Beberapa waktu terakhir ini, memang sedikit sulit untuk skeptis dengan film Indonesia. Bukan cuma punya pemasaran apik, hasilnya pun memang bagus betulan, sehingga bukan sekadar gimmick pemasaran. Apalagi, nantinya film-film ini juga biasanya dapat diakses melalui platform video on demand seperti Netflix. Otomatis, jangkauan pasarnya lebih luas, termasuk ke luar negeri.
Salah satu film Indonesia yang sangat menjanjikan adalah Mencuri Raden Saleh. Bukan hal yang lazim saat sineas Indonesia merilis karya dengan konsep aksi pencurian barang berharga layaknya The Italian Job seperti ini. Saat Angga Dwimas Sasongko selaku sutradara menyajikan film dengan konsep heist, tentu ini adalah sebuah terobosan besar.
Bukan cuma gimmick, Mencuri Raden Saleh nyatanya memang memiliki kualitas yang baik. Berbagai pengulas memberikan standing applause dan skor tinggi, termasuk KINCIR tentunya.
Seberapa keren Mencuri Raden Saleh bisa kamu lihat melalui ulasan KINCIR. Namun, apa sih yang bikin dia layak diacungi semua jempol dan menjadi inspirasi bagi sineas lain buat bikin karya yang enggak monoton? Ini dia alasannya.
Berangkat dari ide yang berani
Harus diakui bahwa banyak sineas Indonesia yang terjebak sama tren. Tren-nya horor erotis, berbondong-bondong sineas bikin horor erotis. Tren-nya drama dan komedi, mayoritas sineas ngikut.
Di tengah tren romansa dan horor, Angga Dwimas Sasonggo berhasil tampil dengan konsep heist. Ini pertaruhan besar, tetapi kita tahu bahwa ia memang sutradara yang mampu mengeksplorasi tema dengan baik. Film-filmnya unik, bahkan sejak awal kariernya sebagai asisten sutradara dalam Catatan Akhir Sekolah (2005), dan sutradara dalam Hari untuk Amanda (2010).
Banyak sutradara Indonesia yang terjebak dalam konsep hiperbola saat merilis film dengan konsep unik. Konsepnya baik, eksekusinya berantakan. Ini enggak terjadi pada Mencuri Raden Saleh karena eksekusinya sebaik pemasaran dan trailer-nya.
Film ini dipoles dengan cara yang apik. Pencuriannya enggak lebay, tokoh-tokohnya punya karakter dan alasan kuat dengan believability yang baik. Tokoh utama, Piko dan Ucup, memang sebelumnya bukan tokoh suci –mereka memang kerap “berbuat curang”. Ini membuat penonton mudah masuk ke dalam cerita dan berempati sama tokoh-tokohnya.
Bukan film Hollywood
Beberapa genre terlalu sering dipakai oleh film Hollywood, salah satunya tentu saja genre heist. Mencuri Raden Saleh, sebelum dirilis, memiliki potensi untuk terjebak menjadi “kebarat-baratan” dan itu jelas bukan hal yang baik karena tokoh-tokohnya dari Indonesia, karya lukisnya dari Indonesia, kejadiannya di Indonesia. Tentu kita rasanya sebel melihat berbagai film Indonesia tetapi punya nuansa Hollywood dengan karakter yang punya permasalahan ala Amerika Serikat, padahal mereka orang Indonesia.
Mencuri Raden Saleh enggak terjebak di situ. Konflik tokoh-tokohnya cukup Indonesia, sehingga kita merasa lebih dekat. Misalnya, keinginan beberapa dalang pencurian buat buka bengkel, ayah yang dipenjara, dan sebagainya. Kita yang orang Indonesia bisa memahami latar belakang mereka sehingga bisa lebih menerima alasan kenapa mereka mencuri.
Penuh dengan kritik sosial
Apakah pencurian hanya dilakukan oleh orang yang betul-betul membutuhkan uang secara urgent atau memenuhi kebutuhan primer dan sekunder? Nyatanya, banyak orang yang mencuri padahal mereka berlimpah kekayaan. Contohnya, tentu saja “bos” dari pencurian ini yang latar belakangnya enggak main-main.
Kita udah kenyang dengan pemberitaan tentang koruptor di Indonesia yang maruk. Mereka “mencuri” bukan karena ada kebutuhan yang terdesak. Mereka memang enggak pernah puas. Dan inilah salah satu kritik sosial yang ditampilkan di film. Film enggak 100% membuat kita membenarkan tindak pencurian karena alih-alih buat kebutuhan, toh ada pihak yang ingin mencuri karena pada dasarnya memang tamak.
Karakter yang beragam
Heist yang dilakukan dalam berbagai film memuat tokoh-tokoh dengan kemampuan berbeda. Ini bisa kita lihat dalam Entrapment, Tower Heist, atau serial Leverage. Hal ini menunjukkan kerja sama tim yang sempurna, yang bikin ngiri mengingat dalam kantor pun kadang kerja sama tim kayak gini sulit tercapai.
Sebetulnya, heist dengan karakter yang punya keahlian berbeda sudah sangat banal, sehingga jelas berpotensi dangkal dan membosankan. Sebetulnya, hal banal ini dipakai dalam formula Mencuri Raden Saleh, tetapi mau gimana lagi, ini film heist. Kita enggak cuma mencari makna. Kita mencari aksi dan adrenalin.
Dengan aksi bela diri, kepintaran, dan strategi peretasan serta hal lain yang dikolaborasikan, asyik banget memang melihat film ini. Pelepas lelah yang memberikan rasa menyenangkan seusai menonton.
Pemeran yang enggak aji mumpung
Salah satu hal yang menyebalkan dari beberapa film Indonesia adalah penggunaan aktor-aktor yang aji mumpung. Maksudnya, mereka enggak punya filmografi yang bagus, bahkan sebelumnya jarang bermain film. Mereka didapuk sebagai pemeran hanya karena sedang viral saja.
Tentu itu bukan style dari Angga Dwimas Sasongko. Lihat saja, pemeran-pemeran filmnya selalu aktor-aktor dengan jam terbang tinggi. Dalam film ini, kita akan disuguhkan penampilan Iqbaal Ramadhan yang sudah sukses bikin baper di Ali & Ratu-Ratu Queens serta Dilan 1990, Angga Yunanda yang selalu cemerlang dalam berbagai film termasuk Dua Garis Biru, dan Rachel Amanda yang bikin baper lewat NKCTHI.
Tak kalah, ada Umay Shahab yang pernah sukses menjadi taruna akpol dalam Pohon Terkenal, Ari Irham serbabisa dalam drama (Terlalu Tampan) hingga horor (Ratu Ilmu Hitam), serta Aghniny Haque yang enggak cuma mahir berperan di berbagai film berkualitas (Perempuan Tanah Jahanam & Menanti Sebuah Keajaiban), tetapi jago bela diri karena merupakan mantan atlet taekwondo.
Semua pemeran, termasuk sang antagonis, punya jam terbang tinggi. Makanya, mereka mampu melakoni setiap peran dengan sangat baik. Mereka memang pemain film, bukan selebritas viral yang ditunjuk untuk main film.
Buat kamu yang belum sempat nonton, ada banyak alasan kenapa film ini layak buat kamu masukkan ke dalam daftar tonton. Tentu suatu saat Mencuri Raden Saleh bisa saja dirilis di platform VOD, tetapi keseruannya lebih baik dinikmati secepat mungkin sebelum spoilernya betebaran di media sosial.