7 Film Jawara Oscar yang Kemenangannya Jadi Kontroversi

– Enggak semua orang bisa terima dengan hasil pemenang Oscar
– Ada yang dikritik karena hasil editan filmnya dianggap buruk!

Academy Awards atau yang lebih kalian kenal dengan Oscar bisa dibilang merupakan penghargaan paling bergengsi untuk sineas dunia. Siapa pun yang mendapatkan Oscar biasanya dianggap sebagai film, aktor, atau sineas yang berkualitas. Enggak mengherankan bahwa para sineas berusaha keras untuk menampilkan film-film terbaik demi memboyong piala Oscar.

Kenyataannya, keputusan pihak Academy Awards dalam menentukan pemenang Oscar enggak selamanya bisa diterima oleh banyak orang. Ada beberapa film yang kemenangannya malah dipertanyakan dan menimbulkan perdebatan. Soalnya, ada kandidat lain yang dianggap lebih pantas dibandingkan film, aktor, atau sineas yang keluar sebagai pemenang.

Nah, film jawara Oscar apa saja yang kemenangannya malah menimbulkan kontroversi? Yuk, simak daftarnya!

1. The Matrix (“Best Visual Effect”)

Via Istimewa

Dirilis di era 1990-an, film The Matrix (1999) berhasil menggegerkan dunia perfilman dengan konsep yang cukup “gila” pada masanya. Premis filmnya saja bercerita tentang manusia di dunia yang sebenarnya adalah makhluk hasil ternak alien yang sejak bayi diberikan selang hipnotis. Selang tersebut digunakan agar manusia merasa bahwa segala hal di sekitarnya nyata, padahal kenyataannya cuma berupa kode-kode komputer belaka.

Selain ceritanya yang enggak biasa, The Matrix menampilkan efek visual yang keren pada masanya. Ini terbukti dari kemenangan film ini di kategori “Best Visual Effect” pada Oscar 2000. Namun, banyak orang yang menganggap bahwa Star Wars: The Phantom Menace (1999) lebih pantas buat menang. Pasalnya, efek visual yang ditampilkan lebih berwarna dan lebih keren.

2. Chicago (“Best Picture”)

Via Istimewa

Buat penggemar film musikal, kalian mungkin saja menikmati jalan cerita yang disajikan Chicago (2002). Film garapan Rob Marshall ini berkisah tentang dua selebritas yang masuk penjara karena kasus berat. Mereka pun menggunakan jasa pengacara terbaik agar karier mereka enggak tamat. Selain itu, Chicago juga mengambil latar Amerika Serikat pada 1924 yang bikin filmnya terlihat classy.

Enggak sekadar film musikal, Chicago juga sarat akan kritik terhadap banyak hal. Sajian kisah musikal yang dibumbui dengan kritik terhadap isu tertentu yang mungkin membuat pihak Academy Awards memberikan penghargaan “Best Picture” kepada Chicago di Oscar 2003. Namun, beberapa kritikus beranggapan bahwa Chicago merupakan film yang datar dan biasa aja. Film dengan konsep serupa yang dirilis terlebih dulu, yaitu Moulin Rouge! (2001), bahkan dianggap lebih pantas untuk menang.

3. The King’s Speech (“Best Picture”)

Via Istimewa

Bercerita tentang Raja George IV dari Inggris yang gagap, The King’s Speech (2010) bukanlah film yang buruk. Film ini bahkan mendapatkan penghargaan “Best Picture” Oscar 2011. Namun, kemenangan The King’s Speech seakan memperkuat anggapan bahwa para juri Oscar masih enggak berkembang dan tetap terjebak dalam penilaian mereka yang kolot.

Kenapa dianggap kolot? Untuk memenangkan “Best Picture” Oscar 2011, The King’s Speech harus mengalahkan sembilan nomine lainnya, termasuk The Social Network (2010). Dibandingkan The King’s Speeh, The Social Network menyajikan biopik yang lebih modern dan hal yang lebih segar. Kemenangan The King’s Speech yang mengangkat konsep “usang” seakan mengulang beberapa kemenangan Oscar sebelumnya.

