5 Rekomendasi Tontonan Bertema Kemerdekaan dengan Sentuhan Romantisme

Perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak sekadar menyimpan kisah tentang perang. Manusia tetaplah manusia, yang memiliki perasaan dan urusannya sendiri-sendiri kendati tengah berjuang buat kebebasan di negara mereka sendiri.

Dari sekian banyak karya visual berlatar kemerdekaan, ada beberapa yang memberikan sudut pandang berbeda. Enggak cuma memperhatikan tentang strategi dan peperangan berbentuk fisik untuk mengusir penjajah, karya-karya visual ini menggunakan pendekatan romantisme yang memperlihatkan orang-orang sebagai makhluk yang manusiawi.

Karya visual berlatar kemerdekaan Indonesia ini mengusung kisah romantis yang begitu humanis. Apa yang mereka ceritakan? Simak satu per satu.

Rekomendasi film dan serial bertema kemerdekaan dengan sentuhan romantisme:

Doea Tanda Mata (1985)

Dalam kondisi perang, rasa-rasanya banyak orang yang harus menanggalkan kodrat mereka sebagai individu yang memiliki perasaan dan urusan masing-masing demi kepentingan umum dan negara. Hal semacam itulah yang dibahas dalam film Doea Tanda Mata (1985).

Disutradarai oleh Teguh Karya, film ini berlatar belakang pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Doea Tanda Mata mengambil kisah seorang penari bernama Ipah. Ia erlibat dalam pergerakan kemerdekaan dan menyaksikan langsung penindasan dan kekejaman penjajah Jepang terhadap rakyat Indonesia. 

Dalam situasi pelik ini, dia bertemu dengan seorang pemuda bernama Sunaryo, yang juga merupakan bagian dari gerakan perlawanan terhadap penjajahan. Keduanya saling jatuh cinta. Masalahnya, kisah cinta mereka dibayangi oleh situasi politik yang semakin memanas.

Character development yang baik dan juga dilema yang diramu sesuai dengan kondisi pelik pada era kemerdekaan membuat film ini disukai banyak orang dan meraih banyak pujian. Tak pelak, film ini bahkan berhasil menyabet Piala Citra.

Payung Fantasi (2022)

Payung Fantasi adalah sebuah pertunjukkan web series teater yang diproduksi oleh Galeri Indonesia Kaya dan bisa ditonton di YouTube. Web series teater musikal ini merupakan biopik dari kehidupan Ismail Marzuki, seniman musik pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Kisahnya mengambil perjalanan Ismail atau Maing dari seorang anak piatu di Kwitang hingga menjadi musisi di Lief Java. Ia juga berkarier di radio, sekaligus melakukan perlawanan terhadap penjajahan melalui musik.

Karya ini juga enggak lupa mengisahkan sisi romansa dari Ismail Marzuki. Bahkan, kisah cinta Ismail dengan Eulis, istrinya, mengambil banyak bagian dari web series ini. Web series ini pun dibuka dengan Eulis dan sang anak yang mengenang perjalanan Ismail Marzuki lewat foto.

Eulis, mencintai Ismail Marzuki karena jiwanya dipersembahkan dengan tulus untuk musik. Namun, Eulis juga harus berpisah dengan Ismail yang meninggal di pangkuannya karena musik juga. Payung Fantasi bukan cuma sebuah web series sekelas Broadway yang membangkitkan nasionalisme, tetapi juga menceritakan sosok Ismail Marzuki secara lebih membumi.

Bumi Manusia (2019)

Diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer, tentu ada banyak isu terkait penjajahan dan kemerdekaan yang disampaikan dalam Bumi Manusia. Apalagi, tokoh utamanya, Minke, adalah anak dari residen (bupati) yang merupakan pribumi berpemikiran kritis.

Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini berlatar waktu era kolonial Belanda di Indonesia pada awal abad ke-20 dan berfokus pada tokoh Minke. Adanya intimidasi bahkan ancaman serangan kepadanya enggak menyurutkan tekadnya buat melawan kolonial lewat pergerakan dan tulisan.

