– Film aksi di bawah ini berasal dari Amerika Serikat, Uganda, India, Tiongkok, dan Indonesia.
– Meski efek spesialnya tak maksimal, film-film ini cukup ringan ditonton.
Efek spesial tak hanya digunakan dalam film genre fantasi saja, tapi juga dalam film genre lain, seperti aksi. Dalam film aksi, efek spesial digunakan untuk bikin film jadi lebih believable. Efek spesial super keren layaknya Avatar (2009) bikin kita percaya kalau suku Na’vi betul-betul ada dan The Irishman (2019) bikin kita yakin kalau Robert de Niro syuting film ini waktu dia masih muda.
Spesial efek ini punya tempat penting di dalam industri perfilman. Meski begitu, enggak banyak penghargaan perfilman yang memberikan nominasi untuk aspek ini. Academy Awards jelas punya tempat untuk nominasi ini, tetapi enggak dengan berbagai penghargaan film seperti Festival Film Cannes yang cenderung lebih menengok film sebagai sebuah karya yang menggambarkan realita.
Padahal, efek spesial ini penting buat kenyamanan penonton dalam menyaksikan film. Spesial efek yang buruk akan mengganggu mata, seperti layaknya film aksi di bawah ini.
1. The Mummy Returns (2001)
The Mummy Returns, sekuel dari The Mummy (1999), adalah film aksi fantasi tentang keluarga arkeolog dan petualang O’Connell. Mereka mencari peninggalan Mesir Kuno sekaligus menghadapi mumi hidup yang bakal mengancam umat manusia.
Dalam The Mummy Returns, Imhotep bangkit lagi dari kematian dan misi kali ini adalah buat mengalahkan Raja Kalajengking. Tujuannya, supaya ia dan pasukannya dapat membantu menguasai dunia.
Seperti dalam spin-off waralaba The Mummy yang berjudul The Scorpion King (2002), Raja Kalajengking dalam film ini juga diperankan sama Dwayne Johnson. Namun, saking buruknya kualitas CGI Raja Kalajengking ini, dia terlihat kayak animasi Dwayne Johnson di PlayStation 4 dan sama sekali enggak terlihat nyata. Hal tersebut diperparah sama efek di akhir kisah yang lagi-lagi bisa kalian dapatkan dengan mengunduh aplikasi penyunting video di ponsel.
2. Jaani Dushman: Ek Anokhi Kahani (2002)
Beberapa film aksi Bollywood mampu memberikan efek spesial yang bisa menandingi Hollywood, tetapi ada juga film Bollywood yang saking jeleknya efek spesialnya, sampai-sampai efek di film panas kolosal Indonesia tahun 1970-an terasa lebih canggih. Salah satunya adalah Jaani Dushman : Ek Anokhi Kahani.
Film ini berkisah tentang seorang pria dan wanita yang menikah. Namun siapa yang menyangka bahwa wanita yang dinikahi berubah menjadi tengkorak. Fase saat sang wanita berubah menjadi tengkorak bener-bener memprihatinkan karena tengkoraknya keliatan kayak tempelan stiker.
Memang sih, Jaani Dushman adalah film awal 2000-an, tahun di mana ada banyak film yang CGI yang masih kasar. Masalahnya, penyuntingan gambar tengkoraknya bener-bener udah di level payah terbawah.
3. Who Killed Captain Alex? (2010)
Who Killed Captain Alex adalah film aksi komedi super low budget dari Uganda yang berkisah tentang seorang kapten dengan misinya melawan mafia. Dari awal film, udah kelihatan keberadaan efek spesial yang bener-bener kocak. Semua efek yang ada di film ini bahkan kelihatan kayak tempelan.
Namun, kemunculan film ini enggak bisa dibilang suatu hal yang memalukan. Film ini dibuat dengan bujet hanya sebesar 200 dolar (sekitar Rp2,5 juta) oleh para anak muda yang pengin berkarya lewat film. Properti syuting pun sangat sederhana.
Harus diakui, walaupun Who Killed Captain Alex buruk dari segi kualitas efek spesial, tetapi ia adalah film Wakaliwood –begitu para anak muda ini menyebut produksi film mereka– yang spesial dan “beda”.
4. L.O.R.D : Legend of Ravaging Dynasties (2016
L.O.R.D adalah salah satu proyek film aksi CGI terbesar Tiongkok. Ia bercerita soal Odin Mainland yang terpisah menjadi empat bagian dan di setiap bagian memiliki jiwa tersendiri.
Film ini sebetulnya memiliki pembangunan dunia yang begitu megah dan menarik. Sayangnya, untuk ukuran film riil, CGI-nya buruk banget. Kalau film ini mau dijadikan film animasi, kemungkinan bakal jauh lebih keren daripada yang seharusnya. Film L.O.R.D dilanjutkan dengan sekuel yang dirilis pada awal Desember 2020.
5. Gods of Egypt (2016)
Film aksi yang mengusung fantasi ini dibintangi sama Nikolaj Coster-Waldau dan Gerard Butler. Film God of Egypt sebetulnya memiliki plot yang sangat menyenangkan, terutama kalau kalian suka sama mitologi. Ia menyajikan mitologi Mesir yang sebenarnya enggak terlalu banyak dibahas di film-film jika dibandingin sama mitologi Yunani.
Namun, efek spesial dari film ini standar banget. Bahkan, kepayahan efek spesial ini mencapai puncaknya pada saat Ra, Dewa Matahari, muncul.
Dewa Ra seharusnya mendapatkan sorotan yang mewah dan megah, tetapi spesial efek cahaya di sekitar dirinya malah keliatan kayak plastik dan kerajaan Dewa Matahari justru kayak animasi di dalam game. Efek spesialnya tak maksimal sampai agak sulit dibedakan sama efek spesial yang ada di aplikasi editor foto gratisan.
Bonus: Rafathar (2017)
Selain karena dibintangi oleh salah satu anak fenomenal Indonesia, Rafathar, film ini juga cukup viral pada saat dipromosikan gara-gara berita soal bujet biaya produksi yang mencapai Rp15 miliar. Ekspektasi masyarakat pada saat itu cukup besar, apalagi proyek ini merupakan film aksi komedi –sebuah tema yang enggak banyak dipakai di perfilman Indonesia.
Sayangnya, pengeluaran Rp15 miliar itu enggak mengantarkan Rafathar menuju efek spesial yang keren. Ada banyak banget efek yang terlihat seperti tempelan, seperti ketika Rafathar memakai kekuatan supernya atau ketika dia menggunakan baju robot. Terkadang, kita kayak melihat film superhero Indonesia tahun 1990-an. Meski begitu, sebenarnya cerita film Rafathar cukup ringan dan enak buat menjadi tontonan di waktu luang.
***
Efek spesial menjadi tolok ukur enggak resmi terkait seberapa berkualitasnya film. Semakin canggih efek spesialnya, film tersebut semakin dianggap mahal. Sebaliknya, kalau efek spesialnya buruk, pastilah film itu dianggap pelit dalam membelanjakan bujet dan terkesan enggak niat dibikin.