Film Indonesia judul guyon tapi kualitas serius

5 Film Indonesia yang Judulnya Guyon tapi Kualitasnya Serius!

5 Film Indonesia ini membuktikan satu hal: do not judge a movie by its title. Judul-judul dari deretan film ini kelihatan remeh, seolah menandakan kalau isi filmnya pun kacangan. Ternyata, saat menonton, ada banyak isi yang bergizi dari dalam film-film berjudul remeh ini.

Apa saja film Indonesia yang punya judul remeh tetapi ternyata berbobot, bahkan punya banyak pesan moral, plot asyik, serta kritik sosial? Yuk tonton, pasti kamu enggak akan menyesal!

5 Film Indonesia dengan judul guyon tapi kualitasnya serius!

Ngeri-Ngeri Sedap (2022)

Pada masa lampau, kita pernah mendengar kalimat ini keluar dari mulut seorang politikus. Saat diaplikasikan ke dalam film, mungkin kita bakal membayangkan kalau film Indonesia satu ini dipenuhi dengan humor slapstick yang asal lucu dan enggak jelas arahnya.

Nyatanya? Ngeri-Ngeri Sedap mampu merangkum kritik sosial dan pandangan tentang budaya Batak Toba dalam humor yang cerdas. Film yang dibintangi oleh para komika ini bercerita tentang sepasang suami istri bermarga Purba di desa dekat Danau Toba yang merasa “kosong” karena anak-anak mereka dianggap enggak nurut.

Domu, anak pertama yang sukses di sebuah BUMN, berniat menikahi pacarnya yang orang sunda. Gabe, yang sudah dikuliahkan di jurusan hukum, malah mengambil jalan sebagai komika. Sarma, anak perempuan satu-satunya, tinggal di rumah, menjadi PNS, dan belum menikah. Sementara itu, Sahat, anak terakhir, alih-alih tinggal di rumah seperti budaya yang dijalani oleh masyarakat Batak, justru merantau, bekerja membantu seorang pria tua Jawa.

Semua hal ini menimbulkan keresahan di diri Pak Domu yang masih memegang teguh adat Batak dan akhirnya pura-pura akan bercerai dengan sang istri agar anak-anaknya pulang dan mau menurutinya. Humor-humor yang ditampilkan sangat sesuai momen, padat, dan enggak melupakan elemen-elemen adat Batak serta keindahan Danau Toba. Film yang keren, mengocok tawa sekaligus membuatmu terharu.

Madame X (2010)

Dibintangi oleh Aming, Robby Tumewu, dan sederet komedian lain yang tenar pada masanya, film ini terasa menyenangkan untuk ditonton serta sarat pesan moral. Namun, kalau dilihat judul mau pun poster, film Indonesia ini memang terkesan remeh dan enggak serius.

Madame X bercerita tentang Adam, seorang lelaki LGBT yang bekerja di sebuah salon. Kehidupannya memang sederhana banget, tetapi menyenangkan karena pemilik salon sangat baik. Ia juga punya sahabat yang bernama Alin, seorang LGBT yang selalu mendukungnya.

Kehidupan tenang ini hilang lantaran adanya sweeping para transgender yang diprakarsai oleh Kanjeng Badai, seorang politikus bigot yang bakal mencalonkan diri sebagai presiden. Setelah Aline terbunuh dalam sweeping itu, ia pun harus melarikan diri dan pada akhirnya sampai ke sebuah daerah bernama Tanjung Awan. Di sana, ia malah bertemu dengan pemilik sanggar tari yang menjadikannya Madame X, pahlawan pembela kaum lemah.

Terlepas dari efek film yang kurang baik (karena keterbatasan teknologi pada masanya), film ini punya porsi humor yang pas dan kritik sosialnya pun cukup mengena. Apalagi, ada plot twist tentang identitas Kanjeng Badai yang makin memperkuat karakterisasinya.

Agak Laen (2024)

Ini dia film Indonesia dengan judul “nyeleneh” yang berhasil menyabet banyak penonton serta panen review bagus baru-baru ini. Sempat dianggap ableist, tapi memang enggak bisa dimungkiri bahwa Agak Laen mengemas kelucuan dengan cara yang cerdas dan enggak lupa menjadi cermin sosial bagi masyarakat. 

