Evolusi Si Buta dari Gua Hantu, dari Komik hingga Jadi Ksatriya Lokapala!

Untuk mengingatkan kita semua dengan Si Buta dari Gua Hantu, KINCIR bakal bahas evolusi sang legenda, mulai dari zaman komik hingga Lokapala!


Penggemar komik silat dan game lokal di Indonesia patut berbahagia! Pasalnya, karakter komik legendaris Si Buta dari Gua Hantu telah resmi menjadi Ksatriya/Hero dari game MOBA lokal, Lokapala (14/7). Ini merupakan wujud kolaborasi antara Bumilangit Entertainment, PT Melon Indonesia, dan Anantarupa untuk memperkenalkan karakter asli Nusantara ke generasi muda.

Si Buta dari Gua Hantu merupakan karakter utama dari serial komik silat paling fenomenal di Indonesia berjudul sama yang diciptakan oleh Ganes Thiar Santosa. Serial komik yang pertama kali dirilis pada 1967 tersebut sudah tercetak hingga 500 ribu eksemplar dan telah diangkat menjadi tujuh film layar lebar serta dua serial televisi.

Nah, untuk mengingatkan kita semua dengan status legenda sang karakter, KINCIR bakal bahas evolusi Si Buta dari Gua Hantu, mulai dari zaman komik hingga penampilan terbarunya di Lokapala. Selamat menyimak!

Saat Demam Silat Melanda (1967)

Dua komik pertama Si Buta dari Gua Hantu karangan Ganes TH.
Dua komik pertama Si Buta dari Gua Hantu karangan Ganes TH. Via Istimewa.

Si Buta dari Gua Hantu “lahir” ke dunia pada 1967 lewat goresan tangan Ganes TH yang melegenda di komik dengan judul yang sama. Karakter bernama asli Barda Mandrawata ini dikisahkan sebagai pemuda yang menjadi seorang pendekar demi membalaskan dendam kematian sang ayah serta ayah dari sang kekasih kepada pendekar jahat “Si Mata Malaikat”.

Saat perilisan komik pertamanya, Si Buta langsung meledak di pasaran. Pengaruhnya pun sangatlah kuat bagi masyarakat sehingga Indonesia saat itu langsung dilanda “demam silat“.

“Koboi” dengan Kearifan Lokal (1967)

Potongan komik Si Buta dari Gua Hantu (1967).
Potongan komik Si Buta dari Gua Hantu (1967). Via Istimewa.

Ada satu fakta menarik tentang Si Buta dari Gua Hantu. mengutip Tirto, Ganes TH dalam wawancaranya dengan peneliti komik bernama Marcel Bonneff mengatakan bahwa karakter ciptaannya tersebut terinspirasi dengan cerita koboi. Hal ini mematahkan dugaan banyak orang bahwa karakter Barda lebih terinspirasi pendekar silat Tiongkok.

Ganes TH pun menyisipkan latar Nusantara dalam kisah tersebut. Terinspirasi seni bela diri silat Betawi yang “dipelajarinya” dari tanah kelahirannya, Banten, beliau pun menerbitkan komik pertamanya, Si Buta dari Gua Hantu (1967).

Ganes Thiar Santosa dan masterpiece-nya!
Ganes Thiar Santosa dan masterpiece-nya! Via Istimewa.

Meski terinspirasi koboi, tampilan karakter Si Buta dari Gua Hantu jauh dari kesan wild-wild west. Ganes TH tetaplah patuh pada pakem kenusantaraan dengan memberikan desain karakter ala pengembara dan pendekar silat. Dia dikenal bersenjatakan tongkat dengan kostum dengan motif sisik ular berwarna hijau keemasan serta ikat kepalanya,

Tidak lupa juga dengan karakter kera bernama Wanara (Kliwon di versi film) yang sangat lekat kepadanya. Wanara pun selalu mengikuti Barda ke manapun dia pergi menjadi sahabat sejati menemaninya bertualang ke seluruh penjuru nusantara.

Melanglang Buana ke Penjuru Nusantara (1967 – 1979)

Desain sampul komik Pengantin Kelana (1981).
Desain sampul komik Pengantin Kelana (1981). Via Istimewa.

