*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Borat Subsequent Moviefilm yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Film Borat Subsequent Moviefilm, alias Borat 2 seolah menjadi pengobat rindu buat para penggemar film Borat: Cultural Learnings of America for Make Benefit Glorious Nation of Kazakhstan yang sangat happening pada 2006. Borat Sagdiyev merupakan tokoh fiktif, seorang jurnalis asal Kazakhstan yang punya penampilan khas: rambut keriting, badan tinggi, wajah kotak, dan kumis yang melintang lebat.
Borat versi pertama banjir pujian sekaligus kritikan. Pujian kebanyakan berasal dari kritikus film dan penonton Amerika Serikat, sementara itu kritik keras datang dari negara-negara Arab dan Kazakhstan yang merasa kalau sosok ini adalah sebuah pelecehan. Terlebih, gurauan Borat memang sensitif banget, seolah menjadikan sosok orang Kazakhstan sebagai orang yang udik dan enggak berpendidikan.
Dibuat dengan konsep mockumentary, film Borat pada 2006 seolah terasa nyata. Borat bertemu dengan banyak orang di gay parade, bikin ribut dengan menyanyikan plesetan lagu kebangsaan Amerika Serikat, hingga mengejar cinta Pamela Anderson setelah menonton serial Baywatch. Semuanya terasa nyata dan membuat penonton ‘percaya’ kalau Borat itu bener-bener ada.
Membuat sekuel film legendaris bisa menjadi sebuah kesalahan besar. Mereka akan selalu berada di bawah bayang-bayang film pertama. Agaknya, film Borat 2 hampir terperosok ke sana.
Bagaimana keseruan film Borat Subsequent Moviefilm? Simak review khas KINCIR di bawah ini.
Lucu dan Mengobati Rindu, tetapi Enggak Lebih Spesial
Sebelum menonton film Borat 2, sebaiknya memang kita enggak memiliki ekspektasi yang berlebihan. Apalagi ingin merasakan sensasi humor yang lebih besar daripada film Borat pertama.
Pada 2006, konsep mockumentary dan prank belum sebanyak sekarang. Kini, sudah ada banyak karya dengan konsep mockumentary, seperti serial The Office (2001) karya Ricky Gervais dan Between Two Ferns: The Movie (2019) yang diangkat dari talk show kocak tentang para selebritas berjudul serupa. Bagaimana dengan prank? Kayaknya enggak ada hari yang kita lewati tanpa melihat kata 'prank' setiap membuka Youtube.
Film Borat 2 masih setia dengan konsep interaksi sama banyak orang, di mana tentu saja Borat akan menjadi orang yang kerap berbuat anomali dan bodoh. Dari perbuatan-perbuatan abnormalnya itu, lahir berbagai macam hal yang nyindir banget buat para rakyat Amerika Serikat.
Dalam film Borat 2, dikisahkan bahwa Borat harus berada di gulag (sebuah kamp kerja paksa) Kazakhstan, akibat hasil dokumentasinya di Borat pertama yang mencemarkan nama Kazakhstan. Namun, oleh pemerintah, Borat dibebaskan dengan syarat ‘mengirimkan’ Menteri Kebudayaan Kazakhstan ke Donald Trump. Borat enggak sendirian di dalam petualangannya. Dia bersama Tutar, anak remajanya yang enggak kalah aneh.
Mockumentary ini sukses bikin kesel Donald Trump. Di dalamnya, ada adegan di mana Rudy Giuliani, pengacara pribadi Trump, diwawancara oleh Tutar yang mengaku sebagai jurnalis. Setelahnya, Tutar membantu Giuliani mencopot mikrofon. Yang kontroversial di sini adalah gerakan Giuliani pada saat Tutar membantunya melepas mikrofon: bikin orang mikir macem-macem.
Giuliani sendiri sudah mengklarifikasi kisah ini dengan berkata bahwa dia cuma membetulkan baju, dan kalau Sacha Baron Cohen, pemeran Borat, mengatakan hal lain, tentu saja itu adalah sebuah kebohongan besar. Sementara itu, Trump sendiri mengomentari film ini dengan mengatakan bahwa Cohen enggak lucu dan pernah berusaha menipunya di masa lalu.
Borat masih sukses bikin ketawa lewat gurauan-gurauannya yang melibatkan politikus, bahkan plot bahwa Borat terlibat dalam konspirasi penyebaran COVID-19. Namun, Maria Bakalova selaku Tutar bisa lebih mengimpresi penonton. Terutama dalam adegan bersama Rudy Giuliani, dia sama sekali enggak terlihat gugup atau takut. Dia juga bisa bikin suasana lebih segar dengan segala komentar dan perilaku tanpa manner.
Namun, entah kenapa ada banyak hal yang bikin film Borat 2 jadi terlihat enggak senatural Borat pertama. Mungkin memang karena Borat pertama itu legendaris, atau mungkin karena semua orang sudah bisa bikin prank, atau karena terlalu banyak isu yang dimasukkan ke sini.
Borat Bukan Film untuk Semua Orang
Tak semua orang bisa dipaksa menyukai Borat, karena harus diakui bahwa film ini memang rasis. Nassim Nicholas Taleb, seorang poli matematikawan Lebanon yang diikuti oleh lebih dari 600 ribu netizen di Twitter, mengatakan dengan lantang bahwa Borat adalah film yang sangat rasis dan merendahkan orang Kazakhstan. Dia bahkan berpikir bahwa Cohen mendapatkan free pass dari pihak ‘kiri’ karena menyerang Giuliani dalam film itu.
Namun, ada banyak pendapat yang berkata bahwa apa yang dilakukan oleh film Borat sebenarnya adalah menyindir para orang Barat dan pikiran mereka terhadap ‘orang-orang Timur’. Lagi-lagi, pendapat orang tentu saja bergantung pada latar belakang budaya mereka.
Selain itu, film Borat 2 terlihat banget keberpihakan politiknya. Donald Trump mungkin enggak disukai sama hampir semua selebritas di Amerika Serikat, tetapi kadang keberpihakan politik dalam film humor cukup ganggu, bikin kita merasa kalau film ini adalah propaganda buat menjatuhkan salah satu pihak.
Namun, tentu saja, buat orang yang bener-bener sebel sama Trump, apalagi sama sama kebijakannya, film ini dianggap sebagai kritik sosial. Semuanya tergantung kepada bagaimana kalian memandang pemerintahan Trump.
Intinya, film Borat 2 masih sama kontroversialnya dengan Borat pertama. Namun, buat yang suka humor bodoh dan punya toleransi tinggi sama humor rasis, film ini cuma memberikan kalian tawa di permukaan. Dia enggak semenyenangkan Borat pertama dengan misi menikahi Pamela Anderson.
Apalagi, kalau kalian sudah pernah menonton serial Cohen yang berjudul Who's America (2018), Borat 2 terlihat enggak orisinal dan terlihat seperti kain perca di mana berbagai hal ditempelin begitu saja untuk mengundang tawa.
***
Film Borat Subsequent Moviefilm tersedia di Amazon Prime. Film ini sebenarnya sudah rilis sejak 23 Oktober 2020, tapi hanya bisa diakses beberapa negara. Kini, sejak Desember 2020, penonton seluruh dunia sudah bisa menontonnya, termasuk di Indonesia.
Buat yang sudah nonton film Borat 2, bagikan pendapat kalian di kolom review di awal artikel ini, ya. Tunggu review film selanjutnya di KINCIR.