Film ketiga Imajinari ini berkisah tentang empat pemuda kelas menengah ke bawah, Boris, Jegel, Bene, dan Oki, yang bekerja sebagai hantu di rumah hantu pasar malam. Sayangnya, rumah hantu itu enggak laku. Namun, keadaan berbalik saat ada seorang pengunjung yang meninggal terkena serangan jantung karena ketakutan. Panik, mereka pun mengubur pengunjung itu di sana. Kocaknya, arwah pengunjung itu menghantui rumah hantu dan bikin wahana itu menjadi ramai.

Empat tokoh utama ini cukup baik menggambarkan bagaimana kalangan bawah harus berjuang buat mencari sesuap nasi dan bagaimana mereka enggak punya banyak pilihan. Terdapat pula kritik mengenai anggota dewan yang womanizer, menjadi sebuah kontras bagi kehidupan kalangan orang kecil yang untuk menyambung hidup saja harus berjuang sekuat tenaga.

Jagad X Code (2009)

Keberadaan huruf “X” dalam film ini enggak mengindikasikan sesuatu yang porno seperti apa yang banyak orang pahami saat ini. X, dalam film ini, menjadi pengganti bagi kata “kali”. Kali Code sendiri merupakan sungai yang ada di Kota Yogyakarta, sesuai dengan tempat di mana para tokoh utama di film ini tinggal.

Memotret kalangan wong cilik, Jagad X Code bercerita tentang tiga orang pengangguran di bantaran Kali Code bernama Jagad, Bayu, dan Gareng yang punya mimpi masing-masing buat memperbaiki hidup. Seperti doa yang dijawab, suatu hari mereka bertemu dengan preman yang menawarkan mereka uang besar. Namun, permintaan preman itu cukup sulit bagi orang seperti mereka. Ya, mereka disuruh mencari sebuah flash disk. Masalahnya bukan hanya tentang di mana flash disk itu berada, tetapi mereka bahkan enggak tahu apa itu flash disk.

Bukan cuma berisi humor, informasi dari flash disk yang penting ini sekaligus memberikan kritik sosial tentang banyaknya “dokumen rahasia” yang dipegang oleh golongan orang-orang tertentu yang punya uang dan power. Di sinilah para orang kecil ini harus upgrade diri dan menyadari kalau dunia ini lebih rumit dari pada apa yang mereka pahami.

Cek Toko Sebelah (2016)

Memiliki judul yang seolah seperti komedi receh, ternyata Cek Toko Sebelah menyajikan drama komedi brilian yang punya plot segar dan cerita yang cukup berbeda. Fokus utamanya adalah seorang keturunan Tionghoa bernama Koh Afuk yang memiliki toko kelontong. Tokonya selalu ramai, bahkan kerap bikin iri saingannya yang buka toko di sebelah. 

Namun, hal ini enggak bikin Koh Afuk bahagia. Koh Afuk sendiri punya masalah keluarga yang cukup rumit. Selain udah menduda lama, anak-anaknya punya pandangan berbeda terhadap dirinya. Koh Afuk ingin anak bungsunya yang sukses di perusahaan besar untuk meneruskan toko, tetapi, justru yang lebih membutuhkan toko itu adalah anak sulungnya yang bekerja sebagai fotografer lepas dan sudah beristri.

Anak bungsunya sendiri enggak mau meneruskan toko karena nyaman dengan karier korporatnya yang cemerlang. Masalah ini masih ditambah dengan intimidasi dari perusahaan besar yang ingin menggusur toko Koh Afuk buat pembangunan.

Ada banyak banget isu yang relate sama kaum Tionghoa, seperti larangan menikahi orang non-Tionghoa di beberapa tetua keluarga yang masih konservatif, perbedaan pandangan tentang pekerjaan di kalangan tua-muda, serta sulitnya berbisnis konvensional di tengah perkembangan zaman.

***

Menonton film-fllm dengan judul receh di atas nyatanya enggak bikin pikiran kita menjadi receh. Judul yang kurang serius itu justru malah menjadikan cerita-cerita berisi di dalam film-film ini sebagai sebuah kejutan yang bikin kita puas saat menonton. Nah, apakah kamu sudah menonton film-film di atas?

Tulis mana yang terbaik menurut kamu di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk baca artikel seru seputar film dan serial lainnya hanya di KINCIR!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.