Saat membicarakan mengenai film jadul Indonesia, ada satu topik yang cukup menarik, yakni film-film Rhoma Irama. Walaupun kerap dijadikan meme, tetapi enggak bisa dimungkiri bahwa karya-karya visual Raja Dangdut ini memiliki pesonanya tersendiri.
Raden Haji Oma Irama atau Rhoma Irama sudah bergelut di dunia musik semenjak ia berusia 11 tahun. Sebetulnya, ibu Rhoma Irama kurang terlalu menyetujui pilihan karier anaknya itu karena kurang menjanjikan. Namun Rhoma Irama tetap bersikeras untuk menjalaninya. Ia membentuk sebuah band pada tahun 1963. Sayangnya, gaung band itu kurang terdengar.
Beruntung bagi Rhoma, pada tahun 1970 ia bertemu dengan Elvy Sukaesih, yang nantinya akan “bersanding” dengannya menjadi ratu dangdut. Keduanya membentuk grup bernama Soneta yang memadukan unsur musik barat, melayu, dan timur tengah.
Selanjutnya, karier Rhoma Irama sebagai musisi melejit, begitu pula sebagai pemain film. Film pertama yang menampilkan Soneta adalah Krisis X karya Turino Djunaidy tahun 1975. Dalam film tersebut, peran Rhoma memang enggak terlalu besar.
Ia menjadi dirinya sendiri yang berpentas dengan band Soneta. Namun, enggak lama setelahnya, Rhoma Irama menjadi tokoh utama dalam film musikal romansa. Inilah yang memulai era film-film khas Rhoma Irama yang kental akan nyanyian dan tentu saja gitar yang kerap ia bawa.
Dari cinta, pencarian jati diri, hingga dakwah
Rhoma Irama memulai kiprahnya sebagai tokoh utama dalam film bertajuk Oma Irama Penasaran (1976). Dalam film ini, laki-laki yang sejak kecil hidup di Jakarta tersebut berakting bersama “pasangan legendarisnya” dalam setiap meme Internet: Yati Octavia.
Seolah seperti menyuarakan sedikit kenyataan, film ini berkisah mengenai bagaimana beratnya perjuangan seorang musisi untuk bisa mencapai kesuksesan. Sejak dulu, profesi musisi memang kerap dipandang sebelah mata karena enggak semua orang yang bergelut di bidang ini bisa menjadi tersohor dan sukses.
Dalam Oma Irama Penasaran, Oma diceritakan jatuh cinta dengan Ani (Yati Octavia), gadis manis putri pemilik perkebunan. Seperti stereotip orang kaya pada umumnya, tentu saja bapak Ani enggak menyetujui hubungan anaknya dengan laki-laki yang masa depannya belum jelas. Oma pun kemudian merantau hingga menjadi musisi sukses. Sementara itu, Ani minggat hingga orang tuanya ketar-ketir.
Lagu-lagu yang menjadi soundtrack film ini dinyanyikan oleh Rhoma Irama bersama dengan Rita Sugiarto. Nuansanya tentu saja tentang cinta, seperti Masya Allah yang melagukan pujian terhadap pujaan hati, siapa lagi jika bukan Ani. Ada pula lagu bertajuk Ani yang sudah jelas ditujukan untuk Ani yang tercinta.
Soundtrack yang dinyanyikan oleh Rhoma Irama kelak menjadi salah satu karakter yang melekat kepada dirinya. Jika kebanyakan lagu cinta enggak memuat unsur ketuhanan, tentu beda dengan daftar OST dalam film Oma Irama Penasaran ini. Masya Allah, contohnya, yang melafalkan nama Allah SWT untuk memuji makhluk ciptaannya. Seolah, kekaguman Oma Irama kepada Ani berarti juga kekaguman kepada Allah SWT yang menciptakan Ani.
Ah
Masya Allah
Sempurna
Tuhan menciptakan
Dirimu yang tiada cela
Kurasa engkaulah orangnya
Yang tercantik di jagat raya
Mustahil lelaki tak tergila-gila
Mustahil lelaki tak memuja-muja
Sempurna
Tuhan menciptakan
Dirimu yang tiada cela
Memperkuat adanya nuansa dakwah meskipun terjerat kisah cinta enggak direstui, dalam film itu juga terdapat lagu bertajuk Nyanyian Setan. Lewat lagu ini, muncul kesan bahwa kendati Oma Irama bergelut di bidang seni yang kadang dianggap dekat dengan godaan terhadap miras, zina, dan hedonisme, ia tetap teguh dengan prinsipnya.
