Apa yang Bikin Midsommar Lebih Baik daripada Hereditary?

Udah nonton Midsommar (2019)? Film horor terbaru dari Ari Aster ini memang cadas banget. Darah, daging, ketakutan, semua ada di sini. Namun, banyak orang yang membandingkannya dengan Hereditary (2018) yang memang intimidatif abis.

Hantunya memang enggak seberapa mengerikan dibandingkan hantu-hantu film horor pada umumnya, tetapi suasana yang dibangun bener-bener traumatis. Jump scare pun enggak berlebihan, tetapi tepat sasaran dan waktunya pas.

Pendapat penonton terbagi dua. Ada yang bilang Midsommar lebih kece. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa Hereditary lebih garang. Di IMDb, skor Midsommar adalah 7,6. Sementara itu, skor Hereditary adalah 7,3.

Lebih bagus mana? Hmm, terlepas dari subjektifitas itu, menurut KINCIR, ini beberapa alasan yang bisa bikin Midsommer menjadi lebih keren daripada Hereditary

1. Keberanian Mengandalkan Terang Cahaya

Kegelapan membuat penonton jadi gampang berkecil hati. Makanya, film horor banyak yang pakai formula satu ini. Remang-remang cahaya di rumah yang ada dalam Hereditary sudah cukup jahat dan menciutkan nyali.

Bagaimana dengan Midsommar? Dia nekat bermain-main dengan cahaya matahari. Bayangin aja, festival bunga, musim panas, dan negara Nordik, bukankah itu impian liburan bagi banyak orang?

Pilihan Midsommar ini merupakan pertaruhan. Kalau sampai salah buat, udah pasti deh bakalan kacau dan gagal sebagai film horor.

2. Topik Sensitif yang Enggak Mainstream

Hereditary berkisah tentang sebuah keluarga yang mau enggak mau harus menjadi tumbal dari sang nenek yang menyembah iblis Paimon. Klise banget? Memang sih, bagus enggaknya sebuah film bergantung pada eksekusi, bukan sekadar idenya.

Namun, kalau kalian cari sesuatu yang berbeda, maka jawabannya adalah Midsommar. Film tersebut berani mengambil tema festival musim panas Swedia. Selama ini, festival tersebut dianggap menyenangkan.

Di tangan Ari Aster dan rekan-rekan sineasnya, festival ini jadi sangat menjijikkan dan berkonotasi negatif. Jika pihak pemilik budaya sensi, bisa-bisa film ini dianggap melecehkan. Untungnya, sih, enggak ada masalah soal ini.

3. Topik Psikologis yang Kaya

Pernah dengar soal Five Stages of Grief? Bahwa respons manusia saat menerima sebuah hal yang enggak sesuai keinginan ada lima: Penolakan, Kemarahan, Tawar-menawar perasaan, Depresi, dan Penerimaan.

Dari awal, Dani, sang tokoh utama, seolah menolak kenyataan bahwa pacarnya sudah males banget sama dia. Kemarahan pun meledak saat Dani menemukan bahwa Christian berhubungan badan sama seseorang dalam sekte, Mya. Dani pun merasa kebingungan, mencari-cari cara buat mengobati perasaannya.

Merasa enggak menemukannya, Dani merasa depresi. Namun, pada akhirnya dia menerima kenyataan bahwa Christian memang bukan yang terbaik buat dia, dan kemudian mengorbankan Christian dalam sebuah upacara dengan hati yang lega.

Keberadaan sisi inilah yang bikin Midsommar jadi menarik banget. Kekuatan ini enggak dimiliki Hereditary yang notabene menjadikan tokoh utamanya korban di akhir.

4. Film yang Multitafsir

Membicarakan Hereditary sudah pasti hanya membicarakan tentang keluarga yang jadi korban cult, pemujaan terhadap iblis. Namun, Midsommar adalah film yang menimbulkan multitafsir.

Ada dua pendapat terkait makna Midsommar. Pertama, film itu memang film yang bercerita tentang perjalanan Dani, Christian, dan kawan-kawannya yang lain ke sebuah Desa Harga. Kedua, film itu bisa jadi cuma perwujudan dari pikiran Dani setelah putus.

Apa alasannya? Bisa saja semuanya cuma simbol. Pertama, Dani yang mati-matian mempertahankan hubungannya yang udah hambar. Kedua, kesadaran Dani bahwa Christian memang udah enggak berarti buat dia. Ketiga, penerimaan Dani bahwa Christian memang harusnya “mati” dalam pikiran dia.

Pendapat kedua ini keren banget, dan bahkan bikin film ini jadi wajib ditonton sama kalian yang gagal move-on!

5. Ending Enggak Tertebak

Film horor biasanya punya dua akhir: happy ending atau sad ending, bagi tokoh utama. Hereditary menawarkan akhir nomor dua, di mana sang tokoh utama kalah.

Namun bagaimana dengan Midsommar? Hmm, akhirnya lebih kompleks. Kita bahkan bingung film ini layak disebut memiliki happy ending atau sad ending.

Kalau kita cuma ngomongin soal Dani, bisa aja kalian bilang bahwa film ini punya akhir bahagia. Dani bertahan hidup dan enggak galau lagi.

Cuma, enggak semua penonton bisa menerima kenyataan bahwa Dani pada akhirnya jadi bagian dari kelompok Harga ini, dan mengorbankan sang kekasih dengan cara sadis.

***

Balik lagi, pendapat ini subjektif karena bisa jadi, ada penonton yang menganggap bahwa Hereditary sama baiknya, atau justru lebih baik. Di kolom komentar, kalian bisa kasih pendapat tentang film mana yang lebih baik.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.