Sembilan tahun setelah perilisan Inside Out (2015), Pixar dan Disney akhirnya merilis sekuelnya yang diberi judul Inside Out 2 (2024). Perilisan Inside Out bisa dibilang cukup krusial karena selama beberapa tahun belakangan, Pixar bisa dibilang mengalami penurunan karena film-film terakhirnya kurang disambut baik oleh penggemarnya, bahkan Box Office-nya pun kurang memuaskan.
Film-film Pixar sebelum Inside Out 2 yang performanya kurang, di antaranya Onward (2020), Luca (2021), Lighyear (2022), dan Elemental (2023). Namun kabar baiknya, kehadiran Inside Out 2 akhirnya berhasil mengembalikan kejayaan Pixar. Film terbaru ini berhasil mengulang kesuksesan film pertamanya dengan mendapatkan banyak pujian, dengan skor 91% di Rotten Tomatoes. Box Office di minggu pertama penayangannya pun mencapai angka yang memuaskan.
Lantas, apa yang membuat Inside Out 2 mampu mengembalikan kejayaannya Pixar?
Alasan Inside Out 2 jadi kebangkitannya Pixar
1. Ceritanya relate buat penonton dewasa, sehingga jangkauan audiensnya lebih luas
Inside Out 2 menceritakan kisah Riley Andersen yang kini berusia 13 tahun dan mulai memasuki masa pubertasnya. Akibat masa pubertasnya ini, Riley memiliki empat emosi baru, yaitu Anxiety, Envy, Ennui, dan Embarassment. Keempat emosi ini jelas lebih kompleks dari lima emosi lamanya Riley dan merupakan emosi yang cukup sering dirasakan oleh manusia dewasa di kehidupan nyata, khususnya Anxiety.
Itulah sebabnya, cerita yang ditampilkan Inside Out 2 cukup relate kepada penonton dewasa, khususnya ketika pikirannya Riley dikuasai oleh Anxiety. Enggak heran Inside Out 2 mampu menjaring penonton dewasa, yang membuat film ini bisa dinikmati oleh audiens yang lebih luas, yaitu penonton anak-anak maupun dewasa. Anak-anak bisa menikmati visual serta elemen komedi Inside Out 2, sedangkan penonton dewasa bisa menikmati ceritanya.
2. Ceritanya tidak mengulangi konflik yang sama, sehingga tidak repetitif
Enggak bisa dimungkiri bahwa Inside Out merupakan salah satu film animasi terbaik, yang bisa-bisanya mengeksplorasi emosi manusia menjadi film yang menyenangkan dan menyentuh hati. Ketika Pixar mengumumkan Inside Out 2, pasti sebagian dari kamu khawatir jika sekuelnya belum tentu mampu mengulang kesuksesan film pertamanya. Untungnya, Pixar mampu membuktikan bahwa mereka bisa membuat sekuel yang sama bagusnya dengan film pertamanya.
Inside Out 2 jelas kembali mengangkat kisah tentang emosi manusia. Menariknya, Pixar dapat menemukan konflik baru yang dapat mengeksplorasi emosinya Riley di masa remaja. Jadi walau temanya sama, cerita yang ditampilkan sama sekali tidak repetitif dari film pertamanya. Sutradara Kelsey Mann dan para penulis naskahnya benar-benar cerdas dalam menentukan emosi baru yang diperkenalkan di masa remajanya Riley.
3. Ending film pertamanya sudah buka potensi sekuel, sehingga film keduanya tidak terasa milking
Salah satu ketakutan penggemar ketika Pixar mengumumkan Inside Out 2 adalah jika Pixar membuat film tersebut sekadarnya hanya demi keuntungan atau istilahnya milking. Namun jika kamu kilas balik ke film pertamanya, ending filmnya sebenarnya sudah membuka potensi untuk terjadinya sekuel. Jadi, KINCIR tidak begitu kaget ketika Pixar mengumumkan pembuatan Inside Out 2.
Sebagai pengingat buat kamu yang lupa; jadi pada ending film pertamanya, alat pengontrol emosinya Riley diperluas. Lalu, Disgust menyadari ada lampu peringatan “Puberty” pada alat pengontrol yang telah diperluas. Dari situ saja, Pixar sebenarnya sudah membuka kesempatan terjadinya sekuel, dengan memberikan petunjuk bahwa Riley bakal mengalami pubertas. Jadi, kehadiran Inside Out 2 pun tidak terasa milking.
4. Kembali hadirkan momen emosional ala Pixar
Jika ngomongin film Pixar, apa yang selalu identik dengan film-film tersebut? Kamu pastinya setuju bahwa film-film Pixar selalu menghadirkan momen emosional yang mampu membuat kamu menitikkan air mata, termasuk film pertama Inside Out. Sebagian dari kamu pastinya berharap Inside Out 2 kembali menghadirkan momen yang bisa menitikkan air mata, ‘kan?
Kabar baiknya, Inside Out 2 kembali menghadirkan momen emosional pada ceritanya. Momen tersedih film pertama Inside Out adalah ketika Bing Bong menghilang dan dilupakan oleh Riley. Namun untuk film keduanya, momen emosional ini terbangun karena penonton diajak untuk memahami pergulatan emosinya Riley, apalagi ketika Anxiety mulai memenuhi pikirannya Riley.
5. Tidak memaksakan agenda terselubung yang berpotensi filmnya dicekal
Jika kamu sudah menonton Onward, Luca, Lightyear, dan Elemental, kamu pasti tahu bahwa keempat film tersebut memiliki satu persamaan yang bikin filmnya mendapatkan banyak kritikan. Yap, keempat film tersebut menghadirkan agenda terselubung yang dianggap kurang pantas untuk ditampilkan di film animasi buat anak-anak, yaitu agenda tentang LGBTQ.
Onward, Lightyear, dan Elemental terang-terangan menampilkan karakter LGBTQ; bahkan Lightyear sampai menampilkan adegan ciuman sesama jenis yang bikin gempar banyak negara, termasuk Indonesia. Itulah sebabnya, Lightyear dicekal di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang membuat Box Office-nya tidak bagus. Walau Lightyear tayang di Disney+ Hotstar Indonesia, film tersebut sampai mendapatkan rating 21+ karena adegan ciuman sesama jenis.
***
Itulah deretan alasan Inside Out 2 berhasil menjadi titik kebangkitannya Pixar setelah beberapa film sebelumnya mendapatkan banyak kritikan, bahkan sampai mengalami kegagalan Box Office. Apakah kamu juga setuju jika Inside Out 2 menjadi comeback-nya Pixar?