5 Film Nazi Penggugah Hati

Tema Nazi dan Perang Dunia II memang sering jadi ide yang dipakai sineas untuk bikin film. Isu ini memang terbilang sensitif, terutama untuk orang Jerman dan mereka yang berdarah Yahudi. Meski begitu, tetap saja segala hal yang berhubungan dengan Nazi menyimpan misteri yang bikin banyak orang penasaran dan mampu menyentil sisi emosional manusia.

Makanya selain tentang perang, ada banyak film bertema Nazi yang mengangkat cerita sentimental, cerita yang enggak dipenuhi medan pertempuran berdarah, atau kejamnya tentara Nazi. Selain biar penonton enggak bosen, film-film ini bikin lo sadar bahwa nyawa orang, walaupun cuma satu, tetaplah berarti.

Buat lo para penggemar film perang atau sejarah sekaligus pengen nonton film yang mampu meningkatkan sisi kemanusiaan lo,  film-film bertema Nazi di bawah ini patut lo tonton.

 

1. The Pianist (2002)

Via Istimewa

Kalau lo adalah seseorang yang melankolis, udah pasti lo bakalan berderai air mata deh melihat film ini. Belum lagi ditambah dengan dentingan piano Szpilman yang ngegambarin kepiluan dirinya. Film ini berkisah tentang Wladysaw Szpilman, seorang pianis yang hidup bahagia di Warsawa. Namun, kebahagiaannya harus pupus karena serbuan tentara Jerman ke Polandia. Dia pun bersembunyi dari satu tempat ke tempat lain, kelaparan, kedinginan, dan ketakutan melihat kekejaman tentara Jerman alias Nazi.

Pada saat dia bersembunyi di sebuah rumah yang enggak dibom, dia bertemu dengan tentara Jerman bernama Wilm Hosenfeld, lalu berkenalan. Hosenfeld menyuruh Szpilman buat bermain piano. Sebagai gantinya, Hosenfeld memberikan dia makan dan mantel tentara Jerman. Hosenfeld juga bilang kalau nama Szpilman dalam Bahasa Jerman adalah Spieelman, alias orang yang selalu bermain.

Oh, ya, film ini memberikan akhir yang baik buat si pianis karena pada akhirnya Szpilman selamat dan bisa bermain piano lagi. Namun, Hoselman keburu dibawa tentara Soviet sebelum Szpilman melakukan pembelaan di sana. Sedih banget, kan? Nah, sepanjang film, ada juga, sih, adegan yang enggak kalah sendu, yakni ketika Szpilman dalam pelarian dan merasa rindu main piano. Karena takut ketahuan, saat melihat piano, dia pun cuma bisa pura-pura mainin deretan tuts sambil membayangkan suara yang keluar dari sana.

 

2. The Sound of Music (1965)

Berlatar keindahan pegunungan Eropa dan musik-musik indah, The Sound of Music adalah sebuah implementasi mimpi indah manusia. Tentunya lo semua masih inget, dong, sama lagu “Do Re Mi” yang ceria banget dan punya lirik yang lucu? Rasanya kayak enggak bosan untuk terus memutar lagu ini meski kita udah dewasa.

Meski tampilan luar dan temanya ceria, enggak bisa dimungkiri kalau The Sound of Music hadir dengan latar waktu Perang Dunia II yang kelam. Film ini berkisah tentang Maria, seorang cewek yang dikirim sebagai perawat ke rumah seorang tentara duda bernama Von Trapp untuk mengasuh anak-anaknya. Awalnya merasa kalau tugasnya berat banget. Untungnya dengan musik dan suaranya yang indah, Maria bisa mengambil hati anak-anak dan menjadi dekat sama mereka. Enggak cuma hati anak-anak, tetapi juga hati sang Bapak, Von Trapp.

Sayangnya Von Trapp sempet harus mengalami masalah karena memutuskan buat enggak bergabung dengan ketentaraan Austria yang udah bergabung dengan Jerman. Dia pun dikejar-kejar tentara Nazi. Untungnya, Von Trapp, Maria, dan anak-anaknya berhasil kabur ke pegunungan Swiss. Mereka pun hidup bahagia di sana.

Film ini sangat berkesan banget meskipun udah kemakan zaman. Soalnya, film ini menampilkan indahnya waku yang dihabiskan bersama orang terdekat. Walau perang berkecamuk di luar sana, selama hati lo bersih dan selalu mengutamakan keluarga, niscaya hidup lo akan baik-baik aja.

