Sampai sekarang mungkin masih ada orang-orang yang menganggap manga sebagai bacaan untuk anak kecil. Entah dibilang isinya cuma gambarlah, dibilang bacaan bocahlah, masih banyak orang-orang yang meng-under estimate keberadaan manga sebagai salah satu bagian dari seni yang untuk bikinnya juga butuh perjuangan. Nah, kalo lo suka baca manga atau komik lainnya dan dianggap masih kayak bocah, sekarang lo bisa balikin omongan mereka,
Ada manga Bakuman yang menyorot kisah seru di balik layar para mangaka, mulai dari perjuangan sebelum menjadi mangaka sampai kerumitan kerja saat menjadi mangaka, semua ada di Bakuman. Bakuman karya Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata ini memang bukan manga biasa. Enggak cuma membahas “cinta-cintaan” macam serial cantik, Bakuman membuka pengetahuan lo soal industri manga di Jepang. Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata ini juga sebelumnya sudah sering menggarap manga bersama dan semuanya sukses, kayak Death Note dan Hikaru no Go.
Bakuman berkisah tentang dua orang murid SMP yang sudah menginjak kelas 9, Moritaka Mashiro dan Akito Takagi. Kedua pelajar tersebut sama-sama bermimpi menjadi mangaka. Sebenarnya, pada awalnya Mashiro sama sekali enggak kepikiran untuk jadi mangaka, apalagi setelah segala yang terjadi kepada pamannya yang bukan mangaka populer, dia jadi melupakan mimpi masa kecilnya menjadi mangaka. Setelah Takagi melihat gambar coret-coretannya di buku catatan sekolah, Takagi pun antusias mengajak Mashiro menjadi mangaka, dengan dirinya sebagai penulis cerita. Akhirnya, dimulailah kolaborasi Mashiro dan Takagi sebagai mangaka saat keduanya berusia 14 tahun.
Bakuman enggak cuma menceritakan perjalanan Mashiro dan Takagi menjadi mangaka. Di banyak bagian, lo bakal nemuin berbagai penjelasan tentang manga dan industri manga Jepang. Berhubung Bakuman juga diterbitkan di Weekly Shonen Jump pada 11 April 2008—23 April 2012, lo jangan heran kalo industri manga yang dibahas di sini nge-mention Jump dengan sangat jelas. Bahkan, lo juga bisa lihat karakter manga Jump lainnya digambar di manga ini. Selain itu, Bakuman juga banyak banget bahas soal detail menggambar manga, mulai dari alat-alat yang digunakan sampai buku-buku yang bisa dijadikan panduan untuk menggambar detail latar belakang lingkungan di dalamnya.
Yang bikin Bakuman keren banget adalah ceritanya sama sekali enggak muluk. Enggak semudah itu jadi mangaka. Lo bukan Cuma harus bisa gambar, tapi juga harus punya cerita yang kuat, karakter yang menyatu ke ceritanya, dan yang paling penting adalah baik cerita dan gambarnya menarik dan sesuai selera pasar. Di manga ini diajarkan, cuma karena lo jago gambar, bukan berarti lo bisa bikin manga. Masih ada panel, detail garis, sampai kesatuan dengan cerita.
Saat Mashiro dan Takagi pertama kali coba kirim karya mereka ke Jump dan ketemu editor Akira Hattori, karya mereka enggak langsung diterima. Bahkan, setelah itu beberapa kali mereka juga ngajuin naskah, tapi ditolak juga. Perjuangan yang enggak cuma sekali itu ngebuktiin bahwa untuk meraih mimpi memang perlu kerja keras. Jangan langsung putus asa saat gagal sekali. Jangan juga jadi “naskah ditolak, dukun bertindak” #eh.
Bakuman tamat di jilid ke-20 dan saat ini manga-nya bisa lo beli di toko buku terdekat yang ada di kota lo. Buat lo yang lagi nyari manga dengan kisah yang enggak biasa dan gambar yang apik, lo bisa coba baca manga ini sekarang. Dan saran Viki tetap sama, dukung mangaka-nya dengan beli karya asli; jangan beli bajakan atau cuma baca gratis di internet, guys!