4. Life of Pi (“Best Director”)

Via Istimewa

Film Life of Pi (2012) menampilkan visual indah yang bisa memanjakan mata penontonnya. Mulai dari konstelasi bintang-bintang, air laut yang jernih, hingga bunga-bunga di pulau tak berpenghuni yang memiliki kilau indah. Enggak heran bahwa film ini mendapatkan penghargaan “Best Visual Effects” Oscar 2013. Selain kategori tersebut, Life of Pi juga memenangkan penghargaan “Best Director”.

Sutradara Life of Pi, yaitu Ang Lee, memang bukan sutradara yang buruk. Namun menurut publik, akting pemain Life of Pi enggak terlalu spesial. Itulah sebabnya, film ini dianggap kurang layak memenangkan penghargaan “Best Director”. Soalnya, sutradara yang baik seharusnya bisa mengarahkan para pemainnya agar tampil lebih maksimal.

5. The Shape of Water (“Best Picture”)

Via Istimewa

Cinta beda alam selalu menjadi topik yang menarik untuk sebuah film, seperti di film The Shape of Water (2017). Kombinasi antara kisah fantasi yang unik dan kedalaman makna bikin film ini mendapatkan penghargaan paling bergengsi, yaitu “Best Picture” Oscar 2018.

Kemenangan The Shape of Water bisa dibilang cukup unik karena film ini sangat berbeda dari berbagai tipikal film yang biasanya menang Oscar. Namun, sebelum hingga setelah kemenangannya di Oscar, The Shape of Water beberapa kali dituduh melakukan plagiat karya lain, di antaranya sebuah pertunjukan berjudul Let Me Hear You Play (1969), film Amphibian Man (1962), dan Amelie (2001).

6. Bohemian Rhapsody (“Best Film Editing”)

Via Istimewa

Pesona band legendaris Queen memang enggak ada habisnya. Biopik Freddy Mercury yang berjudul Bohemian Rhapsody (2018) terbukti sukses besar. Enggak hanya sukses secara pendapatan, film ini juga berhasil panen penghargaan Oscar 2019, termasuk memenangkan penghargaan di kategori “Best Film Editing”.

Kemenangan Bohemian Rhapsody di kategori “Best Film Editing” ternyata menimbulkan perdebatan. Soalnya, hasil pengeditan di adegan pertemuan pertama Queen dan John Reid dikritik habis-habisan. Adegan tersebut dianggap menampilkan transisi yang begitu cepat dan cukup memusingkan saat ditonton. Pada akhirnya, sang editor Bohemian Rhapsody, yaitu John Ottman, mengakui bahwa dia enggak bekerja dengan maksimal saat proses pengeditan adegan tersebut.

7. Out of Africa (“Best Picture”)

Via Istimewa

Aktris Meryl Streep memang enggak asing membintangi film-film nominasi atau pemenang Oscar, salah satunya Out of Africa (1985). Film garapan Sydney Pollack tersebut bahkan berhasil memenangkan penghargaan “Best Picture” Oscar 1986. Namun, kemenangan Out of Africa malah menimbulkan tanda tanya bagi banyak pihak.

Out of Africa mendapatkan penilaian yang biasa-biasa saja saat dirilis. Streep berhasil menampilkan akting memukau, sayangnya sang aktor utama, yaitu Robert Redford, dinilai enggak memberikan akting yang setara dengan Streep. Nomine “Best Picture” Oscar 1986 lainnya, yaitu The Color Purple (1985) dianggap lebih pantas karena mendapatkan penilaian kritikus yang lebih baik dan mengangkat isu yang jauh lebih penting, yaitu mengenai rasisme.

***

Itulah deretan film jawara Oscar yang kemenangannya malah menimbulkan kontroversi. Menurut kalian, apakah ketujuh film di atas memang layak menang Oscar atau seharusnya film lain yang lebih pantas memenangkannya? Jangan lupa ikuti terus KINCIR buat dapatin berbagai informasi seputar film lainnya, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.