 

3. Schindler's List (1993)

Via Istimewa

Schindler's List merupakan film hitam putih, dibuat serupa film dokumenter, yang bercerita tentang seorang pemilik pabrik bernama Oskar Schindler. Dia awalnya hanya tertarik pada uang, tetapi berubah menjadi penyelamat para Yahudi. Film ini diiringi dengan alunan musik yang indah, sebagian besar menyayat hati dan bikin kita ikut bersimpati terhadap penderitaan mereka selama tiga jam.

Selain musik dan misi penyelamatan yang berjalan secara alamiah, ada satu adegan yang cukup mengesankan, yakni saat anak kecil yang merupakan satu-satunya tokoh berwarna di film ini. Anak itu mengenakan sebuah mantel berwarna merah darah.

Banyak yang memperdebatkan makna dari pewarnaan tokoh ini. Akan tetapi, satu teori yang paling terkenal dan dianggap paling benar adalah anak perempuan itu merupakan sesuatu yang bisa mengubah Schindler dari pengusaha berhati dingin menjadi seorang pahlawan. Yap, bagi orang lain, apalagi tentara Nazi, mungkin anak itu enggak berarti apa-apa dan enggak penting. Namun, bagi Schindler, momen ketika dia ngelihat anak itu benar-benar mencairkan hatinya yang beku.

 

4. Downfall (Der Untergang) (2004)

Via Istimewa

Bagaimana cara Adolf Hitler mati? Yang semua orang tahu hanyalah dia bunuh diri bersama istrinya di dalam bunker saat terdesak. Peristiwa itu pun jadi sesuatu yang membahagiakan buat banyak orang, karena Hitler memang kejam banget. Namun, biar bagaimana pun, Hitler juga manusia biasa yang punya emosi, punya kemarahan, dan juga ketakutan.

Nah, sisi emosional Hitler ini digambarin jelas dalam film Downfall. Mungkin banyak di antara kita yang berpikir kalau Hitler masih songong dan pede saat dia terdesak. Padahal, aslinya enggak juga. Hitler adalah manusia yang terluka secara psikis karena perlakuan sang Ayah serta karena kegagalannya masuk sekolah seni. itulah alasan mengapa dia bisa melukai orang lain. Kerapuhan Hitler ini semakin terlihat di hari-hari terakhir sebelum dia terdesak. Premis inilah yang jadi tema cerita Downfall, yang menceritakan waktu-waktu yang dilalui Hitler dan antek-anteknya sebelum dia terdesak.

Karena di sini Hitler jadi tokoh utama, film ini sempat ditakutkan bakal ngebangkitin semangat Neo-Nazi. Apalagi, Bruno Ganz bener-bener mendalami perannya sebagau Hitler yang rapuh, emosional, dan diliputi ketakutan. Saking mengesankannya film ini, adegan saat Hitler marah di rapat seringkali dijadikan parodi dan meme.

 

5. Au Revoir, les Enfants! (1987)

Saat masih kecil, kita enggak akan peduli apa ras temen kita. Selama dia baik sama kita, kita pun akan baik sama dia. Sayangnya, saat beranjak dewasa, beberapa di antara kita tumbuh jadi makhluk rasis yang membenci orang hanya karena perbedaan ras. Padahal, siapa, sih, yang bisa memilih mau dilahirkan dengan ras apa?

Itulah pesan yang mau disampaikan oleh film ini. Film besutan Louis Malle ini menceritakan tentang Julien, anak kelahiran Prancis yang bersahabat dengan Jean. Usut punya usut, Jean ternyata adalah anak Yahudi yang disembunyikan dari tentara Jerman oleh seorang pastor sekolah. Walau mengetahui fakta itu, Julien enggak peduli dan mereka jadi sahabat dekat.

Di tengah kekejaman perang, persahabatan mereka bagai cahaya lilin yang tenang dan hangat. Mereka melakukan segala kegiatan khas anak-anak tanpa peduli ras dan peperangan yang sedang berlangsung. Sayangnya, di akhir cerita pasukan tentara Jerman melakukan sweeping dan membawa paksa anak-anak Yahudi, serta pastor yang dianggap berkhianat.

Film ini bakalan bikin lo sadar bahwa semakin dewasa diri kita,belum tentu juga kita jadi orang yang makin baik. Nyatanya, anak-anak bisa lebih tulus dalam berhubungan dengan sesamanya dan lebih bisa berdamai sama kenyataan.

***

Perang Dunia II dan Nazi masih menjadi dua hal yang traumatis di mata banyak orang, terutama keturunan mereka yang terlibat langsung pada dua hal tersebut. Namun, namanya juga film. Selain buat ngehibur, film juga bisa jadi potret sejarah-sejarah besar di masa lalu. Yap, dengan nonton film-film ini, lo bakalan menyadari kalau jadi rasis itu enggak ada gunanya dan lebih baik berdamai daripada musuhan sama orang lain. Setuju, enggak?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.