*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran cerita serial Attack on Titan Season 4 yang bisa saja mengganggu kalian yang belum nonton.
Deklarasi perang sudah dilakukan, akhirnya meletuslah perang yang sudah lama ditunggu-tunggu penggemar di Episode 6 Attack on Titan Season 4. Kalau di episode sebelumnya kelihatannya Eren yang memegang kendali dengan melakukan serangan tiba-tiba, di episode ini terungkap bahwa sebenarnya semua itu adalah rencana Willy Tybur untuk membuat Eren dan para penduduk Pulau Paradis menjadi musuh dunia.
Yap, rencana sang kepala keluarga Tybur memang bisa dibilang sempurna. Namun, ada harga yang harus dibayar. Nyawa Willy dan keluarga Tybur harus melayang. Liberio kehilangan banyak warganya. Para petinggi dunia dan petinggi militer Marley pun menjadi korbannya. Meski begitu, Willy telah siap dengan segala konsekuensinya.
Dia tahu bahwa kematian mereka adalah satu-satunya cara untuk membuat seluruh dunia menyerang Pulau Paradis. Semua agar rencana penyerangan Pulau Paradis bukan lagi hanya milik Marley.
Sayangnya, Willy enggak bisa menghitung semuanya. Eren sama sekali enggak peduli soal pendapat mereka kepada penduduk Pulau Paradis. Dia juga enggak peduli sama berapa korban yang berjatuhan akibat penyerbuan yang dilakukannya.
Seperti yang udah dikatakannya kepada Reiner, dia cuma melakukan hal yang dulu Reiner, Bertholdt, dan Annie lakukan. Kalau orang-orang mati dalam penyerangan ini, mau bagaimana lagi?
Pernyataan itu juga terlihat di mata Eren ketika Mikasa dan anggota Survey Corps lainnya tiba dengan 3D Maneuver Gear mereka. Eren sama sekali enggak merasa bersalah dan fokus banget sama pertempurannya dengan War Hammer Titan. Baginya, pengorbanan ini enggak ada bedanya sama yang Reiner dan lainnya lakukan waktu menjebol Wall Maria.
Kengerian yang sama, momentum yang sama, teror yang sama. Bedanya, kali ini kalian melihatnya dari sudut pandang orang-orang yang dulu melakukan serangan duluan. Bakal sulit buat kalian melihat penyerangan ini sebagai tragedi mengingat kalian mungkin bakal ikut berpihak dan membenarkan semua tindakan Eren. Buat melihat dampak yang ditimbulkan oleh serangan ini dari sudut pandang warga Liberio seperti Gabi, rasanya susah banget.
Ditambah lagi, ketika kemunculan para anggota Survey Corps dan tentunya kemunculan Levi Ackerman juga, kalian bisa dipastikan bakal bersorak mendukung mereka. Meski begitu, semua ini belum selesai karena Eren jelas terlihat kesulitan melawan War Hammer Titan, apalagi ditambah dengan kemunculan Jaw Titan. Sebagai Titan dengan kemampuan pengerasan tubuh alami, Eren jelas kesulitan.
Kedatangan Survey Corps enggak bisa dibilang sekadar membantu Eren. Ada rencana besar di balik kemunculannya di Liberio dan para anggota Survey Corps membantu rencana itu berjalan lancar. Lagi pula, kalian pasti enggak bakal bosan melihat Survey Corps berkeliaran di antara gedung. Sayangnya, kali ini lawan mereka adalah manusia, bukan Titan.
Dari segi aksi, KINCIR cukup puas dengan penggarapan MAPPA di episode ini. Ketika Eren dan War Hammer Titan (yang diwarisi oleh adik Willy) bertarung, kalian bisa merasakan betapa mengerikannya kekuatan War Hammer Titan dan kemungkinan Eren bakal kalah.
Sayangnya, barangkali karena terlalu fokus memberikan aksi yang brilian untuk pertarungan dua Titan di dalam kota ini, MAPPA melupakan detail teror yang dulu membawa kalian nostalgia sama episode pertama Attack on Titan.
Memang, teror yang dibawa Eren ke Liberio enggak bisa dibandingkan sama kehancuran massal yang diakibatkan oleh invasi Reiner dan Bertholdt. Selain membawa kehancuran, Reiner dan yang lain juga membawa teror Titan ke warga Pulau Paradis yang ratusan tahun selalu hidup dalam bayang-bayang Titan. Tembok yang jebol enggak cuma membawa kematian, tapi ketakutan bahwa Titan bakal dating buat menyerang mereka.
Namun, yang kurang dari MAPPA adalah momentum dramatis yang membuat kalian menahan napas dan takjub untuk beberapa detik, merasakan ketakutan yang sama yang dirasakan oleh para karakter Attack on Titan. Di sini, semua berlangsung dengan cepat dan dengan detail yang terlewatkan di beberapa bagian. Ketakutan dan kekacauan yang terjadi dalam skala kecil akhirnya menjadi terlewat begitu saja.
Dari segi efek suara, Hiroyuki Sawano masih menggarap musik untuk Attack on Titan Season 4. Kali ini dia berkolaborasi dengan Kohta Yamamoto. Namun, mengingat kali ini bukan lagi tentang perang melawan Titan, musiknya pun enggak lagi dibuat heroik dan dramatis sebagaimana di tiga musim sebelumnya. Scoring musiknya lebih suspense dengan instrumen yang lebih mencekam.
Tanpa momentum dramatis ini, wajar kalau kalian kurang merasakan dendam dan rasa frustrasi yang dirasakan Gaby. Tidak bisa dibandingkan dengan momen saat Eren yang melihat sang ibu dimakan oleh Titan (yang ternyata adalah istri pertama ayah Eren) dengan mata kepalanya sendiri.
Ditambah lagi, kali ini orang-orang di Liberio udah tahu soal Titan dan punya persenjataan lengkap. Jadi, mereka memang lebih siap. Meski begitu, Eren tetap bisa mengendalikan situasi dan masih sempat mengubah rencana untuk mendapatkan War Hammer Titan.
Mungkin, bagi Eren, semua ini bakal lebih mudah kalau dunia beneran cuma berperang melawan Titan aja. Namun, dunia bukan sekadar hitam dan putih. Di seberang laut, ada musuh yang sebenarnya. Musuh yang sama seperti mereka, manusia.
Merekalah yang patut disalahkan karena teror yang selama ini mereka rasakan. Merekalah yang membawa neraka ke rumah mereka sendiri. Mungkin, itulah yang dipikirkan Eren ketika Mikasa menyampaikan bahwa Eren udah membunuh orang-orang yang enggak bersalah.
Pertarungan di Liberio masih belum selesai. Musuh bakal mendatangkan bala bantuan lagi, namun Eren bersama Survey Corps akan terus melawan. Episode selanjutnya bakal ada kehadiran Beast Titan juga. Kita tunggu aja kelanjutannya!