Film ketiga dari waralana Maze Runner ini udah bisa lo nikmatin di bioskop seluruh Indonesia. Bisa dibilang, film ini dapet begitu banyak antusias penggemar di seluruh dunia. Enggak lain karena banyak yang penasaran dengan ending film genre dystopian ini. Sementara buat lo yang belum dan kepengin nonton, lo bisa baca ulasannya di sini.
Apalagi buat lo yang baca novelnya, Maze Runner: The Death Cure ini bisa jadi film wajib tonton. Demi ngebuktiin keberhasilan adaptasi oleh sutradara Wes Ball. Di samping bikin penasaran, ada fakta unik di balik proses pembuatan film ini yang bikin menarik ditonton.
Berikut, 5 Fakta Maze Runner: The Death Cure yang Filmnya Bikin Penasaran.
1. Hanya 55 Persen Kisah yang Diambil dari Novel
Buat pembaca novelnya, bisa dibilang ada kekecewaan tersendiri karena enggak menuhin ekspektasi lewat film ini. Sejak film pertama dan kedua, film ini juga berformula sama. Yap, hanya sekitar 50 persen plot di novel yang diadaptasikan ke film. Sisanya, naskah cerita banyak dimodifikasi alias enggak sepenuhnya mengikuti novel.
Salah satunya, ketika adegan Newt berubah menjadi Crank, dibuat sedramatis mungkin. Namun, justru enggak lebih menyentuh daripada novelnya. Beberapa latar dan strategi para Right Arm juga dibikin beda. Hal ini nimbulin spekulasi penggemar bahwa Wes Ball ngubah cerita rating R pada novel ke PG-13 pada filmnya.
2. The Death Cure Bukanlah Novel Final
Memasuki cerita ketiga ini, film Maze Runner: The Death Cure merupakan bagian terakhir dari waralaba Maze Runner. Namun, hal ini berbeda dengan novelnya. Yap, penulis James Dashner nyatanya masih asyik dengan petualangannya untuk menjelajahi dan memperluas kisahnya.
Pada 2012, Dashner ngerilis novel prekuel yang berjudul The Kill Order dan The Fever Code pada 2016. Meski sebagai prekuel, enggak ada salahnya juga kalau dibuat filmnya. Malah, bisa jadi kedua novel tersebut ngasih jawaban ke penonton tentang adanya WCKD dan dibangunnya Glade.
3. Cedera yang Dialami Dylan O’Brein
Kecelakaan yang dialami pemeran utama saat proses produksi merupakan bencana yang tak terelakkan. Tentunya, bukanlah hal yang menyenangkan. Itulah yang persis terjadi dengan Dylan O’Brein (Thomas) ketika melakukan syuting film ini pada 18 Maret 2016.
Dilansir Deadline, kecelakaan terjadi saat O’Brein ngelakuin adegan ditarik oleh kendaraan. Nah, ketika badannya masih bergelantung, tiba-tiba ada kendaraan dari arah berlawanan yang langsung menghantam dirinya. Alhasil, O’Brein pun mengalami gegar otak, retak tulang wajah dan beberapa bagian tubuhnya tercabik.
Untungnya, nyawa sang aktor masih selamat dan jadwal syuting dihentikan sementara hingga bulan Februari 2017. Rumah produksi 20th Century Fox un terpaksa harus mengundur tanggal rilis dari 17 Februari 2017 ke 26 Januari 2018.
4. Reunian Karakter Game of Thrones
Dibintangi beberapa aktor dan aktris berkualitas, Maze Runner: The Death Cure jadi tempat reuni para pemain Game of Thrones. Semenjak karakter Harriet yang diperankan oleh Nathalie Emmanuel diperkenalkan di Maze Runner: The Scorch Trials (2015), banyak penggemar waralaba Maze Runner dan seri hit Game of Thrones yang gregetan dan terus penasaran.
Yap, Nathalie Emmanuel (Harriet) dan Thomas Brodie Sangster (Newt) pernah sama-sama berakting dalam seri HBO tersebut. Ditambah kehadiran Aidan Gillen yang berperan sebagai Janson. Spesifiknya di GoT, Emmanuel memerankan Missandei, Sangster memerankan Jojen Reed, dan Gillen sebagai Petyr Baelish. Kalaupun ada prekuelnya, bisa aja nambah beberapa pemain GoT lainnya.
5. Kejutan Karakter Pamungkas
Buat lo yang udah baca novelnya pasti juga ngerasa terkejut ketika ada salah satu karakter nyebelin yang kembali muncul. Yap, buat lo yang nonton filmnya tanpa baca novelnya juga kaget dengan kehadiran karakter tersebut. Hal ini tentunya bikin cerita novel dan film makin seru dan enggak bisa ditebak.
Pasalnya, ada satu karakter yang telah dimatikan di seri pertama namun kembali hadir di seri terakhir ini. Bukan karakter receh loh! Melainkan karakter yang punya peran penting yang bikin lo gregetan pada seri pertama. Nah, karakter tersebut kembali muncul dengan peran yang drastis. Penasaran? Tonton aja filmnya!
***
Sementara dibuatkan film, novel ketiga ini bisa jadi wujud karya Wes Ball yang efisien. Ball enggak ingin film terakhir ini dibagi dua layaknya Harry Potter and the Deathly Hallows, The Hunger Games: Mockingjay dan Twilight: Breaking Dawn. Makanya, untuk memadatkan cerita, Ball ngerangkum semuanya dalam film. Sayangnya, hasilnya justru antiklimaks.