Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah atau The Science of Fictions merupakan salah satu film Indonesia terbaik tahun ini yang patut ditonton di bioskop. Tayang mulai 10 Desember, film ini hadirkan pengalaman sinema yang berbeda. Premis dan judul yang tak biasa mengundang penonton kembali ke bioskop.
Nyatanya, judul Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah memiliki makna yang kompleks. Sutradara Yosep Anggi Noen pun membagikan arti judul Bahasa Indonesia tersebut yang mengemas keseluruhan isi cerita.
“Kita memang hidup dalam sebuah di zaman yang hiruk-pikuk. Mungkin sejak dulu. Kisah kita bersilangan dengan kisah-kisah yang lain. Kisah-kisah besar, kisah-kisah dunia itu ternyata punya pengaruh pada setiap kisah-kisah personal,” ujar Anggi Noen dalam konferensi pers daring film The Science of Fictions (11/12).
Anggi Noen juga mengungkapkan rasa harunya karena reaksi penonton maupun media setelah film ini rilis. “Yang luar biasa itu, setelah nonton filmnya, orang lalu membicarakannya. Membicarakan penokohan, keunikan, dan konteks sejarah film ini diciptakan,” ungkapnya sambil tersenyum.
Sutradara sekaligus penulis naskah ini juga membagikan awal mula pembuatan film ini. Anggi mengaku bahwa inspirasinya muncul setelah beberapa kali jalan di Pantai Parangkusumo, Yogyakarta. Pantai tersebut memiliki lanskap seperti permukaan Bulan, terutama saat malam hari.
Di lokasi tersebut juga banyak tempat-tempat yang bisa dituju, seperti tempat karaoke, tempat persembahan sesaji, masjid, prostitusi terselubung, sampai tempat manasik haji. “Tempat itu chaos menurut saya. Tempat itu penuh dengan kepentingan. Bisa jadi tempat itu representasi dari negeri kita,” pungkasnya.
Film Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah juga punya premis menarik: bagaimana jika pendaratan manusia pertama di Bulan selama ini hanya fiksi dan itu direkam di sebuah padang pasir di Yogyakarta, desa Siman? Sehubungan dengan judul, menyadarkan bahwa kisah-kisah konspirasi besar bisa memengaruhi kehidupan seseorang.
Film The Science of Fictions ini bercerita tentang Siman (Gunawan Maryanto), seorang pria yang menjadi saksi konspirasi dunia, yakni pendaratan manusia pertama di Bulan. Siman ketahuan, dia diminta menggigit lidahnya, bahkan lidahnya dipotong paksa! Setelah itu, hari-hari Siman hanyalah tentang trauma tubuh dan pengungkapan sejarah.
Film ini sedang tayang di bioskop sejak 10 Desember. Jadi, silakan datang ke bioskop, tetap jaga protokol kesehatan. Selamat menikmati salah satu film terbaik Indonesia di tahun ini!
Bagaimana pendapatmu soal film Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah atau The Science of Fictions? Bagikan di kolom bawah, ya.