mendobrak stereotipe dan anggapan orang. Meskipun orang nganggap lo enggak akan mampu ngelakuin sesuatu, selama lo berusaha dan berdoa, hasilnya pasti maksimal.
5. The Truman Show (1998)
Kalau lo mencari film tergila tentang bagaimana lepas dari kepalsuan, The Truman Show adalah film yang tepat. Kayak judulnya, film ini mengisahkan Truman, seorang cowok yang bahagia dengan kehidupannya yang sederhana. Dia punya istri, teman, dan pekerjaan yang udah cukup buat menghidupinya. Kesannya, sih, damai banget! Namun, enggak ada kehidupan yang benar-benar sempurna kecuali dalam drama. Seperti itulah adanya hidup Truman.
Sejak bayi, Truman udah dijadikan objek untuk reality show berjudul The Truman Show. Dunia yang dihidupi olehnya adalah sebuah dunia fiktif di dalam studio Hollywood yang punya kubah langit, pengatur cuaca, dan latar yang kayak dunia luar. Orang-orang di sekitarnya hanyalah aktor dan aktris yang dibayar buat berpura-pura. Seaheaven, kota yang dia hidupi, adalah kota fiktif karangan sang produser acara, Christof.
Truman enggak pernah keluar dari dunia fiktif tersebut. Dalam pikirannya udah ditanamkan bahwa dia memiliki fobia terhadap perairan luas karena ayahnya tenggelam. Padahal, Truman juga pengen ngelihat dunia luar. Dengan bantuan Sylvia, aktris yang jadi gebetan di masa remajanya, Truman nekat berlayar sampai ke ujung dunia buatan tersebut. Dia memilih abai pada nasehat Christof yang mengatakan bahwa dunia buatan ini jauh lebih baik daripada dunia luar.
Coba bayangin, bagaimana kalau lo berada di posisi Truman? Apakah lo bakal nekat keluar, menghadapi dunia luar yang masih asing bagi lo? Ataukah, lo akan tetap cari aman dengan tinggal di dalam dunia bohongan? Nyatanya, kalau ngelihat apa yang dilakukan Truman, lo bakal mengakui bahwa itu adalah hal yang hebat: rela keluar dari zona nyaman demi lepas dari kepalsuan.
***
Mencintai dan menjadi diri lo sendiri itu penting banget dilakuin agar hidup lo nyaman dan tenang. Kalau lo berani nerima diri lo apa adanya, niscaya lo bakal bisa lebih bahagia dan enggak terus-terusan tersiksa karena maksain diri buat ngikutin pandangan orang lain. Bagaimana? Udah siap jadi diri sendiri?