Sutradara film Wiro Sableng, Angga Dwimas Sasongko punya tantangan untuk menuangkan kerinduan kisah Pendekar Naga Geni 212 ke layar lebar. Namun, semuanya bisa dia lakukan dengan lancar hingga produksi film Wiro Sableng selesai. Bahkan, karena film tersebut, banyak pop culture yang ikutan mengadaptasinya.
Bukan hal mudah bagi seorang sutradara, termasuk Angga untuk memvisualkan novel fiksi dalam layar lebar. Salah satu tantangan yang sebenarnya udah pernah dia lakukan di film-film sebelumnya. Cara dirinya memvisualkan cerita Wiro Sableng salah satunya dengan memperluas wawasan dan open-minded.
“Gua selalu percaya bahwa setiap medium punya cara berceritanya sendiri. Satu yang selalu gua lakukan adalah gua berusaha expand the thinking, expand the universe, dan expand how the story goes. Itu harus di expand dari materi sebelumnya, seperti novel.” ujar Angga yang ditemui di kantor Visinema Pictures (8/6).
Sutradara yang juga menggarap Filosofi Kopi (2015) ini juga berpesan kepada seluruh sineas muda yang pengen mengadaptasi suatu karya. Dia mengungkapkan bahwa suatu adaptasi kalau mau setia dengan novelnya akan terlalu berat. Semuanya perlu modifikasi karena strukturnya berbeda dan mediumnya berbeda.
Memang, mengadaptasi novel dan komik dalam layar lebar harus ada yang dikorbankan. Dalam arti, imajinasi penonton dan pembaca novel pasti berbeda. Ditambah, imajinasi orang pasti beda-beda. Makanya, langkah Angga untuk memodifikasi dengan mempertahankan nilai dasarnya jadi langkah bijaknya.
Angga Dwimas Sasongko merupakan salah satu sineas terbaik Indonesia. Enggak hanya itu, dia juga founder dan CEO Visinema Pictures. Film-film besutannya sebagai sutradara selalu berhasil menembus hati penonton dan kritikus film. Bahkan, beberapa filmnya kerap masuk nominasi berbagai ajang penghargaan perfilman Indonesia.
Penasaran dengan proyek Angga Dwimas Sasongko selanjutnya, lo bisa tungguin karyanya dalam film Wiro Sableng pada 30 Agustus 2018.