*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran anime Yu Yu Hakusho yang bisa saja mengganggu kamu yang belum nonton.
Live action Yu Yu Hakusho yang tayang pada 14 Desember lalu memang berhasil menarik perhatian banyak orang, baik penggemar manga dan anime-nya maupun penonton biasa. Memang, dari segi koreografi, desain karakter, hingga pembangunan dunianya memang berhasil membuat para penggemar senang. Namun, menyajikan 5 episode yang merangkum dua musim anime sebanyak 113 episode memang enggak bisa dibilang memuaskan.
KINCIR enggak bilang live action ini jelek, namun live action ini sebatas berterima dan menghibur. Banyak live action lain yang bahkan gagal menghidupkan dunia dalam manga dan anime-nya dan malah terkesan terlalu dibuat-buat. Live action Yu Yu Hakusho berhasil hidup dengan caranya sendiri serta enggak terkesan palsu dan lebay. Namun, tetap saja ada banyak hal mengganjal yang tersisa yang menurut KINCIR bisa aja enggak terjadi kalau sejak awal enggak memaksakan memangkas dua musim anime dalam serial 5 episode.
Apa sajakah hal mengganjal tersebut? Simak di bawah ini!
Hal Mengganjal di Live Action Yu Yu Hakusho
1. Perkembangan karakter yang terlalu cepat
Satu masalah yang rentan terjadi ketika membuat live action movie adalah perkembangan karakter yang enggak terlihat. Jadi, sering kali live action hanya dibuat untuk penggemar yang memang sejak awal sudah tahu bagaimana karakter ini berlaku dan bersikap pada situasi yang spesifik. Namun, ketika Netflix hadir dan memberikan keleluasaan untuk membangun live action series, seharusnya hal ini bisa teratasi. Sayangnya, enggak begitu yang terlihat di live action Yu Yu Hakusho.
Urameshi Yusuke adalah remaja 14 tahun (17 tahun dalam live action-nya) yang berandal, nakal, dan biang onar, namun mendapatkan kesempatan kedua saat mati karena melakukan perbuatan baik. Setelahnya, dia menjalani kehidupannya sebagai Detektif Dunia Arwah dan menghadapi banyak musuh kuat yang mengancam keselamatan manusia. Ini adalah premis utama manga Yu Yu Hakusho karya Yoshihiro Togashi, mangaka yang juga menciptakan Hunter X Hunter.
Yusuke adalah karakter yang benar-benar berubah seiring alur berjalan, dia enggak dalam semalam menjadi baik. Harus KINCIR akui, pendekatan akting Takumi Kitamura memang sedikit berbeda dengan karakter urameshi yang sebenarnya ceria dan jahil (Yusuke di live action terlihat lebih gloomy dan masa bodoh). Namun, Yusuke dalam live actiion juga “dipaksa” keadaan untuk menjadi baik dalam sekejap, tiba-tiba membantu karakter baru yang bahkan bukan temannya dan anak kecil yang tadinya bahkan enggak dia pedulikan.
Yusuke dalam manga dan anime bahkan enggak se-random itu membantu orang. Sejak awal, Yusuke sudah memperhatikan anak kecil yang bermain bola di pinggir jalan dan membuatnya tertawa saat anak itu menangis karena dimarahi oleh Yusuke. Yusuke adalah berandal yang disalahpahami, namun dia juga enggak memaksakan diri untuk disukai orang. Dalam live action, hal ini bahkan enggak terbangun karena kita dipaksa hanya mendengar penjelasan dari Keiko soal “apakah orang jahat bisa jadi baik” dan ini pun saat Yusuke sudah bertemu Kurama.
2. Melewatkan bagaimana persahabatan Yusuke, Kuwabara, Kurama, dan Hiei terbangun
Tentu saja, bicara perkembangan karakter, KINCIR enggak bisa melewatkan tiga karakter penting lainnya, yaitu Kurama, Hiei, dan Kuwabara. Persahabatan mereka dengan Yusuke menciptakan kelompok dunia manusia terkuat. Namun, perlu diingat bahwa kuartet ini enggak begitu saja langsung menjadi teman baik yang bahkan bisa percaya satu sama lain dan mengorbankan diri sendiri demi teman.
Hal yang dilupakan dalam live action ini juga adalah bahwa Kurama dan Hiei menjadi asisten yang membantu Yusuke sebagai pengganti hukuman karena mencuri artefak dari Dunia Arwah. Enggak ada yang kebetulan. Jadi, melihat tiba-tiba mereka berempat bersatu padu melawan Toguro dan kawan-kawan padahal baru kenal malah terlihat mengganjal. Ditambah lagi, pada dasarnya Hiei saat masih menjadi musuh Yusuke di live action. Satu masalah belum selesai, tiba-tiba masalah selanjutnya udah jadi bestie.
