*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 7 | Penokohan: 7 | Efek Suara/Scoring: 8 | Visual: 6 | Nilai Akhir: 7/10
Sebelum baca ulasan dari Viki ini, ada baiknya lo enggak menaruh ekspektasi tinggi terhadap film ini. Kenapa? Soalnya, Fireworks beda sama film-film animasi setipe kayak Your Name/Kimi no Na Wa (2016) dan A Silent Voice (2016) yang nyediain ruang buat ngasih akhir kisah yang tertutup alias jelas. Film ini sama sekali enggak mendekati kata “selesai”. Film ini punya open ending yang bakal bikin lo mikir, “Apaan? Jadi, akhirnya bagaimana?” Yap, lo bakal menerka-nerka sendiri akhir yang pas buat dua karakter utama di film ini.
Hal itu enggak serta-merta bikin film anime ini jadi film yang buruk. Namun, Viki juga enggak bisa bilang bahwa film ini bisa dinikmatin sama lo yang memang lebih suka film dengan akhir yang jelas. Kalau lo bisa nikmatin Black Swan (2010) garapan Darren Aronofsky, kayaknya lo enggak bakal bermasalah sama film anime ini. Atau, kalau ngerasa nyaman saat nonton Inception (2010) karya Christopher Nolan yang penuh dengan konsep surealis, lo pasti bakal tertarik sama film anime ini.
Diadaptasi dari dorama berjudul sama garapan Shunji Iwai yang rilis pada 1993, Fireworks mengisahkan Norimichi Shimada (Masaki Suda) dan Yuusuke Azumi (Mamoru Miyano) yang suka sama cewek teman sekelas mereka, Nazuna Oikawa (Suzu Hirose). Yuusuke jelas mengakui bahwa dia suka sama Nazuna, sedangkan Norimichi enggak pernah bilang secara terang-terangan.
Menjelang pesta kembang api di musim panas, Norimichi dan kawan-kawan berdebat soal apakah kembang api itu datar atau bulat kalau dilihat dari satu sisi? Perdebatan ini ngebawa mereka janjian buat lihat kembang api bareng-bareng. Dari sini, film ini kelihatan kayak drama remaja tentang persahabatan dengan bumbu cinta segitiga. Namun, film ini enggak bisa didefinisiin semudah itu.
Nazuna yang pendiam dan cool ternyata berencana kabur saat pesta kembang api. Sayang, usahanya gagal. Norimichi pun ngelihat peluang dan berpikir seandainya aja kejadiannya enggak kayak begini, apakah masa depan bakal berubah? Dari situlah perjalanan Norimichi mencari kebahagiaan idealnya dimulai.
Hal pertama yang bakal bikin lo terkesan sama film ini bukan ceritanya, melainkan animasinya yang memang apik. Sayangnya, di beberapa bagian, khususnya saat para karakternya bergerak di depan background yang besar, efek CGI-nya bikin animasinya terlihat kaku dan jadi kayak adegan dalam video game. Saat transisi pun banyak adegan yang diulang tanpa usaha mengambil dari sudut yang beda. Jadi, animasinya memang enggak bisa dibilang sempurna.
Fokus utama dalam film ini memang emosi tokohnya, sih, khususnya Norimichi dan Nazuna. Makanya, kualitas animasinya yang keren banget justru terlihat dari karakter Nazuna yang ekspresinya banyak disorot sepanjang film. Lo bakal ngerasa canggung ngelihat satu layar isinya muka Nazuna semua atau muka Norimichi semua. Namun, justru hal ini yang bikin emosi dalam film ini tersampaikan.
Pemilihan seiyuu yang diambil dari aktor film jadi nilai tambah buat film ini. Soalnya, kekuatan utama film ini adalah di karakter Norimichi dan Nazuna. Nah, Masaki Suda (Gintama) pas banget ngebawain Norimichi yang bersemangat tapi juga canggung di depan Nazuna. Sedangkan, Suzu Hirose (Your Lie in April) bisa ngebawa suasana sedih, kecewa, dan senang, apa pun itu yang dirasain Nazuna. Hal ini yang bikin Fireworks jadi terasa emosional meski alurnya sebetulnya sederhana banget dan konfliknya juga terkesan biasa.
Nah, buat nutupin kekurangan dalam hal alur dan konflik, musik jadi faktor penting yang berhasil. Dua jempol buat Satoru Kosaki (Kizumonogatari) yang—berkat musiknya yang lembut—udah bikin film ini jadi indah dan emosional. Suasana sendu yang dibangun lewat karakter Nazuna juga tersampaikan melalui musiknya. Musiknya terikat secara emosional sama tampilan visualnya dan berhasil banget ngegambarin perasaan Nazuna dan Norimichi. Puncaknya, lagu DAOKO dan Kenshi Yonezu, “Uchiage Hanabi”, berhasil jadi penutup yang ciamik buat 90 menit perjalanan Norimichi dan Nazuna.
Sebetulnya, Viki cukup takjub sama penggambaran dunia ciptaan Norimichi. Aneh, tapi juga indah. Asing, tapi enggak nakutin. Saat Norimichi sadar bahwa mereka udah berada di dunia yang berbeda, dia ngerasa ada yang salah. Namun, hal itu enggak bikin dia berhenti sampai nemuin tempat yang tepat buat dia dan Nazuna.
Meski cuma sehari, Nazuna pengen bisa ngabisin waktu berdua sama Norimichi. Biarpun cuma lihat kembang api, kebersamaan mereka yang bikin film ini menyentuh. Tenang aja, lo enggak bakal banjir air mata, kok.
Norimichi berusaha menciptakan momen kebahagiaan yang diinginkan Nazuna. Keinginan buat menghadirkan kebahagiaan demi orang lain meski harus berkali-kali ngulang hari yang sama adalah hal yang indah. Ini nunjukin tulusnya perasaan Norimichi ke Nazuna meski enggak jelas apakah perasaan itu adalah cinta atau persahabatan yang tulus.
Di balik ketulusan sang protagonis yang ditonjolin, sebenarnya, ada beberapa hal yang ngeganggu dalam film ini. Misalnya aja sexual harassment yang dilakuin murid ke gurunya yang “seksi” dan eksploitasi bagian tubuh Nazuna yang lagi dalam masa puber. Namun, hal itu bisa dimaklumin. Soalnya, jarang banget anime yang anti-moe. Lagipula, film ini dilihat dari sudut pandang Norimichi yang adalah cowok. Jadi, anggap aja hal ini wajar banget dimunculin.
Film anime dengan judul asli Uchiage Hanabi, Shita kara Miru ka? Yoko kara Miru ka? ini disutradarai oleh Nobuyuki Takeuchi dan Akiyuki Shinbo berdasarkan naskah yang ditulis oleh Hitoshi Ohne. Animasinya digarap sama Studio Shaft yang juga ngerjain tiga film anime Kizumonogatari. Bisa dibilang, film ini justru enggak berhasil kalau cuma dilihat dari segi animasinya, apalagi kalau disandingin sama Your Name dan A Silent Voice yang warna animasinya “ngeklop” sama tone ceritanya. Dari segi alur dan konflik juga sama sekali enggak ada yang istimewa. Namun, kalau disertain sama aspek musik dan emosi karakternya, film ini jadi layak banget lo tonton.
Fireworks bakal ditayangin di jaringan CGV dan Cinemaxx Tanah Air mulai 1 November 2017. Jangan sampai ketinggalan, ya! Tentunya, jangan juga ngerekam-rekam pas lo lagi nonton meskipun niat lo buat update status media sosial doang.