5 Alasan Film Birds of Prey Gagal di Box Office!

Menjadi film teranyar dari DC, Birds of Prey bisa dibilang gagal memenuhi ekspektasi tinggi. Diprediksi bakal meraih 50—55 juta dolar Amerika di minggu debut pada pasar domestik, film besutan Cathy Yan ini “cuma” meraup sekitar 33 juta dolar (Rp452 miliar).

Pesona Harley Quinn di Suicide Squad (2016) yang diharapkan bisa mendongkrak, ternyata enggak terlalu mampu membantu. Parahnya lagi, film adaptasi komik satu ini cetak rekor buruk dengan jumlah pendapatan paling kecil di minggu awal rilis dari seluruh judul keluaran DC.

via GIPHY

Gagal di Box Office, pihak Warner Bros. Pictures sampai mengubah judul film yang dibintangi oleh Margot Robbie ini menjadi Harley Quinn: Birds of Prey. Ini sontak menjadi momen antiklimaks setelah torehan fantastis Joker pada Oktober tahun lalu yang mencetak pendapatan 1 miliar dolar Amerika (sekitar Rp14,6 triliun).

Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan Birds of Prey kurang diminati? Coba kalian simak ulasan di bawah ya!

1. Rating “R” Menjadi Hambatan

Mengusung karakter cewek yang lebih digemari oleh remaja perempuan, mungkin rating “R” bukan keputusan yang tepat untuk film Birds of Prey. Memang, banyak aksi seru dan adegan memacu adrenalin di film ini yang hanya bisa disajikan dengan cap “film dewasa”. Sayangnya, strategi ini terbukti belum mampu untuk memancing minat penonton datang ke bioskop.

Birds of Prey tampaknya belum cocok untuk mengusung rating “dewasa” mengingat sosok Harley Quinn lebih menjadi magnet bagi penonton di usia tanggung. Terlebih, jauh dari film ramah anak, para orangtua tentu lebih memilih untuk menonton judul lain di akhir pekan

Patut dicatat juga, dengan mendapatkan rating “R”, Birds of Prey otomatis enggak akan tayang di daratan Tiongkok. Hal ini tentu menjadi kerugian besar karena pasar penonton di Tiongkok sangat besar. Sebagai pembanding, Avengers: Endgame (2019) sukses meraup 614 juta dolar Amerika dari hasil tayang di Negeri Panda.

2. Deretan Karakter yang Kurang Dikenal

Jika kalian adalah penggemar berat komik DC, tentu enggak akan bertanya-tanya siapa aja sosok yang ada di samping Harley Quinn. Namun sayangnya, penonton yang enggak familiar dengan komik Birds of Prey akan sulit untuk “dipaksa” datang ke bioskop.

Trailer yang udah rilis juga enggak banyak membantu. Cuplikan video berdurasi dua menit tersebut memang sukses meng-capture nuansa film dengan mengesampingkan karakter selain Quinn. Enggak setenar sang protagonis, masih banyak penonton milenial yang kurang mengenal ansambel di Birds of Prey, misalnya Black Canary.

3. Strategi Marketing yang Meleset

Melihat deretan karakter cewek tangguh di Birds of Prey serta dari trailer yang udah beredar, udah bisa ditebak bahwa film superhero satu ini menargetkan penonton cewek, berbeda dengan Suicide Squad yang lebih dominan ditonton oleh kaum Adam. Uniknya, di minggu perdana rilis, film berdurasi 109 menit ini lebih banyak ditonton oleh laki-laki, yaitu sebesar 54%.

Melihat capaian buruk di minggu debut, tampaknya akan sedikit sulit untuk bisa bangkit di minggu berjalan hanya dengan mengandalkan rekomendasi dari penonton. Beruntung, Birds of Prey “hanya” mengeluarkan modal sekitar 80 juta dolar Amerika (sekitar Rp1 triliun), kurang dari setengah biaya produksi Suicide Squad (Rp2,3 triliun). Jadi, Warner Bros. Pictures enggak akan rugi terlalu banyak.

4. Waktu Rilis Kurang Pas

Selain Black Panther (2018) dan Deadpool (2016), tercatat sangat sedikit film Hollywood yang mampu meraup mendulang pendapatan fantastis ketika rilis di Februari. Sekadar menyegarkan ingatan kalian, Black Panther sukses meraup pendapatan 1,3 miliar dolar (sekitar Rp17,7 triliun) dan Deadpool mendulang sekitar 782 juta dolar Amerika (sekitar Rp10,7 triliun).

Sayangnya, Birds of Prey enggak masuk dalam pengecualian. Walau diproduksi oleh studio besar, mengusung nama besar Harley Quinn yang diadaptasi dari komik DC, serta skor 80% dari Rotten Tomatoes, film yang juga dibintangi oleh Ewan McGregor ini belum bisa bersinar.

5. Judul yang Kurang Tepat

Yap, Warner Bros. sadar bahwa seharusnya sosok Harley Quinn lebih ditonjolkan untuk menarik penonton datang ke bioskop. Paling enggak, setelah diubah dengan adanya “Harley Quinn” di kata pertama dalam judul, penikmat sinema bisa lebih relate dan timbul rasa penasaran untuk menyaksikan sepak terjang geng cewek badass ini di bioskop.

Apakah strategi ini sudah telanjur telat untuk bisa setidaknya mendongkrak pendapatan Birds of Prey? Hanya waktu yang bisa menjawab. Yang pasti, KINCIR tetap yakin kalian dibuat terhibur setelah nonton.

***

Itu tadi bahasan dari KINCIR tentang alasan Birds of Prey melempem di Box Office. Bagaimana menurut kalian? Jangan lupa untuk menyimak ulasan Birds of Prey yang udah dibahas lengkap di sini, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.