Saat ngomongin anime yang konyol dan lucunya enggak dibuat-buat, pikiran kita pasti sulit buat terlepas dari Crayon Shin–chan. Anime yang satu ini bener-bener terkenal enggak cuma di negara asalnya, Jepang, tapi juga di negara-negara lain termasuk Indonesia.
Shin-chan alias Shinnosuke Nohara dan keluarganya jelas bukan keluarga ideal. Di tengah-tengah budaya masyarakat Jepang yang cenderung sopan dan enggak berani frontal, sosok Keluarga Nohara ini dianggap sebagai “sampah masyarakat”.
Meskipun Keluarga Nohara penuh dengan kegembiraan (karena kurangnya rasa malu), sejatinya masalah di rumah tangga mereka cukup banyak. Mulai dari Hiroshi, sang ayah yang mata keranjang tapi takut istri, Misae yang inkonsisten tapi galak, dua anak yang lasak, serta cicilan rumah yang masih 32 tahun lagi.
Cicilan rumah yang masih 32 tahun lagi ini sering jadi alasan mengapa Misae dan Hiroshi sering mengeluh dan marah-marah kalau anak-anak mereka minta mainan mahal. 32 tahun bukan waktu yang singkat. Mungkin banyak di antara lo yang bingung, kenapa cicilan rumah keluarga Nohara masih 32 tahun lagi? Kenapa enggak bisa dipercepat? Apakah kredit macet adalah masalah yang tengah melanda Jepang layaknya krisis 2008?
Nah, daripada pertanyaan-pertanyaan itu terus menghantui lo hingga lo mati, mending kita cari tahu aja apa yang menyebabkan cicilan rumah keluarga Nohara masih 32 tahun lagi.
1. Keputusan Hiroshi yang Berisiko
Rumah Keluarga Nohara adalah rumah dua lantai di Prefektur Saitama. Harga rumah dua lantai dengan luas 94 meter persegi di Saitama yang dibangun pada 1990-an adalah sekitar 12,8 juta yen (Rp1,6 miliar). Rumah ini merupakan rumah dua lantai dengan interior serupa rumah Keluarga Nohara.
Sementara itu, dari awal pertemuan Hiroshi dan Misae, udah kebaca banget kalau Hiroshi cuma pegawai biasa yang gajinya pas-pasan. Jadi, buat membeli rumah sebesar itu dengan sistem tunai, kayaknya enggak mungkin banget. Kecuali kalau Hiroshi mendapatkan warisan yang banyak. Orangtua Hiroshi di Akita berprofesi sebagai petani. Jadi, enggak mungkin mereka mewariskan uang dalam jumlah banyak untuk Hiroshi.
Memang, sih, keputusan buat mencicil rumah selama 32 tahun adalah keputusan yang cukup berisiko. Soalnya, angka harapan hidup pria Jepang rata-rata hanya sekitar 79 tahun. Mungkin Hiroshi enggak pede dengan kemampuan finansialnya sendiri.
2. Gaji Bulanan Hiroshi yang Ngepas
Hiroshi adalah seorang pegawai pada tingkat low-level management (kakaricho) di Futaba Shoji. Mengingat posisinya yang enggak tinggi, gaji Hiroshi bisa diperkirakan berada pada level rata-rata. Nah, gaji rata-rata pegawai di Saitama kira-kira 184 ribu yen per bulan atau Rp23 juta. Dengan gaji segitu, Hiroshi harus membayar cicilan rumah, uang kereta untuk ke kantor, biaya hidup anak-anak, dan juga biaya rekreasi seperti karaoke atau minum sake sepulang kantor.
Biaya yang harus dikeluarkan untuk kereta dan transportasi umum lain per bulannya adalah 8.000 yen alias Rp1 juta(dengan asumsi 22 hari kerja). Total biaya belanja mingguan di Saitama adalah sekitar 9.470 yen (Rp1,2 jutaan). Sementara itu, biaya utilitas (listrik, air, dan lain-lain) adalah 16.000 yen (Rp2 jutaan). Ini belum ditambah biaya pakaian, loh. Padahal, Hiroshi adalah satu-satunya breadwinner alias pencari nafkah di rumah. Jadi, total biaya kebutuhan rumah tangga Keluarga Nohara per bulan adalah 61.880 yen atau sekitar Rp7 juta.
