*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film yang bisa aja mengganggu buat lo yang belum nonton.
Cerita: 7 | Penokohan: 8 | Visual: 7 | Sound Effect/Scoring: 9 | Nilai Akhir: 7,75/10
Bikin film biografi rasanya jadi tantangan besar. Pasalnya, selain menceritakan kembali kisah hidup seseorang, film biografi juga harus punya inovasi biar enggak terkesan monoton. Tampaknya, hal itu udah diperhitungkan oleh sutradara The Greatest Showman, Michael Gracey. Bersama penulis skenario Michael Arndt (Toy Story 3, Star Wars: Force Awakens), Jenny Bicks (Rio 2, Sex and the City) dan Bill Condon (Dreamgirls, Beauty and the Beast), Gracey berhasil menghadirkan film biografi yang enggak biasa, yaitu dengan konsep drama musikal.
Konsep drama musikal bisa dibilang masih relevan meski enggak ditampilin di panggung Broadway. Film ini sendiri menceritakan kisah hidup Phineas Taylor Barnum (P.T. Barnum) yang berpikir out of the box pada 1860-an untuk menciptakan hiburan yang enggak biasa bagi masyarakat Amerika. Barnum ngelakuin apa pun demi tujuannya tercapai.
Sinopsis: Film The Greatest Showman merayakan kelahiran bisnis pertunjukan dan perasaan kagum yang kita rasakan ketika mimpi bisa jadi kenyataan. Terinspirasi dari kisah perjuangan hidup dan imajinasi P.T. Barnum, The Greatest Showman bercerita tentang seorang visioner yang membangun dari nol untuk menciptakan pertunjukan mengagumkan yang menjadi sensasi dunia.
Dari segi cerita, film ini memang enggak mengisahkan secara mendetail perjuangan Barnum dari awal. Michael Gracey justru lebih menyampaikan kisah Barnum yang udah sukses namun justru banyak masalah yang menghampiri. Satu lagi, lo enggak bakal nemuin twist yang istimewa dalam film ini. Namun, banyak pesan haru yang disampaikan dalam setiap konflik yang sayangnya terlalu mudah terselesaikan.
Buat lo yang suka baca atau nonton film-film biografi orang sukses, cerita film ini bisa dibilang enggak jauh beda. Sebatas perjuangan, popularitas, dan kompleksitas masalah. Bedanya, film ini menyajikan cerita secara drama musikal. Yap, dari awal sampai akhir cerita, isinya nyanyian.
Kalau lo enggak terlalu suka drama musikal, film ini bakal terasa membosankan. Pasalnya, alur cerita yang terlalu cepat bikin cerita jadi biasa aja. Nilai lebihnya, film ini didukung dengan parade-parade manusia unik dan lagu-lagu yang dinyanyikan para pemain bikin film lebih hidup.
Sementara itu, buat lo yang suka semua genre film, termasuk drama musikal, lo bakal menikmati seluruh cerita dari awal hingga akhir. Setiap lagu mengandung plot cerita yang berkelanjutan sehingga lo enggak perlu takut bosan. Apalagi, kalau lo rindu dengan serial Glee (2009—2015) dan High School Musical, film ini bikin lo nostalgia.
Semua lagu yang dinyanyikan pemain enggak hanya terdengar pas di telinga tapi juga mengandung lirik yang menjadi skenario antar karakter. Musik dan lirik yang diciptakan oleh Benj Pasek dan Justin Paul ini mudah untuk dinikmati segala kalangan.
Pasek dan Paul sukses menciptakan 11 lagu yang menjadi soundtrack film. Lewat film ini, lo seolah menonton pertunjukan teater musikal di panggung Broadway, New York, Amerika Serikat. Itulah alasannya lo harus nonton drama musikal di bioskop.
Nama P.T. Barnum sendiri memang udah terkenal di dunia. Dia adalah seorang pendiri dari kelompok sirkus Barnum & Bailey Circus. Sosoknya diperankan oleh aktor keren Hugh Jackman yang udah kita kenal lewat perannya sebagai Wolverine di dalam waralaba X-Men. Menariknya, The Greatest Showman jadi drama musikal bersejarah kedua yang dibintangi oleh Jackman setelah Les Miserable (2012).
Film ini juga terletak pada kualitas akting Jackman. Lo enggak pernah ngelihat Jackman tertawa lepas dalam film Logan (2017) yang malah menyisakan kesedihan mendalam. Namun, di The Greatest Showman, Jackman bangkit lagi lewat penampilannya yang begitu bersinar.
Selain Jackman, kehadiran Zac Efron sebagai veteran dalam film drama musikal ini menjadi nilai plus tersendiri. Enggak sedikit yang kangen dengan aksi tarian, suara, dan tatapan mata Efron yang populer lewat High School Musical. Tentunya, bisa nostalgia lagi setelah Efron tampil seksi di Baywatch (2017).
Ditambah lagi dengan penampilan bintang muda, Zendaya, yang dikenal sebagai penyanyi pop dan kontestan Dancing with the Stars Season 6 (2013). Ada pula, Rebbeca Ferguson dan Michele Williams yang total dalam berakting sambil bernyanyi. Kalau dari segi pemain, film ini bisa dibilang bertabur bintang. Meski hanya empat selebritas yang terkenal, aktor dan aktris lainnya juga total dalam berakting sambil bernyanyi dan menari.
Digarap oleh 20th Century Fox selaku distributor bersama pihak produksi filmnya, Chernin Entertainment, Seed Productions, Laurence Mark Productions, dan TSG Entertainment, film ini enggak hanya menampilkan kisah inspiratif Barnum, tapi juga mengangkat nilai kemanusiaan dalam tatanan sosial pada 1860-an. Tentunya, kisah biografi enggak terlepas dari nilai positif yang ditampilkan. Selain kisah perjuangan, film ini juga mengisahkan penerimaan diri sendiri, hati nurani, dan kekuatan cinta, sesuai dengan tagline filmnya, “The Impossible Comes True”. Selain itu, film ini mengingatkan bahwa kekayaan sesungguhnya adalah orang-orang sekitar yang mencintai kita.
Yap, The Greatest Showman bukan sekadar kisah cinta antara Barnum dan sang istri. Bagaimana seseorang mencapai impian meski dunia memandang sebelah mata juga jadi pesan yang disampaikan. Sepanjang hidupnya, sosok Barnum yang asli dianggap sebagai penipu lewat sirkusnya tersebut. Meski begitu, apa yang dianggap tipuan itu nyatanya menghadirkan tawa bagi banyak orang.
Terlebih, film ini juga ngasih arti tahu arti kemanusiaan sebenarnya. Barnum sukses ngumpulin orang-orang dari berbagai suku, bentuk, dan warna kulit untuk setara di atas panggung. Bahkan, kehadiran orang-orang yang awalnya ngerasa enggak berguna karena jadi beban malu keluarga justru bisa memukau dunia lewat ketidaksempurnaan.
Film The Greatest Showman bisa jadi pilihan film buat ngisi liburan lo. Rencananya bakal tayang pada 29 Desember 2017. Yuk, hilangkan mood jelek lo dengan nonton drama musikal ini di bioskop!