Film Adaptasi Video Game yang Tidak Sesuai Ekspektasi Gamers

Semuanya dimulai sejak tahun 1993, saat video game paling populer saat itu, Super Mario Bros, dibuat versi film. Sejak itu, wabah film adaptasi dari video game terkenal pun bermunculan, seperti Street Fighter, Mortal Kombat, Double Dragon, dan Tomb Raider. Sayangnya, enggak semua film adaptasi itu sesuai harapan. Sebagai gamers, tentunya kita mengharapkan cerita dan visualisasi yang ditampilkan dalam film jauh lebih keren dari yang ada dalam game. Minimal setara. Akan tetapi, enggak jarang sang sutradara menambahkan plot ataupun efek yang enggak tepat. Hal tersebut akhirnya bikin film jadi enggak jelas dan cenderung menghancurkan imajinasi para gamers di seluruh dunia.

Selain plot dan efek visual, pemilihan artis yang salah juga sering kali jadi penyebab sebuah film adaptasi dianggap gagal. Walaupun film adaptasi enggak perlu identik, bukan berarti para pembuat film bebas mengobrak-abrik inti cerita ataupun karakter. Apalagi kalo jauh dari pakem dasar yang sudah dipahami para gamers dari tiap-tiap karakter game. Nah, kalo sudah dalam tahap penyimpangan seperti itu, sebuah film layak banget dikasih label sebagai film adaptasi yang gagal. Dari sekian banyak film adaptasi game yang pernah singgah di layar bioskop, film-film ini Viki kategorikan sebagai film gagal yang enggak layak ditonton ulang.

 

1. Doom (2005)

1

Film yang diadaptasi dari game Doom (1993) ini beda banget latar dan cerita yang digambarkan. Jika dalam versi video game neraka beserta iblis-iblinya dijadikan sebagai latar, dalam film digambarkan kalo musuh yang harus dikalahkan adalah makhluk mutasi yang berada di Planet Mars. Sayang sekali padahal Viki berharap banget filmnya berlatar di neraka beneran, pasti bakal epik banget. Selain latar yang beda, film ini juga termasuk jelek dari segi kualitas penggarapannya. Meskipun film ini dibintangi superstar WWE, Dwayne Johnson a.k.a The Rock, tapi tetap aja enggak bisa mengangkat film ini. Bahkan om The Rock sendiri malah dinominasikan sebagai aktor terburuk di Razzie Awards.

 

2. Hitman (2007)

gallery-hitman3-gallery-image

Game ini termasuk yang Viki tunggu banget adaptasi filmnya saat itu, karena Viki yakin bakal keren banget kalau aksi ‘siluman’ dari agent 47 ini dijadikan live action. Sayangnya saat film dirilis, semua harapan Viki buyar tak menentu arah. Salah satu hal yang bikin film ini gagal adalah penokohan si Agent 47 yang enggak sesuai dengan game-nya. Karakter Agent 47 di film ini dibuat ekspresif, sangat berbeda dengan Agent 47 di game yang berdarah dingin. Aktingnya lumayan bagus, tetapi enggak pas aja sama karakter asli Agent 47.

Beruntung, di tahun 2015 film kedua dirilis dengan pembenahan dari segi cerita, penokohan, dan latar yang cukup signifikan. Alhasil, film kedua pun jadi obat buat para penggemar Hitman di dunia. Walaupun sudah memenuhi harapan para penggemar, Afilm ini belum berhasil memuaskan para kritikus film. So, rating film kedua ini pun enggak terlalu bagus.

 

3. Tekken (2009)

3

Dari segi cerita, film Tekken sudah sesuai dengan cerita dalam game. Sayangnya, penokohan di film ini banyak banget yang enggak sesuai dengan yang ada di game. Mulai dari Jin, si tokoh utama yang sering banget keliatan takut, goyah, dan ragu di filmnya, padahal di dalam game si Jin ini digambarkan sebagai petarung yang cool yang tak pernah gentar dengan segala cobaan. Begitu juga tokoh Heihachi yang “kakek-kakek” banget, padahal di game Heihachi ini merupakan kakek-kakek sangar berotot yang bisa ngeluarin petir kayak super saiya.

 

4. Need for Speed (2014)

4

Buat lo penikmat film pasti setuju kalo film ini membosankan dari segi cerita. Kualitas akting para pemainnya juga terkesan kaku dan enggak natural. Alasan lain yang membuat Viki jadiin film ini masuk kategori sebagai film gagal adalah perbandingan kualitas dengan seri Fast Furious. Bahkan menurut Viki, film yang bukan diangkat dari game itu lebih cocok dianggap sebagai film adaptasi NFS.

 

 

 

5. Resident Evil (Kecuali Seri Pertama)

325137

Film pertama Resident Evil (RE) menurut Viki udah keren banget karena ceritanya orisinil banget tanpa ngerusak elemen-elemen penting di game RE. Sayangnya, film-film yang muncul setelahnya lama-lama keluar jalur dan makin membosankan. Sekuel yang paling jelek menurut Viki adalah seri kedua, yaitu Residen Evil: Apocalypse yang menceritakan tokoh Jill Valentine dan Nemesis. Akan tetapi, bukannya konflik Jill dan Nemesis yang disuguhkan, malah si Alice yang berkonflik dengan Nemesis. Hal ini tentunya bikin malas untuk nonton seri-seri selanjutnya.

 

6. Film-Film Adaptasi Game Buatan Uwe Boll

6

Viki saranin segera googling siapa itu Uwe Boll. Pasti langsung muncul film-film adaptasi game seperti Bloodrayne, House of The Dead, dan Alone in the Dark. Viki enggak mau paparin satu-satu film ini, karena intinya film-film ini memang jelek banget. Salah satu yang paling jelek adalah Alone in the Dark dengan rating hanya 1% di RottenTomatoes. Bloodrayne juga ancur banget dan bikin lo sakit mata melihat CGI dan koreografi yang ala kadarnya. Enggak beda sama nonton teater anak SD.

Enggak cuma ancur lebur dari segi kualitas, film-film adaptasi game arahan Uwe Boll ini juga ancur secara box office. Makanya si Uwe Boll ini jadi terkenal banget suka produksi film-film ancur. Saking jeleknya, bahkan pernah ada yang mengeluarkan petisi di internet yang tujuannya bikin dia pensiun sebagai sutradara film adaptasi game.

 

Honorable Mention: Tomb Raider

7

Jujur aja buat lo penggemar seri game Lara Croft, pasti lo nonton filmnya karena tante Angelina Jolie kan? Kalau emang bener, berarti lo sama kayak Viki. Film ini memang benar-benar biasa aja, enggak ada yang spesial, karena yang spesial cuma tante Angelina Jolie.

***

Viki berharap banget film-film adaptasi dari video game yang bakal keluar kedepannya seperti Assassin’s Creed  bakal sukses biar bisa menghilangkan stigma negatif film-film adaptasi video game.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.