3. Misae Enggak Pandai Mengatur Finansial
Misae adalah sosok istri galak yang juga kurang adil. Misae menerapkan penghematan terhadap anggota keluarga lain, terutama sang suami. Namun, dia sendiri juga sering ceroboh dalam membelanjakan uang.
Misae sering tergoda diskon-diskon di pusat perbelanjaan dekat rumah atau salah perhitungan saat membeli barang-barang. Hal ini pun bikin uang Keluarga Nohara terbuang percuma. Bahkan, banyak barang dia beli yang ujung-ujungnya enggak terpakai alias cuma numpuk di gudang.
Kayaknya Misae memang harus belajar mengenai hidup minimalis ala filsafat Zen yang lagi banyak diterapkan di Jepang. Penganut cara hidup ini membeli barang yang bener-bener mereka butuhkan. Bukan cuma menghemat uang, rumah pun jadi lebih lapang dan rapi.
4. Punya Dua Orang Anak
Memiliki anak bukan cuma mengharuskan lo untuk siap mental, tapi juga buat siap secara finansial. Anak-anak itu bukan cuma butuh makan. Mereka juga butuh sekolah, hiburan, dan pakaian yang layak. Udah jadi kewajiban bagi orangtua buat memenuhi kebutuhan anak-anak mereka.
Anak pertama di Keluarga Nohara, Shinnosuke alias Shin-chan, sedang bersekolah di TK-A. Biaya SPP buat TK biasa di Saitama rata-rata 29.000 yen (Rp3,7 juta). Ini belum ditambah dengan uang bulanan untuk bekal sekolah Shin-chan, makan siang, dan makan malamnya. Ada pula kebutuhan untuk beli mainan, rekreasi, dan baju.
Sementara itu, sang anak bontot, Himawari, memang belum membutuhkan sekolah mengingat dia cuma anak bayi. Namun, anak bayi juga punya kebutuhan yang enggak kalah mahal, seperti kebutuhan popok, peralatan mandi, baju, dan susu bayi. Yap, Himawari bukanlah bayi yang sepenuhnya bergantung pada ASI karena Hiroshi dan Misae sering membuatkannya susu botol.
5. Membayar Biaya Renovasi Rumah
Kadang-kadang, kesialan memang enggak terduga datangnya. Pada suatu hari, rumah Keluarga Nohara terkena angin ribut dan hancurlah beberapa bagian dari rumah tersebut.
Keluarga Nohara pun harus menyewa apartemen murah sementara rumah tersebut direnovasi. Sewa apartemen satu kamar per bulan di pinggiran Kota Saitama sekitar 45.000 yen per bulan (Rp5,7 juta)
Nah, biaya renovasilah yang kemudian memakan habis tabungan Keluarga Nohara. Apalagi kontraktor rumah Keluarga Nohara, Onigawara, sangatlah aneh dan cuma mau mengerjakan konstruksi saat suasana hatinya lagi bagus. Ya, wajar kalau enggak kelar-kelar.
Ini belum ditambah sama konflik cinta terlarang antara anak Onigawara, Kanna, dengan pekerjanya, Koji. Maka, semakin lama renovasi berlangsung, semakin mahal pula harga yang harus dibayar. Pantas aja mereka enggak bisa melunasi cicilan dengan segera.
***
Itulah kira-kira alasan mengapa cicilan rumah Keluarga Nohara masih 32 tahun lagi. Bukan waktu yang sebentar. Bahkan, bisa aja Misae dan Hiroshi udah wafat sebelum cicilan rumahnya lunas. Mereka pun akhirnya hanya bisa berharap pada kenaikan jabatan sang kepala keluarga atau berharap dua anak mereka jadi orang sukses agar bisa segera melunasi cicilan rumah.
Pelajaran buat lo, belajarlah menyusun finansial lo dengan baik mulai dari sekarang. Kalau udah nikah dan berkeluarga nanti, pasti lo enggak terbebani selayaknya Keluarga Nohara, kok.