5 Film Lokal yang Mendunia tapi Dilarang di Indonesia

Perfilman Indonesia saat ini bisa dibilang bersaing dengan industri perfilman di kancah dunia. Enggak bisa dipandang sebelah mata, udah banyak film Indonesia yang dapat penghargaan di luar negeri. Namun, lo nyangka, enggak? Sebagian banyak film Indonesia yang terkenal di luar negeri, beberapa justru enggak layak tayang di bioskop Tanah Air.

Alasannya sederhana. Selain ceritanya mengandung kebebasan yang dinilai enggak sesuai nilai-nilai Indonesia, film-film ini punya kisah yang kontroversial. Kecaman dari berbagai pihak bisa aja datang apabila film-film tersebut ditayangin di Indonesia.

Kali ini, bakal dijabarin film Indonesia yang justru enggak boleh tayang di Indonesia. Ada yang pernah lo tonton?

 

1. Lady Terminator (1989)

Via Istimewa

Dari judulnya aja, lo pasti enggak nyangka bahwa film ini ternyata film Indonesia. Memang, cuplikan filmnya pun sebagian diisi orang bule. Makanya, banyak yang enggak nyangka bahwa film ini merupakan film Indonesia. Padahal, film yang bercerita tentang kisah pembalasan Ratu Kidul ini berhasil jadi film Indonesia yang go international, loh.

Film ini bukan semata-mata film horor legenda. Soalnya, film ini sebenarnya bergenre horor-aksi. Sayangnya, karena mengandung unsur kekerasan dan pornografi, film ini dicekal di negara sendiri. Walaupun begitu, film ini terlebih dahulu tampil secara internasional di beberapa negara, kayak Amerika Serikat, Thailand, Jepang, Perancis, dan Italia.

Akhirnya, setelah lima tahun dilarang,  film garapan sutradara Tjut Djalil ini tayang di Indonesia. Tentunya dengan pemotongan banyak adegan dan bagian yang enggak lulus sensor. Jadi, film keluaran Soraya Intercine Films ini hanya tayang dengan durasi 80 menit.

 

2. Merdeka 17085 (2001)

Via Istimewa

Kalau lo suka film-film sejarah Indonesia, film ini bisa dibilang salah satu rekomendasi buat lo. Film ini menceritakan kisah dramatis tentang seorang tentara Jepang yang ikut dalam perang kemerdekaan Indonesia. Film ini merupakan film kolaborasi antara rumah produksi Jepang  yang bernama Toho dan Rapi Films dari Indonesia. Menariknya, film ini menggunakan jasa para aktor dan aktris dari dua negara tersebut, loh. Sebut aja Jundai Yamada, Lola Amaria, Naoki Hosaka, dan Muhammad Iqbal. Yukio Fuji bertindak sebagai sutradara.

Sayangnya, film ini dicekal di Indonesia karena ceritanya yang bertentangan dengan sejarah sebenarnya. Ada juga beberapa adegan yang ditakutin bakal melukai perasaan masyarakat Indonesia hingga dikhawatirkan merusak hubungan kedua negara tersebut. Beberapa adegan yang dianggap menuai kontra adalah seorang wanita tua Jawa mencium kaki tentara Jepang serta lagu “Indonesia Raya” dinyanyikan dengan cara yang enggak sesuai.

Walaupun dilarang terbit di Indonesia, film dibilang sukses di Jepang. Bahkan, film ini memiliki saingan, yaitu raksasa anime Jepang, Spirited Away. Film dengan judul lain, Murudeka 17085, ini ngeraup pendapatan 550 ribu yuan atau sekitar Rp1 miliar.

 

3. Act of Killing (2012)

Via Istimewa

Film ini dikenal dengan film Jagal. Film ini bisa dibilang sebagai film paling kontroversial di Indonesia. Rasanya, banyak yang setuju kalau sebutan itu disematkan pada film ini. Walaupun mengisahkan tentang sejarah Indonesia, film ini enggak dibuat oleh orang Indonesia. Yap, Joshua Oppenheimer.