Ketenaran Si Buta dari Gua Hantu di Tanah Air saat itu bukannya tanpa alasan. Ganes TH berhasil mematangkan resep kisah seorang pendekar silat yang mengembara ke seluruh penjuru Nusantara, mulai dari tanah kelahiran Barda di Banten, lalu Borobudur, Bali, Gunung Tambora (NTB), hingga Larantuka (NTT).

Alasan Barda mengembara sebenarnya cukup tragis. Saat itu, dia mengira bahwa kekasihnya, Marni Dewianti, turut terbunuh saat penyerangan Si Mata Malaikat. Namun, setelah Barda mendapat kesaktiannya, dia baru mengetahui Marni ternyata masih hidup, tapi telah menikah dengan orang lain.

Rasa sedih dan marah ini membuatnya mengasingkan diri, lalu berkelana untuk membasmi kejahatan di seluruh penjuru Nusantara.

Hasilnya, masyarakat Indonesia saat itu seakan jadi merasa relate dengan kisah sang pendekar. Seri komik Si Buta dari Gua Hantu pun jadi laris manis hingga terjual ratusan ribu eksemplar. Pengaruhnya pun begitu kuat hingga komikus-komikus Indonesia lain pun turut berlomba-lomba menciptakan kisah silat sendiri.

Berkelana ke Layar Lebar dan Kaca (1970 – 1993)

Salah satu film Si Buta: Sorga yang Hilang (1977), serta Ganes TH bersama Ratno Timoer, pemeran Si Buta (kanan).
Salah satu film Si Buta: Sorga yang Hilang (1977), serta Ganes TH bersama Ratno Timoer, pemeran Si Buta (kanan). Via Istimewa.

“Demam silat” ternyata tak hanya melanda jagat perkomikan Indonesia saja. Sineas Indonesia pun tergoda untuk membawa Barda dan Wanara tampil di layar lebar. Tak perlu waktu lama setelah penampilan perdananya di komik, sang legenda pun dibuatkan film dengan judul yang sama pada 1970. Aktor kawakan Ratno Timoer tampil sebagai pemeran Barda.

Seperti komiknya, filmnya pun dianggap sebagai sebuah kesuksesan. Banyak yang memuji aksi silat yang ditampilkan. Buah kesuksesan ini pun mendorong pembuatan film-film sekuelnya yang juga diadaptasi dari komik, seperti Misteri di Borobudur (1972), Sorga yang Hilang (1977), Duel di Kawah Bromo (1977), hingga Bangkitnya si Mata Malaikat (1988).

Si Buta dari Gua Hantu (Hadi Leo) versi sinetron.
Si Buta dari Gua Hantu (Hadi Leo) versi sinetron. Via Istimewa.

Tak hanya sukses di dunia sinema, kisah petualangan Barda/Si Buta dan Wanara juga berlanjut ke layar kaca. Pada 1993, salah satu stasiun televisi swasta ternama memproduksi sinetron dengan judul yang sama. Karakternya saat itu dipercayakan pada aktor Hadi Leo.

Sosok Si Buta juga sempat tampil di layar kaca dalam sinetron Reo Manusia Serigala (2003) yang digarap stasiun televisi swasta lainnya. Kali ini, aktor Tyas Wahono tampil sebagai pemeran Si Buta.

Si Buta Bangkit Kembali! (2005)

Versi cetak ulang Pustaka Satria Sejati (2005).
Versi cetak ulang Pustaka Satria Sejati (2005). Via Istimewa.

Pada era milenium, eksistensi Si Buta dari Gua Hantu, pun dengan komik-komik asli Indonesia lain, sempat tertutupi oleh invasi komik-komik Jepang (manga). Makanya, banyak generasi muda saat itu yang tidak benar-benar tahu karakter asli Nusantara tersebut. Kondisinya juga diperparah dengan minimnya regenerasi komikus Tanah Air. Terutama setelah berpulangnya Ganes TH pada 1995.

Upaya cetak ulang dan restorasi pun dilakukan demi menjaga eksistensi sang karakter legenda Nusantara. Penerbit Pustaka Satria Sejati menjadi pelopor upaya restorasi pada 2005 dengan mencetak ulang eksemplar Si Buta dari Gua Hantu pada Januari 2005. Saat itu, edisi sampul mendapatkan pembaruan desain dari hasil goresan tangan Erwin Prima Arya.