Bila tersirat di hatimu ingin berjudi
Itu nyanyian setan
Bila tersirat di hatimu ingin berzina
Itu nyanyian setan
Waspada
Waspada
Itu perangkap setan belaka
Agar kau
Agar kau
Masuk ke dalam lembah yang hina
Bila tersirat di hatimu ingin mencuri
Itu nyanyian setan
Bila tersirat di hatimu mabuk-mabukan
Itu nyanyian setan
Dengan lagu-lagu bernuansa dakwah, muncul pula kesan bahwa Rhoma Irama ingin menunjukkan bahwa musik enggak selalu menjauhkan pendengar dari agama. Musik, selain menghibur, juga dapat menjadi media untuk mengingat Tuhan. Sambil menikmati setiap nada di telinga, secara enggak langsung tertanam prinsip-prinsip di dalam pikiran pendengar untuk menjauhi hal-hal buruk yang dapat menghancurkan diri kita.
Walaupun sudah mulai memiliki nuansa dakwah, tetapi Oma Irama Penasaran masih kental dengan nuansa romantis. Di sinilah bermula adegan-adegan legendaris antara Oma dan Ani, dan membuat nama “Ani” lekat sama sosok Yati Octavia.
Melanggengkan Sosok Ani, seni, dan dakwah
Kesan dakwah dalam soundtrack film Rhoma Irama berlanjut pada sekuel Oma Irama Penasaran. Pada tahun berikutnya, kelanjutan hubungan Oma dan Ani disajikan lewat film bertajuk Gitar Tua Oma Irama. Dalam film ini, Oma masih harus memperjuangkan cinta antara dirinya dengan Ani. Bapak Ani yang kolot dan memandang kedudukan ingin menjodohkan Ani dengan insinyur bernama Dana yang belum lama bekerja di perkebunannya.
Kesalahpahaman dan rintangan menghalangi hubungan mereka. Oma Irama disukai oleh rekan penyanyinya, Shanty, sehingga surat-surat Ani ditahan Shanty. Sementara itu, surat-surat Oma disembunyikan oleh bapak Ani.
Ani yang menyangka bahwa Oma berselingkuh, pada akhirnya menerima pinangan Dana. Oma yang mengetahui kabar ini terjerumus sehingga menjadi alkoholik. Namun, pada akhirnya, setelah Ani pingsan di pelaminan, Dana menerima kenyataan bahwa cinta Ani hanya untuk Oma.
Dibandingkan prekuelnya, kumpulan soundtrack Gitar Tua Oma Irama memiliki nuansa yang lebih menyedihkan. Beberapa lagu menunjukkan penderitaan cinta, seperti misalnya Derita dan Gitar Tua.
Selain lagu cinta penuh derita, ada lagu lain yang enggak kalah menarik untuk dibahas dalam jajaran soundtrack, yakni lagu yang berjudul Santai.
Santai memang enggak kental akan nuansa agamis. Namun, lagu ini kuat akan self-development. Melalui lagu Santai, Rhoma Irama mengajak anak-anak muda meluangkan waktu untuk bersantai di tengah kesibukan.
Santai, meskipun dianggap enggak produktif, tetapi dibutuhkan oleh manusia supaya mereka tetap sehat dan enggak stress mengejar dunia. Intinya, lagu ini bermaksud untuk menyadarkan pendengar bahwa hidup memang butuh keseimbangan.
Semua lagu yang menjadi soundtrack dari film Rhoma Irama memang bergenre dangdut. Rhoma Irama memang berniat untuk menjadikan dangdut sebagai musik yang bisa dinikmati oleh anak muda sekaligus membawa nuansa positif bagi mereka. Dalam Darah Muda (1978), kesan itu semakin kuat lewat konflik antara Oma dan Ricky.
Sebelum pop menjadi tenar di Indonesia pada eda era 80an, lagu rock memang merajai berbagai radio dan konser. Musisi rock barat banyak digandrungi, sebut saja Led Zeppelin, Lagu rock dianggap mendobrak batas dan merepresentasikan jiwa anak muda yang penuh eksplorasi dan pemberontakan. Selain itu, beberapa media juga mendukung persebaran budaya rock, seperti majalah Aktuil misalnya.