Sutradara asal Amerika Serikat ini mencoba buat memperlihatkan sisi lain dari kehidupan pascatragedi G30S/PKI. Banyak dari masyarakat yang dianggap PKI dan dihukum tanpa pengadilan oleh sebuah ormas di Medan, Sumatera Utara. Uniknya, walaupun udah jelas alur ceritanya, Oppenheimer memasukan unsur drama agar si pelaku dan narasumber mau merekonstruksi perbuatannya ketika menyiksa terduga anggota PKI. Bahkan, ada narasumber yang akhirnya nyerah buat menceritakan kisahnya, padahal dia selalu terlihat bangga dengan perbuatannya.

Sayangnya, film yang dapat nominasi Academy Award dan memenangkan BAFTA 2014 ini dicekal di Indonesia. Film ini hanya ditayangkan terbatas, umumnya ditayangkan oleh kampus-kampus dan lembaga-lembaga HAM. Banyak yang khawatir jika film ini ditayangin di layar lebar dipercaya bisa menghidupkan jiwa komunisme.

 

4. Look of Silence (2015)

Via Istimewa

Selain Act of Killing, film ini juga jadi film 'panas' di Indonesia, bukan ‘panas ’ dalam arti vulgar tentang seks, ya, melainkan penuh kontroversi. Walaupun enggak sekontra Act of Killing, film Look of Silence  juga enggak dibolehin tayang di Indonesia.

Sutradaranya pun sama, Oppenheimer, dengan gaya storytelling-nya. Bertindak sebagai pencerita, yaitu Adi yang bekerja sebagai tukang kacamata. Kakak dari Adi adalah korban dari ormas tertentu yang menganggap dia simpatisan PKI. Adi mencoba menguak sesuatu yang terjadi pada kakaknya. Akhirnya, dia mendatangi petinggi ormas dan memintanya bercerita mengenai apa yang terjadi pada kakaknya.

Bangganya, film ini diluncurin di Festival Film Venice. Sambutan di luar negeri begitu baik mengingat keindahan film pertama Oppenheimer, bahkan rating-nya di IMDb mencapai 8,2/10. Sayangnya, film ini enggak boleh tayang di Indonesia. Pasalnya, enggak ada yang berani menayangkan film ini karena banyak pihak yang kurang senang sama film Oppenheimer satu ini.

 

5. Something in the Way (2013)

Via Istimewa

Buat lo penggemar aktor Reza Rahardian, pasti tahu filmnya yang dicekal di Indonesia. Yap, Something in the Way. Sebenarnya, film ini enggak pernah dicoba buat tayang di Indonesia, kayak empat film yang udah disebutin. Soalnya, sutradara Teddy Soeriaatmadja udah yakin bahwa film ini bakal ditolak.

Alasan pertama, Teddy pada 2011 udah membangun kontroversi lewat film Lovely Man yang mengusung tema prostitusi waria dan mendapat kritikan keras dari beberapa kalangan. Film ini sukses di FFI dan beberapa festival internasional. Selain itu, film ini ditayangkan pada ajang Panorama Berlinale, ajang festival film Berlin yang secara khusus nayangin tema-tema kontroversial termasuk seks dan LGBT.

Selain Reza, film ini juga dibintangi oleh Ratu Felisha. Something in the Way membawa dua tema 'panas', yaitu agama dan seks. Film ini menceritakan tokoh bernama Ahmad, sopir taksi yang rajin beribadah. Nyatanya, dia adalah seorang pecandu pornografi. Ketika dia melakukan hubungan seksual dengan seorang pelacur, Ahmad ngerasa berdosa dan ingin menikahinya. Meski dicekal, film ini bisa dapat rating 7,1/10 di IMDb.

***

Dari lima film yang dilarang, kita bisa tahu bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan aturan sensor film yang bergitu ketat. Enggak peduli walaupun film tersebut sangat berkualitas. Terlepas dari hal itu, film ini dibuat karena para kreator berani menyuarakan pendapat untuk diungkapkan kepada dunia meskipun kontroversial.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.