Mulai 16 November 2017, layar bioskop Indonesia diramaikan oleh film yang udah dinanti-nanti sepanjang 2017. Yap, apa lagi kalau bukan Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak? Sebelum diputar di Indonesia, film ini udah lebih dulu tayang di banyak festival film dunia, mulai dari Busan di Korea Selatan sampai Toronto di Kanada. Film berdurasi 90 menit ini sukses mendapat apresiasi yang tinggi di luar sana terlebih karena Marlina membuka mata dunia akan wujud kemajemukan kebudayaan Indonesia.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak sendiri berkisah tentang perjuangan mencari keadilan dari seorang janda muda yang telah diperkosa dan dicuri ternaknya. Lewat pembagian kisah empat babak dalam film ini, lo bakal diajak menyelami sisi kehidupan cewek dari daratan timur Indonesia dalam balutan atmosfer visual yang disebut satay Western.
Hmm, apa pula itu? Nah, daripada bingung dan bertanya-tanya terus, mendingan lo mulai baca satu per satu fakta menarik seputar film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak. Yang jelas, enggak ada alasan buat lo enggak masukin film ini ke daftar film yang harus lo tonton!
1. Digarap oleh Cewek Sineas Peraih Piala Citra
Nama Mouly Surya udah mencuri atensi sejak kemunculannya dalam industri perfilman Tanah Air. Debut film panjang dari sutradara ini, Fiksi (2008), langsung menyabet anugerah “Film Terbaik” di ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2008. Dia juga ngeraih “Sutradara Terbaik” dalam ajang yang sama. Karya keduanya, Yang Tidak Dibicarakan ketika Membicarakan Cinta (2013), juga udah malang melintang di berbagai festival bergengsi semacam Sundance Film Festival.
2. Idenya dari Garin Nugroho
Asal muasal cerita film ini datang dari sutradara kondang Indonesia, Garin Nugroho. Berbekal pengalaman dan pengetahuannya akan kebudayaan masyarakat Sumba, dia menawarkan ide cerita tentang kehidupan cewek Sumba kepada Mouly saat mereka berdua jadi juri FFI 2014. Akhirnya, ide dari Garin ini diolah menjadi skenario oleh Mouly bersama Rama Adi yang bertindak selaku Produser.
3. Didukung oleh Perancis dan Negara Lainnya
Ketika Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak masih diolah dalam bentuk skenario, Mouly udah membawanya berkelana keliling dunia mengikuti project market yang ada di festival-festival film, seperti Busan 2015 dan Cannes 2016. Tujuannya adalah mencari mitra ko-produksi pembuatan film ini. Akhirnya, film ini mendapatkan subsidi Cinémas du Monde dari pemerintah Perancis karena dipandang berkualitas dari sisi artistik serta punya kemampuan menunjukkan sudut pandang dan ide baru dalam skenarionya. Selain Perancis, mitra lainnya datang dari Malaysia dan Thailand.
4. Tayang Perdana di Ajang Festival Film Cannes
A post shared by Mouly Surya (@moulysurya) on
Berkat Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, film panjang Indonesia kembali masuk Festival Film Cannes. Marlina lolos seleksi dan diputar perdana dalam Quinzaine des Realisateurs atau Director’s Fortnight yang merupakan salah satu rangkaian dari festival film paling prestisius di dunia ini. Sebelum Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak, film panjang Indonesia yang pernah menembus Cannes adalah Tjoet Nja’ Dhien (Eros Djarot, 1988), Daun di Atas Bantal (Garin Nugroho, 1998), dan Serambi (Garin Nugroho, 2006).
5. Bergenre Satay Western Pertama
Sebutan genre satay Western pertama kali dicetuskan oleh kritikus film Maggie Lie lewat tulisannya di situs film Variety. Genre film Western identik dengan Amerika dengan kisah yang bertempat di suatu daerah terpencil yang punya jarak dengan aparat penegak hukum serta tampilnya tokoh jagoan yang sendirian. Nah, karena ini adalah film ala Western yang dibuat oleh sineas Indonesia, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak disebut bergenre satay Western.
6. Visual Sumba yang Dramatis
Selain jalan cerita yang menarik, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak nyuguhin visual yang memikat. Alam Pulau Sumba yang dipenuhi sabana berbukit-bukit serta dikelilingi oleh lautan biru yang terang semakin memperkaya film ini. Yunus Pasolang selaku Penata Sinematografi menyajikan sudut-sudut pengambilan gambar yang dramatis sekaligus manis.
7. Wacana Feminisme yang Dikemas Apik
Sejak Fiksi dan Yang Tidak Dibicarakan ketika Membicarakan Cinta, karakter utama dari film Mouly adalah sosok cewek kuat dan punya sisi fighter dalam dirinya. Enggak terkecuali sosok Marlina (Marsha Timothy) sebagai protagonis dalam film barunya kali ini. Marlina diceritakan sebagai seorang janda muda yang menghadapi cobaan tragis, tapi berani balas dendam dan berjuang mencari keadilan seorang diri. Lewat film ini, lo enggak hanya diajak ngelihat perjuangan seorang cewek yang jadi korban perkosaaan, tapi juga ngelihat potret sosial budaya manusia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya yang patriarki.
***
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak udah berhasil merebut hati pencinta film di dunia. Kini, saatnya lo menyambut dan menikmati jalan ceritanya sendiri. Nah, kalau mau tahu di bioskop mana aja film ini diputar, lo bisa intip akun Instagram @cinesurya.
A post shared by Cinesurya:Marlina The Murderer (@cinesurya) on