Cerita: 8 | Penokohan: 9 | Visual: 8 | Sound Effect/Scoring: 6 | Nilai Akhir: 7,7/10
Di Indonesia, Doraemon bisa dibilang menjadi salah satu produk era 90-an. Soalnya, masa kecil generasi 90-an setiap minggu selalu diisi sama robot kucing dari abad ke-22 yang selalu menolong Nobita ini. Kisahnya mengangkat kecerobohan Nobita, yang selalu mengakibatkan masalah yang enggak pernah ada habisnya. Bahkan, setiap tahun selalu ada film petualangan baru yang dirilis untuk memanjakan para penggemar Doraemon.
Tahun ini ada Doraemon: Nobita and the Birth of Japan yang menyapa para penggemar dengan kisah petualangan baru. Kali ini, lo bakal diajak sama sutradara Shinnosuke Yukawa menjelajah Jepang pada masa prasejarah. Pada masa ketika Jepang masih berupa daratan yang bergabung dengan Tiongkok ini, Nobita dan kawan-kawan nemuin kebebasan mereka. Mereka puas banget bisa nikmatin udara segar yang pasti enggak ditemukan di perkotaan dan hamparan rerumputan hijau. Yang paling penting, di sana cuma ada mereka. Serasa dunia milik sendiri, deh!
Eits, tapi tunggu dulu. Pada masa prasejarah, tepatnya 70.000 tahun yang lalu, mereka bukanlah satu-satunya manusia yang ada di Bumi. Jauh di sebelah Barat Jepang, udah ada manusia yang hidup dan menebar teror. Ibarat suku Maya di Apocalypto garapan Mel Gibson, sekelompok manusia ini juga ngumpulin orang-orang untuk dijadikan budak. Para budak itu dipaksa membangun istana mereka.
Kelompok ini dipimpin oleh seorang penyihir bernama Gigazombie. Penyihir ini memiliki kekuatan misterius sekaligus mencurigakan. Pada akhirnya, Doraemon, Nobita, dan kawan-kawan harus melawan penyihir itu demi menyelamatkan masa prasejarah.
Viki patut acungi jempol sama cara Yukawa menggarap ceritanya. Sebagai film anak-anak, Doraemon: Nobita and the Birth of Japan berhasil menampilkan dunia anak-anak secara alami. Nobita dan kawan-kawan tampil polos dan jenaka, penuh rasa ingin tahu dan jiwa optimistis yang selalu haus akan petualangan. Film ini nunjukin kalau anak-anak juga perlu menikmati hidup dengan cara mereka. Mereka harus ngerasain dunia yang menyenangkan, tempat mereka bebas bermain.
Sepanjang hampir dua jam, Viki enggak habis pikir sama alat-alat yang dikeluarin Doraemon. Idenya brilian banget, benar-benar bikin hidup lebih praktis. Meski begitu, film ini enggak ngelupain kenyataan bahwa mereka hidup pada masa prasejarah. Jadi, saat Giant dan Suneo mau nebang pohon dengan alat Doraemon di hadapan para manusia prasejarah, Doraemon melarang mereka. Doraemon enggak mau merusak cara manusia prasejarah membuat senjata, soalnya itu bisa mengubah sejarah.
Film ini menghibur dengan humor yang polos dan apa adanya. Yang jelas, Nobita dan kawan-kawan digambarkan sebagaimana anak-anak seharusnya. Sama sekali enggak ada yang dibuat jadi dewasa melebihi umurnya. Makanya, film ini pas banget buat ditonton seluruh keluarga. Yang disorot cuma petualangan, keajaiban, dan persahabatan murni yang bahkan bisa melintasi ruang dan waktu.
Viki juga patut acungi jempol sama kualitas gambarnya. Film ini penuh warna dan bermain dengan nuansa cerah. Namun, hal ini sama sekali enggak bikin lo sakit mata. Sebaliknya, gambar-gambarnya justru memanjakan mata banget. Penggambaran dataran Tiongkok-nya juga pas banget, jadi kayak lagi lihat lukisan Tiongkok gitu. Belum lagi, sudut pengambilan gambarnya luas banget, cocok untuk nunjukin keindahan alam Jepang yang masih alami.
Yang juga enggak boleh dilupakan adalah konflik yang diangkat di awal film. Yukawa menyoroti masalah cara didik orangtua yang dirasa berlebihan. Ini keren banget menurut Viki, soalnya sekarang ini orang tua kebanyakan mau anak-anak mereka jadi kayak apa yang mereka mau. Banyak cara dilakukan, mulai dari ikut les musik, ikut les privat bahasa asing, bahkan sampai dipaksa jaga toko (lo pasti tahu tokoh yang disuruh jaga toko ini).
Buat para orang tua, hal itu sah-sah aja soalnya semua itu dilakukan demi masa depan anak-anak mereka. Sayangnya, mungkin kalian para orang tua jadi lupa kalau anak-anak butuh kebebasan. Mereka juga bisa bosan dan butuh kegiatan yang menyenangkan untuk melepas penat. Nah, hal inilah yang cukup disoroti pada awal film. Saat anak-anak merasa kehilangan ‘rumah’. Mereka pun bakal mencari ‘rumah’ baru yang lebih menyenangkan. Di film ini, sih, mereka jadi kabur ke masa prasejarah dan melakukan hal-hal yang positif. Tapi, kalau di kehidupan nyata, yang terjadi bisa lebih buruk lagi, loh.
Pokoknya, Doraemon: Nobita and the Birth of Japan benar-benar film anak-anak yang lengkap banget. Film ini punya unsur edukasi, yaitu saat menceritakan mengenai sejarah Jepang. Film ini juga enggak terjebak sama fiksi dan bisa tetap masuk akal dalam dunia penuh imajinasi. Celetuk polos para tokohnya juga bikin film ini menghibur banget. Pokoknya, lo enggak rugi, deh kalau ngajak keluarga lo untuk nonton film ini. Ngajak gebetan juga boleh banget.