Lo pastinya pernah menonton berbagai film action yang menceritakan kisah menegangakan seorang agen rahasia yang melindungi negaranya dari balik layar. Mulai dari James Bond alias 007 atau Ethan Hunt yang selalu melakukan sebuah misi yang terlihat mustahil. Dalam menjalankan misinya, agen ini seringkali menggunakan cara cerdas dan high-tech abis. Nah, Viki sekarang mengajak lo berandai-andai. Coba lo bayangin seorang bocah, yang lagi ngebet sama mainan Pokemon, membeli mainan idamannya itu layaknya James Bond dan Ethan Hunt.
Kisah super intens dan "inspiratif" ini dimulai saat bocah cewek berusia 6 tahun asal Arkansas, Amerika Serikat, ngiler abis gara-gara ngeliat display mainan Pokemon yang dia lihat di internet. Biar enggak kalah sama teman-temannya, dia memutuskan untuk membeli mainan idamannya itu. Tapi dia tahu kalo orangtuanya enggak bakal mengabulkan permintaannya itu.
Bocah canggih bernama Ashlynd Howell ini berhasil membeli mainan Pokemon senilai US$250 atau sekitar Rp3.2 juta tanpa sepengetahuan orangtuanya. Seperti yang dilansir Wall Street Journal, Ashlynd berhasil mencuri kesempatan untuk mengambil ponsel sang ibu, yang kebetulan sedang tertidur pulas. Masalahnya bocah ini enggak bisa langsung mendapatkan apa yang dia idamkan karena ponsel tersebut dikunci menggunakan pengamanan sensor sidik jari.
Daripada mengakui kekalahan dengan memohon-mohon ke orangtuanya, dia lebih memilih cara yang lebih beresiko dan sedikit melewati batas ukuran seorang anak-anak. Mungkin bocah ini selama 6 tahun hidupnya terlalu sering menonton film-film bertema agen rahasia, seperti film-film James Bond atau Mission Impossible. Makanya dia memilih cara yang secret-agent abis, yaitu menggunakan sidik jari ibunya sendiri.
Ketika ibunya masih tertidur pulas, dia mengambil tangan ibunya dan menggunakan jari sang ibu untuk membuka kunci pengaman ponselnya. Ashlynd tahu betul kalo dirinya harus memanfaatkan kesempatan yang jarang datang ini. Well, bisa lo tebak, Ashylnd jadi gelap mata layaknya seseorang yang mendapatkan voucher belanja daring gratis.
Semuanya berjalan sesuai rencana agen Ashlynd, hingga pada akhirnya sang ibu sadar kalo ponselnya menerima pesan peringatan berupa konfirmasi pesanan 13 mainan Pokemon. Awalnya, sang ibu berpikir kalo akun belanja daringnya telah diretas. Tapi dia enggak menemukan tanda-tanda peretasan. Hingga pesanan itu tiba di rumahnya pun, dia masih berpikir kalo Ashlynd membeli mainan itu secara enggak sengaja, tanpa tahu kalo semua ini adalah sebuah ide brilian dari sang anak.
"Enggak, ma, aku yang membelanjakan itu semua." ujar Ashlynd dengan polos memberitahu ibunya. "Tapi tenang aja ma, semua yang aku pesan udah sampai ke rumah, kan?"
Duuuh.. Ngegemezin banget kan? Enggak sih, sejujurnya hal itu jadi menyebalkan jika lo jadi orang tua Ashlynd. Sang ibu sendiri hanya bisa mengembalikan 4 dari 13 barang yang telah dibeli kepada masing-masing penjual daring. Biar enggak mati gaya, sang ibu menjelaskan ke sang anak canggih ini kalo hadiah-hadiah ini adalah hadiah natal yang diberikan oleh sinterklas.
Buat lo sebagai anak yang berbakti, cara yang dilakukan Ashlynd ini emang terlihat sophisticated abis. Tapi faktanya cara yang dilakukannya enggak terpuji. Kejadian ini tentunya juga harus jadi pelajaran bagi para orangtua untuk jangan sekali-kali meremehkan anak lo yang hidup di zaman serba canggih seperti sekarang. Selain itu harus diperhatikan juga kalo hal yang terlihat canggih, seperti pengaman sensor sidik jari, bakal kalah canggih dengan sistem lama yang sebenarnya relatif lebih aman.