Nah, Darah Muda sepertinya bertindak sebagai media bagi Rhoma Irama untuk memasukkan pengaruh dangdut kepada para penonton. Dalam Darah Muda, dangdut diasosiasikan sebagai musik positif dan penuh dakwah. Sementara itu, rock, genre yang diusung Ricky (Ucok Harahap), saingan Oma, digambarkan dekat dengan pergaulan bebas, mabuk-mabukkan, dan hedonisme. Secara personal, Ricky juga digambarkan sebagai orang yang kasar dan licik.
Selain menjadi judul film, Darah Muda juga menjadi judul dari soundtrack utama. Dalam lagu ini, Rhoma Irama ingin menyampaikan bahwa wajar jika anak muda itu berapi-api, nekat, dan terlalu duniawi. Namun, anak muda juga harus mawas diri supaya enggak terjatuh ke dalam lubang hitam.
Konsistensi Rhoma Irama sebagai ksatria dan pecinta
Ada yang unik dari film-film Rhoma Irama, yaitu karakternya sebagai pahlawan dan keberadaan tokoh Ani. Apa pun ceritanya, bagaimana pun tokoh yang diperankan, Rhoma akan selalu menjadi seorang laki-laki yang enggak akan pernah meninggalkan dunia musik.
Uniknya, konsistensi itu juga terlihat dari tokoh Ani yang menjadi love interest. Ani selalu diperankan oleh Yati Octavia. Antara satu Ani dengan Ani lain dalam film-film Rhoma Irama kadang enggak ada hubungannya sama sekali. Di satu film, Ani bisa menjadi seorang anak pemilik perkebunan, vokalis band, bahkan korban penjambretan.
Bagaimana dengan Oma alias Rhoma? Ia enggak pernah menjadi karakter lain selain musisi dangdut. Dalam film bergenre romansa, Rhoma Irama akan menjadi sosok Oma atau Rhoma yang merupakan laki-laki biasa dengan mimpi besar sebagai musisi dangdut.
Mimpi itu dipandang sebelah mata oleh keluarga, lingkungan, dan tentu saja orang tua kekasihnya. Hal itu seolah merupakan kritik sosial terhadap masyarakat yang kerap memandang sebelah mata profesi musisi dan mengagung agungkan profesi lain hanya karena pangkat dan kekayaannya.
Selain itu, Rhoma Irama juga menggambarkan betapa sulitnya berjuang di jalur musik. Enggak semua orang dapat menjadi musisi ternama, terutama dengan genre yang kurang populer di tengah anak muda pada masanya, seperti dangdut.
Waktu itu, dangdut memiliki stereotip sebagai “musik kampungan” atau “musik yang liriknya receh”. Dalam sebuah wawancara, Rhoma Irama pernah bernostalgia mengenai pernyataan Benny Soebardja dalam majalah Aktuil. Benny pernah menyebut musik dangdut sebagai ‘musik t*i anjing’. Membalas pernyataan itu, Rhoma menyebut rock sebagai ‘musik terompet setan’.
Perseteruan itu akhirnya semakin melebar, bahkan sampai level penggemar. Para penggemar rock menganggap dangdut sebagai musik yang enggak bermutu. Nah, baru pada tahun 1987, ketegangan antara musisi dangdut dan rock mereda. Hal itu diprakarsai oleh pertemuan antara Godbless, perwakilan band rock, dan Soneta, perwakilan musisi dangdut, yang digagas oleh Yapto Soejosoemarno.
Di tangan Rhoma, dangdut menjadi lebih dari sekadar musik untuk menyenangkan hati dan mencurahkan perasaan. Rhoma memasukkan unsur keagamaan dan nasihat kehidupan sehingga musik ini dapat menjadi media untuk dakwah.
Posisi musik dangdut sebagai media untuk amar maruf nahi mungkar semakin terlihat dalam genre-genre aksi seperti dalam Satria Bergitar (1984). Selain menggunakan kekuatan, sebagai ksatria yang berusaha untuk mengalahkan penguasa zalim, Rhoma menggunakan strategi, kesabaran, dan juga musik yang bernuansa dakwah seperti Bersatulah dan Musafir.
***
Harus diakui bahwa Rhoma Irama membawa musik dangdut ke level yang berbeda. Oleh Rhoma, dangdut menjadi sebuah musik yang sarat akan makna. Dipadukan dengan film, apa yang disampaikan oleh Rhoma dalam lagu-lagunya menjadi lebih mengena. Enggak mengherankan apabila penggemar Rhoma Irama disebutkan mencapai 10% dari total penduduk Indonesia pada tahun 1984.
Nah, bagaimana pendapat kamu soal lagu-lagu Rhoma Irama? Bagikan di kolom komentar, ya.