Inspirasi bikin cerita buat film bisa datang dari mana aja. Ada yang bikin cerita baru. Ada yang adaptasi dari novel. Ada pula yang ngejadiin komik sebagai acuan. Hal ini udah banyak banget dilakuin sama pembuat film di Barat sana. Efeknya pun beda-beda, masing-masing acuan tadi bisa ngasih “warna” yang khas dan ngasih kesan yang beda buat para pecinta film. Terus gimana dengan di Indonesia?
Belakangan, film Indonesia sudah mulai menggeliat dengan banyaknya film baru yang dibikin di Indonesia. Tahun ini aja, 2016, judul-judul film Indonesia yang dirilis sudah lewat dari angka 50. Ini artinya, sebagai sebuah industri, perfilman Indonesia sangat produktif dan tidak lagi “mati suri”.
Nah, sayangnya dari sekian banyak judul film yang muncul, di tahun ini, genre film yang keluar kurang beragam. Mayoritas masih menggarap film-film drama dan horor. Memang ada beberapa film yang dibuat dengan genre lain, misalnya Comic 8: Casino King Part 2 dan Headshot yang bergenre laga. Lain dari masalah genre, film Indonesia juga ternyata terlalu monoton soal cerita. Kebanyakan di antaranya ceritanya pasti seputaran romansa.
Formula kebanyakan film Indonesia ya seputaran cinta dicampur horor, cinta dikombo drama, sama cinta dioplos aksi. Pokoknya segala macam genre itu melulu ngomongin soal cinta. Enggak ada apa nih cerita lain yang bisa diangkat? Apa iya penulis-penulis skenario kita segitu payah? Viki rasa sih enggak. Selama mereka terus bereksplorasi, enggak akan ada batasnya tuh variasi dari cerita-cerita yang bisa dibikin sama mereka.
Dekade ‘80, ‘90, sampai awal 2000-an, film-film kita banyak ngambil cerita dari komik. Film-film semacam si Jampang, Jaka Sembung, Panji Tengkorak, si Buta dari Goa Hantu, dan lain-lain muncul dan menjamur di belantika film Indonesia. Dengan teknologi yang belum semaju sekarang, para pembuat film dalam negeri zaman dulu kayaknya lebih berani bikin film-film yang mengadaptasi cerita komik.
Nah, di era milenial ini—yang dibilang banyak orang sebagai era kemajuan teknologi—kok malah enggak ada pembuat film yang berani ngadaptasi komik buat dijadiin film? Apakah pembuat film sekarang turun kualitas? Atau justru selera penikmat filmnya yang maunya emang disuguhin sama tema monoton tadi? Tentunya ini sayang banget, soalnya kualitas komik Indonesia sendiri lagi merangkak naik nih. Viki aja nyatet ada lima komik asli Indonesia yang layak dan bakalan keren banget kalau dijadiin film.
1. Petruk & Gareng karya Tatang S.
Komik karya Tatang Suhenra ini sebenarnya muncul dengan banyak seri dan judul. Hanya saja, di setiap judul itu, selalu muncul kakak-beradik Punakawan, yaitu Petruk dan Gareng, sebagai tokohnya. Komik ini sebenarnya udah muncul di era ‘80 dan ‘90-an. Masing-masing dari judul yang muncul, memiliki cerita yang berbeda dan beragam. Ada yang bergenre horor, drama, aksi, sampai fiksi sains, tapi semuanya pasti ada sisi humornya. Viki jadi salut sama almarhum Tatang S. yang mampu ngangkat tema dan tokoh yang unik sampe jadi ciri khas buat beliau.
2. Arigato Macaroni karya Erfan Fajar
Komik ini pernah menang penghargaan Kosasih Awards untuk kategori Komik Strip Online Terbaik. Arigato Macaroni juga udah beredar di toko buku secara resmi sekarang. Komik ini diterbitin sama Penerbit M&C dengan bendera KOLONI. Sebelum diterbitin sebagai buku, komik ini merupakan komik strip yang tersebar di media sosial dan website penyedia layanan baca komik macam Webtoon. Ceritanya menurut Viki sangat keren, yaitu bicara hal-hal yang dekat dengan kehidupan Erfan Fajar, bisa seputar kehidupan sebagai komikus di studio komik kecil, atau kisah absurd yang teramat kocak tentang orang-orang urban, tapi yang paling menarik ya mengenai dua anaknya—Osei dan Yuki. Menurut Viki, bakal keren banget nih kalau kisah-kisah yang kadang enggak jelas, tapi kocak, sekaligus inspiratif yang ada di komik jadi film.
3. Setan Jalanan karya Franki Indrasmoro
Kalau sinetron Anak Jalanan aja banyak banget penontonnya, kok enggak ada sutradara atau produser yang berani ngangkat kisah Kelana Perwiro atau Setan Jalanan ke layar lebar ya? Viki yakin tokoh bikinan Franki Indrasmoro alias Pepeng “Naif” ini punya potensi besar buat jadi hero yang antihero pujaan orang-orang Indonesia. Di bayangan Viki, aksi di Setan Jalanan ini bakalan mantap banget kalau misalnya disutradarain sama Gareth Evans!
4. Manungsa karya Erfan Fajar dan Jaka Ady
Erfan Fajar berkolaborasi sama Jaka Ady maka lahirlah komik ciamik ini. Dengan ngejadiin mitos-mitos mistis khas Indonesia sebagai acuan buat penokohan, kesan yang kita dapat dari komik ini ya Nusantara banget. Lo yang udah pernah baca komik ini pasti setuju banget sama Viki bahwa kalau beneran Manungsa dijadiin film animasi pasti bakal hacep banget tuh penggambaran beberapa tokoh yang lagi bertransformasi jadi makhluk jadi-jadian atau sejenis dedemit terus bertempur. Intinya, kisah Kanaka dan Rakai ini layak banget deh dijadiin film!
5. Siksa Neraka karya M. B. Rahimsyah dan Irsyadul Anam
Dulu di era ’90-an, ini komik ngetop banget loh! Coba aja lo tanya para “pelaku sejarah” yang udah ngerasain hidup di era ’90-an, pasti mereka tau sama komik ini! Menurut Viki, komik yang satu ini patut banget diangkat ke layar lebar, kemudian filmnya diputar di semua bioskop yang ada di Sabang sampai Merauke. Soalnya, menurut Viki, cerita yang ada di komik ini relevan banget buat “menyadarkan” rangorang Indonesia biar enggak lagi melakukan hal-hal yang negatif. Viki aja sampe sekarang enggak berani ngomongin orang soalnya gambaran siksaan yang ada di Siksa Neraka untuk orang yang suka fitnah tuh masih berbekas banget di pikiran Viki. Hiiiiiiiy!
***
Lima komik Indonesia di atas jadi bukti kalau komik-komik Indonesia tuh keren-keren. Selain itu, cerita di dalam lima komik di atas juga sangat variatif. Ini bisa banget dijadiin alternatif buat cerita-cerita film Indonesia. Paling enggak, kalau lima komik di atas difilmin, penikmat film Indonesia akan punya ragam cerita yang bisa dinikmatin, enggak sekadar cinta-cintaan aja. Buat lo yang emang nge-fans sama komik-komik ini tentu enggak akan sabar untuk ngelihat komik ini dijadiin film. Dengan teknologi yang sudah mumpuni di masa sekarang, harusnya sih perwujudan komik-komik di atas enggak mengecewakan secara visual.