*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Malik dan Elsa yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Kisah romansa bercampur dengan cita-cita, barangkali hal itu yang jadi inti dari cerita film yang belum lama ini dirilis di Disney+ Hotstar berjudul Malik dan Elsa. Film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Boy Candra ini cukup dikenal luas oleh banyak pembaca novel, sebab itu film yang syutingnya sejak tahun lalu tersebut akhirnya dibuat.
Meski tak tampil di bioskop, setidaknya para pembaca novel Malik dan Elsa dapat menyaksikannya melalui layanan streaming sejak 9 Oktober 2020. Awalnya, film ini direncanakan tayang di bioskop pada 2 April, karena pandemi, film Malik dan Elsa masuk jajaran film Indonesia yang tayang perdana di Disney+ Hotstar.
Seperti apa keseruannya? Simak review dan sinopsis film Malik dan Elsa di bawah ini.
Kisah Cinta Sederhana tapi Penuh Makna
Sinopsis Malik dan Elsa bercerita tentang seorang pemuda rantau bernama Malik (Endy Arfian) yang berhasil kuliah di Universitas Negeri Padang, Malik hadir dari keluarga yang kurang mampu. Bukan hanya itu, banyak nyinyiran dari tetangga yang membuat Malik bertekad menaikan harkat keluarganya.
Malik akhirnya bisa kuliah di Padang sembari bekerja sebagai buruh serabutan di pasar. Nah, di kampus, Malik bertemu dengan Elsa (Salshabilla Adriani), perempuan teman sekelasnya yang sejak hari pertama kuliah langsung merenggut perhatian Malik. Dengan percaya diri, Malik mendekati Elsa tepat di hari pertama mereka bertemu.
Sejak saat itu, keduanya jadi dekat. Elsa adalah perempuan asli Minang yang lahir dari keluarga kaya raya. Selain itu, keluarganya juga cukup protektif untuk menjaga Elsa agar tak salah pergaulan. Sampai akhirnya konflik muncul ketika orangtua Elsa melarang anaknya dekat dengan Malik.
Selain itu, ada sosok Liandra, saudara jauh Elsa sekaligus kakak tingkat Malik yang sepertinya menaruh perasaan pada Elsa. Tentu kisah mereka menjadi runyam, bagaimanakah akhir dari romansa Malik dan Elsa? Apakah mereka tetap memaksakan dekat atau justru memilih menjaga jarak? Kamu bisa pastikan langsung jawabannya saat menonton film Malik dan Elsa.
Konflik yang Telat Panas
Film Malik dan Elsa ini memiliki durasi 1 jam 29 menit. Namun, konflik utamanya justru baru bisa penonton rasakan di sepertiga akhir film. Baru ketika film tinggal berusia 30 menit lagi, konflik utama dimunculkan.
Tentu hal itu agak disayangkan mengingat selama satu jam penonton disuguhkan dengan proses pendekatan antara Malik dan Elsa. Akhirnya, penyelesaian konflik juga terasa begitu padat dengan adegan-adegan yang terasa begitu cepat.
Padahal, film ini punya cerita yang cukup kompleks jika diuraikan sejak awal-awal film. Seperti bagaimana Elsa jatuh cinta pada Malik dan bagaimana Malik meyakinkan Elsa bahwa dia hadir dari keluarga yang tidak berpunya. Atau, soal pertemuan Malik dan keluarga Elsa yang pasti bikin penonton kebawa deg-degan. Sayang kompleksitas dari premisnya tidak terlalu berhasil memanfaatkan durasi film yang seharusnya cukup.
Beberapa Adegan yang Kurang Pas
Bukan hal mudah memang merangkai sebuah cerita yang utuh tanpa celah. Dalam film Malik dan Elsa pun ada beberapa adegan yang sepertinya kurang berhubungan dengan adegan lain.
