Ada hal menarik ketika saya menggarap review film Red One untuk KINCIR. Tentu, setelah mengisi tabel penilaian, saya biasa membandingkannya dengan review di tempat lain, Rotten Tomattoes, atau sekadar komentar netizen di unggahan sosial media. Hasilnya, saya punya pendapat yang cukup kontra dengan pandangan –setidaknya sebagian– penonton Red One.
Hingga artikel ini ditulis (25/11), skor Rotten Red One hanya menyentuh 31%, sementara dari kesimpulan skor audiens, film ini dapat 4/5. Review film Red One di KINCIR mendapatkan 3K, yang artinya film Natal terbaru dari Dwayne Johnson ini enggak jelek, bahkan seru untuk ditonton.
Kali ini KINCIR akan merangkum 5 alasan film Red One seru dan layak ditonton di bioskop dalam suasana Natal. Apa saja?
5 Alasan film Natal terbarunya Dwayne Johnson sebenarnya enggak jelek
Kombinasi Dwayne Johnson dan Chris Evans yang menarik
Salah satu daya tarik utama film ini adalah chemistry yang dibangun antara dua bintang besar: Dwayne Johnson dan Chris Evans. Johnson berperan sebagai Callum Drift, seorang kepala keamanan Sinterklas yang serius dan penuh tanggung jawab, sementara Evans memainkan Jack O’Malley, seorang peretas yang apatis dan skeptis terhadap segala hal berbau keajaiban Natal.
Pertama, Evans melepaskan karakter Captain America dengan begitu luar biasa. Ia jadi orang yang kocak! Di benak saya, satu-satunya orang yang bisa berperan sebagai Jack adalah Ryan Reynolds. Well, Deadpool, Green Lantern, atau malah Nolan Booth di Red Notice; yang juga diperankan Dwayne Johnson.
Tapi, di Red One, saya jadi bisa membayangkan kalah Chris Evans juga bisa jadi pilihan menarik untuk sebuah peran laki-laki yang hidupnya semau-maunya dia aja, deh!
Sementara untuk Dwayne Johnson, memang perannya jadi khasnya Johnson aja. Buat kita yang sudah terpapar beberapa keonaran yang dibuat Dwayne Johnson, kayaknya ini juga bikin kita agak skeptis dengan film Red One. Kendati demikian, hal ini enggak bikin Red One jelek, soalnya…
… Red One punya konsep cerita yang kesannya absurd untuk diceritakan, tapi seru banget buat dinikmati
Red One menghadirkan konsep cerita Natal yang jauh dari biasa. Tidak hanya berkisah tentang Sinterklas yang memberikan hadiah, film ini membawa penonton ke dalam dunia yang penuh dengan mitologi Nordik dan elemen fantasi.
Ceritanya dimulai dengan penculikan Sinterklas, dan dua tokoh utama—Callum Drift (Dwayne Johnson) dan Jack O’Malley (Chris Evans)— yang harus bekerja sama untuk menyelamatkannya.
Konsep ini menggabungkan aksi, komedi, dan sedikit sentuhan hangat Natal yang di luar dugaan! Petulangannya kompleks, tapi kita juga diajak melihat berbagai kisah klasik Natal dalam sentuhan fantasi.. DAN AKSI!
Ya, mungkin tulisan di atas bakal bikin kepala kita penuh, tapi ketika kamu menontonnya ke-absurd-an ini jadi seru dan bisa dinikmati. Bahkan, kamu kayak dapet paket lengkap untuk sebuah hiburan; fantasi, aksi, komedi, tanpa menghilangkan kehangatan Natal yang dicari dari sebuah film Natal.
Visual dan desain yang memukau
Red One sukses membangun dunia fantasi yang memukau. Visualnya adalah salah satu kekuatan terbesar film ini. Dunia yang digambarkan tidak hanya terasa magis, tetapi juga sangat imersif. Penggambaran dunia fantasi di Kutub Utara dengan berbagai makhluk mitologis dan teknologi tinggi, seperti markas M.O.R.A. (Otoritas Pengawasan dan Pemulihan Mitologi), membawa penonton ke dalam dunia yang sangat berbeda dari yang kita kenal. Desain set dan kostum, termasuk penampilan Krampus yang diperankan oleh Kristofer Hivju, sangat menarik dan detail.
Efek visual yang digunakan untuk menggambarkan makhluk-makhluk mitologi dan situasi sihir menambah kualitas sinematik film ini. Red One membuktikan bahwa film Natal juga bisa memiliki visual yang tidak hanya mengandalkan efek berlebihan, tetapi tetap memukau dan realistis dalam konteks dunia fantasi.
Pendekatan fantasi yang segar dan enak di mata
Salah satu hal yang membuat Red One berbeda dari film Natal lainnya adalah cara film ini memadukan elemen fantasi dan mitologi Nordik ke dalam cerita Natal yang sudah dikenal banyak orang. Film ini memperkenalkan dunia ganda—dunia manusia dan dunia magis tempat tinggal Sinterklas—yang terasa menyatu dengan baik.
Tidak hanya itu, penggambaran tokoh Krampus, yang lebih dikenal di budaya Eropa, sebagai makhluk setengah iblis setengah kambing, memberikan sentuhan gelap dan berbeda dalam film Natal ini.
Film ini mengangkat banyak referensi klasik seputar Natal, seperti hadiah bagi anak baik dan buruk, Red One mengemasnya dengan cara yang segar dan menyegarkan, mengajak penonton untuk melihat cerita Natal dari perspektif yang lebih kompleks dan tidak klise.
Tetap membawa nostalgia Natal yang menghangatkan
Bagi mereka yang merayakan Natal, Red One menyajikan pesan yang familiar namun dengan cara yang berbeda. Film ini berhasil membangkitkan nostalgia, terutama bagi mereka yang mengenang kisah Natal dengan penuh kehangatan dan keceriaan.
Meskipun ada elemen mitologi yang lebih gelap dan kompleks, seperti Krampus dan dunia magis, film ini tetap mempertahankan esensi Natal—semangat kebaikan, persahabatan, dan kekeluargaan. Apalagi, dengan karakter Dwayne Johnson yang terlibat dalam aksi penuh energi dan humor, serta Chris Evans yang berhasil menghidupkan sisi keceriaan dan kehangatan dalam keluarga, film ini mampu membawa kembali kenangan akan malam Natal yang penuh keajaiban.
Bagi penggemar film Natal yang ingin menikmati sesuatu yang baru namun tetap berakar pada nilai-nilai lama, Red One adalah pilihan yang tepat.
***
Dengan semua elemen tersebut, Red One memang menawarkan pengalaman film Natal yang unik dan menyegarkan. Meskipun tidak cocok untuk semua kalangan—terutama anak-anak atau mereka yang tidak terbiasa dengan mitologi Nordik—film ini tetap layak ditonton bagi mereka yang mencari film liburan dengan sedikit lebih banyak petualangan dan fantasi.
Gimana, apakah kamu setuju dengan 5 alasan di atas atau malah merasa kalau Red One ini enggak menarik sama sekali?