Bumbu yang menarik dalam film ini adalah kisah cintanya dengan Annelies seorang gadis blasteran Indo-Belanda putri dari Nyai Ontosoroh.

Minke berhasil mendapatkan hati Annelies dan menikahinya. Namun, duri dari perjalanan cinta mereka justru berawal di sana. Sistem kolonial enggak mengakui pernikahan mereka yang berlandaskan hukum Islam dan Annelies harus dibawa ayahnya kembali ke Belanda.

Kisah cinta mereka berdua berakhir tragis, tetapi enggak ada yang sia-sia, seperti apa yang dikatakan Nyai Ontosoroh: Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya

3 Nafas Likas (2014)

3 Nafas Likas bercerita tentang kisah hidup Likas Tarigan, seorang perempuan Karo yang tangguh. Film ini memiliki latar waktu yang panjang: sejak tahun 1930-an sampai dengan 2000-an. Likas adalah istri dari Letnan Jenderal Djamin Gintings, seorang pahlawan nasional Indonesia. 

Meskipun posisinya dalam masyarakat seolah hanya sebagai pendukung atau pendamping, sebetulnya Likas ini memiliki peran penting. Masa kecil likas penuh dengan tantangan, salah satu alasannya adalah karena ia adalah seorang perempuan dalam masyarakat yang patriarkal. Namun, semangat dan tekadnya yang kuat membuatnya mampu menempuh pendidikan tinggi, sesuatu yang jarang terjadi pada masa itu. 

Perjalanan hidupnya penuh dengan cobaan, mulai dari penyesuaian diri dengan kehidupan kota, perjuangan melawan penjajahan, hingga mendukung suaminya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Likas juga memainkan peran penting dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya di tengah situasi yang pelik.

Tiga Nafas Likas menggambarkan bagaimana Likas hidup sebagai ibu dari anaknya, sebagai istri dari suaminya, dan sebagai dirinya sendiri. Romansanya pun apik. Bukan cuma menye-menye, cinta sejati antara Likas dan Djamin betul-betul tergambar sebagai cinta dalam suka dan duka.

Likas setia menemani sang suami dalam memperjuangkan kemerdekaan dan saat suaminya kelak meninggal di era pascapenjajahan, rasa kehilangan dalam diri Likas bukan sekadar tentang kehilangan penjaga atau suami yang gagah saja, tetapi juga kehilangan teman diskusi dan berbagi pemikiran.

Nagabonar (1987)

Nagabonar adalah film tentang perang kemerdekaan yang penuh dengan aksi dan humor. Orang-orang tentu mengenalnya sebagai film perjuangan dari penjajahan Belanda. Namun, Nagabonar lebih dari sekadar untaian karya visual bernuansa patriotis.

Nagabonar bukan tentara gagah yang serius. Ia awalnya adalah pencopet yang kerap mengambil barang-barang dari kompeni. Keahliannya inilah yang menjadikannya komando perang. Ia menggunakan kecerdikannya buat melucuti penjajah.

Nah, selain cerita tentang perjuangan Nagabonar yang unik, film ini juga menyorot kisah cinta Nagabonar. Selain sang ibu, ada satu wanita yang mengisi hati Nagabonar, yakni Kirana. Kirana adalah kekasih dari Kapten Daniel yang merupakan utusan Belanda. Bukan cuma itu, Kirana juga anak dokter pribumi yang merupakan antek Belanda. 

Dilema antara cinta, kasih sayang kepada ibunya, dan juga perjuangan melawan penjajah bikin kisah Nagabonar menjadi bernas dan berisi.

***

Romantisme selalu ada di setiap zaman, termasuk kemerdekaan. Rekomendasi tontonan ini membuat kamu melihat sisi lain dari kemerdekaan yang bukan cuma tentang perang dan perjuangan melawan penjajah saja.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.