Salah satunya, ketika Elsa menemui Malik di pasar. Malik bertanya dari mana Elsa tahu keberadaan dirinya di pasar. Elsa menjawab bahwa dia tahu dari Lubis, teman satu kosan Malik. Namun, beberapa adegan setelahnya, ada adegan ketika Lubis dan Elsa baru bertemu dan baru dikenalkan oleh Malik. Hmm.
Selain itu juga soal runtun waktu yang cukup ambigu. Di awal mereka berkenalan itu karena Elsa dianggap kalah taruhan dan harus traktir Malik selama satu minggu. Selama satu minggu itu, mereka nyaris bersama terus setiap hari.
Namun, di hari terakhir, Elsa bingung karena orangtuanya sudah membatasi dia untuk tak dekat dengan Malik. Hanya dalam waktu satu minggu, orangtua Elsa, teman kos Malik, dosen filsafat, tengkulak di pasar, sampai hansip yang bertugas di dekat rumah Elsa sudah tahu bahwa Elsa dan Malik tengah dekat.
Menariknya lagi, ketika Lubis membaca naskah novel yang dibuat oleh Malik. Kemudian mengirimkannya diam-diam pada sebuah kompetisi, dan ternyata naskahnya menang. Malik mendapat beasiswa ke Belanda dan berangkat beberapa hari setelah pengumuman.
Jika ditilik waktunya, keberangkatan Malik ke Belanda hanya beberapa hari setelah waktu traktir satu minggu Elsa berakhir. Sementara waktu traktir mereka dimulai ketika mereka baru saja mulai kuliah.
Seakan proses Malik mendapat beasiswa sampai terbang ke Belanda hanya memakan waktu yang sangat singkat dari mulai pendaftaran naskah sampai keberangkatan pemenang. Terlebih, dirinya baru saja masuk minggu pertama kuliah di Universitas Negeri Padang dan sudah dapat beasiswa ke luar negeri.
Pengambilan Gambar dan Scoring
Film Malik dan Elsa ini juga cukup baik dalam pengambilan gambar. Penonton seolah diajak masuk dalam cerita romantisme Elsa dan Malik: bagaimana mereka menyusuri Kota Padang yang ditampilkan cukup apik. Film ini juga cukup berhasil menghadirkan landscape Kota Padang yang jarang sekali ditampilkan di film-film dengan latar Minang lainnya.
Soundtrack-soundtrack yang diputar juga cukup mewakili adegan yang tengah berlangsung. Lagu-lagu dengan nuansa kekinian relate dalam suasana romantisme Malik dan Elsa. Oh ya, pemeran Elsa, Salshabilla Adriani, juga menyanyikan salah satu soundtrack-nya yang berjudul “Katakan Cinta”.
Sayang, ada beberapa pengambilan gambar yang menampilkan efek-efek bercahaya yang berlebihan, Seperti ketika Malik dan Elsa di atas kapal. Atau ketika Liandra bicara dengan Malik di depan kosan, terlihat efek glowing di wajah Malik yang berlebihan.
Kisah Romansa yang Cukup “Bergizi”
Meski terlihat isinya hanya kisah cinta Malik dan Elsa, sebetulnya film ini cukup memiliki nilai yang berisi. Ada sosok Malik yang bisa jadi panutan buat banyak orang. Dia tak terlahir di keluarga berada tapi mau gigih berusaha.
Malik benar-benar menemukan mimpinya. Berhasil kuliah di kampus negeri dan berakhir mendapat beasiswa ke Belanda. Kerja keras dari Malik tentu sangat “bergizi” untuk ditonton. Pesan moralnya begitu ditampilkan secara gamblang.
***
Selain itu ada banyak wajah-wajah aktor dan aktris baru asli Padang yang turut menyemarakkan film ini. Film Malik dan Elsa disutradarai oleh Eddy Prasetya dan diproduksi oleh Max Pictures.
Buat kalian yang sudah baca bukunya, bisa langsung tonton filmnya di Disney+ Hotstar. Buat yang udah nonton, bagikan pendapat kamu di kolom review, ya.