3. Menyepelekan kematian Genkai
Ini hal paling mengganjal yang membuat peran Genkai di sini enggak lebih dari guru Yusuke aja. Buat yang enggak mengikuti manga dan anime-nya, keberadaan Genkai mungkin jadi terlihat enggak penting. Memang, pada akhirnya Toguro Kakak menjelaskan tentang siapa Genkai dan hubungannya dengan Toguro, tapi tetap saja, kebersamaan mereka terlalu singkat. Enggak ada alasan bagi Yusuke untuk berkabung demi guru yang cuma mengajari dia 14 hari. Melewatkan turnamen Genkai memang KINCIR setuju. Tapi, membuat kematian Genkai seakan bukan pengorbanan besar dan bahkan enggak bikin Yusuke merasakan kehilangan besar aja udah mengerdilkan keberadaan Genkai.
Bagaimana pun, Yusuke berhasil mengeluarkan kekuatan penuhnya melawan Toguro karena pengorbanan Genkai. Namun di live action-nya, bahkan hubungan Genkai dan Yusuke enggak terlihat sedekat itu. Yusuke yang selalu mengata-ngatai Genkai, Genkai yang selalu menghukum Yusuke karena sering komplain, hal ini cuma ditunjukkan permukaannya aja. Memang, enggak ada waktu untuk menjelaskan itu semua dalam 5 episode, namun hal ini juga yang membuat live action Yu Yu Hakusho jadi enggak punya masa depan alias bakal sulit buat dapet musim keduanya. Atau mungkin, memang Netflix berencana membuat live action ini selesai di 5 episode aja, siapa yang tahu?
4. Membuat Toguro dan timnya terlihat lemah
Bagaimana pun, Toguro bersaudara, Karasu, dan Bui bukanlah yokai sembarangan. Khususnya Toguro, dengan kekuatan manipulasi ototnya, bisa menghancurkan satu pulau, loh! Pertarungan melawan Yusuke di final The Dark Tournament pun sampai enggak bisa disaksikan oleh penonton karena damage yang terlalu besar bagi penonton. Energi arwah Toguro saja bisa membunuh yokai lemah. Sekuat itulah Toguro. Sementara itu, kekuatan yang dikeluarkan Toguro saat melawan Yusuke di misi penyelamatan Yukina bahkan enggak sampai 50%!
Sayangnya, di live action, Toguro terlihat enggak berdaya di hadapan Rei Gun Yusuke pada pertemuan pertama mereka. Perbedaan besar ini membuat Toguro terlihat lemah sebagai yokai senior dan Yusuke terlalu OP, padahal dia aja baru belajar sebentar sama Genkai! Episode 5 memang membawa final The Dark Tournament ke hadapan kamu, namun dengan melewatkan banyak hal yang seharusnya menjadi alasan bagi perubahan karakter-karakter ini.
Kurama mendapatkan wujud Yoko juga bukan begitu aja didapatkan, melainkan setelah berhadapan dengan Tim Uraotogi. Melawan Ura Urashima yang menggunakan asap dari Idunn Box untuk membuat Kurama kembali ke masa kecilnya, Kurama malah mendapatkan wujud Yoko yang memang wujud aslinya sebelum menjadi Suichi. Hiei pun enggak begitu saja bisa menguasai Jao Ensatsu Kokuryuha, melainkan dengan bantuan Jagan. Lagi-lagi, dalam live action-nya, Jagan ini bahkan didapat dengan konyol dan menciptakan satu plot hole lainnya, yaitu alasan Hiei enggak bisa memberitahu Yukina bahwa dia adalah kakaknya.
Ada banyak hal terlewat, banyak hal enggak terjelaskan, membuat live action Yu Yu Hakusho jadi serial berantem biasa.
5. Mengorbankan The Dark Tournament
Ini berkaitan sama poin ketiga KINCIR dan menurut KINCIR ini yang terpenting. Dengan membuat Tim Toguro hadir seluruhnya di arc penyelamatan Yukina, kamu tentu tahu hal ini juga berarti membuat The Dark Tournament ditiadakan seluruhnya. The Dark Tournament Saga adalah salah satu arc terbesar di Yu Yu Hakusho dan juga disebut-sebut sebagai arc turnamen terbaik dalam anime! Bagaimana enggak, di sini banyak Yokai kuat berkumpul dan Sakyo pun punya kejutan besar di akhirnya. Di sini juga Yusuke menerima perubahan terbesar dalam hidupnya, mendapatkan kekuatan besar dari latihan dan mengalami kehilangan orang berharga baginya.
Jelas bahwa live action Yu Yu Hakusho mengorbankan The Dark Tournament demi membuat Yusuke, Kurama, Hiei, dan Kuwabara bertarung dengan Tim Toguro (Toguro Adik, Toguro Kakak, Karasu, dan Bui) di misi penyelamatan Yukina. Memang, hal ini membuat 5 episode live action-nya jadi terlihat masuk akal, namun juga meninggalkan banyak hal yang mengganjal.
***
Secara garis besar, live action Yu Yu Hakusho merangkum dua saga besar dalam 5 episode dan membuatnya terlihat berterima. Ini tentu pilihan aman mengingat mungkin aja ada bujet yang dipikirkan dan juga gambling bahwa live action ini mungkin cuma ada sekali aja. Mencampuradukkan semuanya membuat live action ini jadi terasa cepat dan kehilangan nyawanya.
Kalau menurut kamu gimana? Share pendapat kamu di sini!