Si Buta dari Gua Hantu versi Bumilangit (2018).
Si Buta dari Gua Hantu versi Bumilangit (2018). Via Istimewa.

Selain itu, untungnya, regenerasi komikus Indonesia bukannya benar-benar berhenti. Di pertengahan milenium baru, hadir sejumlah komikus yang terus membuahkan karya. Salah satunya adalah tim Oyasujiwo yang menggarap remake kisah Si Buta dari Gua Hantu yang rilis pada 2018.

Beda dari versi cetak ulang, versi remake yang diterbitkan Bumilangit bersama Penerbit Koloni ini benar-benar mendapat pembaruan total. Dua komikus Oyasujiwo, Iwan Nazif dan Doni Cahyono, dapat kehormatan untuk menggambar ulang komiknya. 

Si Buta dari Gua Hantu di Jagat Sinema Bumilangit

Via Istimewa

Upaya membangkitkan Si Buta dari Gua Hantu ternyata tak terbatas di dunia komik saja. Bumilangit yang mendapatkan lisensi karakter Si Buta pun menunjukkan ambisinya untuk kembali memperkenalkan karakter asli Nusantara dengan proyek film remake Si Buta dari Gua Hantu.

FIlm ini bakal masuk sebagai bagian dari Jagat Sinema Bumilangit yang telah dimulai pada film Gundala (2019). Nantinya, remake tersebut disutradarai oleh Timo Tjahjanto (The Night Come for Us).

Fan art Si Buta dari Gua Hantu Iko Uwais.
Fan art Si Buta dari Gua Hantu Iko Uwais. Via Istimewa.

Sayangnya, untuk saat ini masih belum ada kepastian kapan filmnya bakal rilis. Awalnya, film ini direncanakan rilis pada 2020. Namun, situasi pandemi yang tidak menentu memaksa Bumilangit menunda proyek film ini hingga waktu yang belum ditentukan.

Beda dari beberapa karakter asli Nusantara di Jagat Sinema Bumilangit yang telah mendapat pemeran, Si Buta dari Gua Hantu belum diketahui hingga sekarang.

Rumornya, karakter Barda diperankan oleh aktor jagoan silat kebanggaan Indonesia, Iko Uwais. Namun, kabar ini belum bisa dikonfirmasi mengingat Bumilangit juga belum mengeluarkan informasi resmi. Namun, Timo Tjahjanto sempat merilis postingan Instagram yang nge-tease penggemar. Cek postingannya di atas, ya!

Karakter Asli Nusantara Pertama di Game Lokal!

Penampilan Si Buta di Lokapala, game MOBA lokal.
Penampilan Si Buta di Lokapala, game MOBA lokal. Via Istimewa.

Di antara banyak karakter asli Nusantara yang eksis di jagat komik Indonesia, Si Buta dari Gua Hantu bisa dibilang jadi yang paling istimewa. Sebab, dia jadi karakter asli Nusantara yang pertama kali hadir dalam game yang juga sama-sama buatan Indonesia, yakni Lokapala.

Di game MOBA garapan Anantarupa Studios ini, Barda tampil sebagai Ksatriya Assassin, persis seperti lore Si Buta sebagai pendekar yang beraksi dalam senyap.

Dari segi tampilan, Lokapala juga tetap lekat pada source material. Si Buta tetap tampil dengan kostum hijau bersisik ularnya yang ikonis. Tak lupa dengan Wanara si lutung yang terus berada di sisinya beserta tongkat sebagai senjata khasnya.

Kabar baiknya lagi, Si Buta rencananya akan jadi “pintu” bagi karakter asli Nusantara lain untuk Lokapala. Tentunya sangat menarik untuk melihat Barda bertarung melawan pendekar atau superhero asli Indonesia lainnya di game ini!

***

Nah itu dia evolusi karakter Si Buta dari Gua Hantu dari masa ke masa serta sejumlah fakta menarik tentangnya. Semoga dengan hadirnya Barda di game Lokapala dan Jagat Sinema Bumilangit, karakter-karakter asli Nusantara lain bisa lebih dikenal oleh generasi muda Indonesia, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.