Saat muncul pada tahun 2020, Ikatan Cinta sempat digadang-gadang oleh masyarakat sebagai sinetron jenis baru. Awalnya, Ikatan Cinta hadir dengan kemasan menarik, yakni tokoh utama yang menyimbolkan girl power serta ide konspirasi pembunuhan. Enggak seperti tokoh utama cewek pada umumnya, Andien terlihat kuat, memiliki pendapat sendiri, memiliki karier yang cemerlang, dan juga enggak sering menangis.
Ikatan Cinta pun memiliki basis penggemar yang besar, agak fanatik, dan sulit tergeser dari puncak rating sinetron nasional. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Ikatan Cinta mulai menampakkan penyakit yang sama dengan sinetron pada umumnya, nih.
Hingga 24 Februari 2022, Ikatan Cinta telah mencapai 634 episode. Jika dibandingkan dengan drama Korea Selatan atau serial Hollywood, jumlah ini sangat fantastis. Sebuah serial Hollywood atau drakor biasanya hanya memiliki dua puluh sampai dengan tiga puluh episode per musim tayangnya. Seperti perkiraan banyak orang, cerita semakin ngawur, bahkan udah melenceng jauh dari inti utamanya: pembunuhan Roy, adik Aldebaran, oleh Elsa.
Terkait hal ini, lagi-lagi Amanda Manopo, pemeran Andien, melakukan “protes” halus lewat sindiran pada tanggal 23 Februari 2024. Dalam story Instagram yang sudah dihapus, ia menuliskan hal ini:
“Jalan cerita ini sudah tidak ada rasa. Adegan/adegan ga penting dan pengulangan kata dan hanya nambahin durasi. Kalau bukan karena teman-teman yang ada di sini, yang masih berusaha, hancur kali ya,”
Nah, sejalan dengan Amanda Manopo, kami juga setuju kalau Ikatan Cinta memang udah kehilangan rasa. Apa saja, sih, yang bikin sinetron ini semakin ngawur? Kita simak di sini, ya!
Hal yang bikin Ikatan Cinta makin ngawur!
Terlalu banyak tokoh tambahan
Seiring berjalannya waktu, enggak ada salahnya menambahkan tokoh-tokoh baru dalam sebuah serial. Namun, konflik dari tokoh-tokoh baru itu sebaiknya memang enggak menggantikan konflik besar dari tokoh utama. Karena, hal tersebut akan menghilangkan jiwa dari serial itu sendiri.
Sayangnya, hal ini dilakukan oleh Ikatan Cinta. Lebih parah daripada sinetron-sinetron terdahulu, Ikatan Cinta seolaj memberikan panggung besar terhadap konflik tokoh-tokoh baru. Misalnya, konflik Rendy dan Katrin. Awalnya, panggung yang diberikan kepada Rendy enggak terlalu besar mengingat Rendy hanyalah asisten Aldebaran.
Pemikiran-pemikiran bodoh berbagai karakter
Hal yang selalu efektif untuk memperpanjang episode sinetron adalah memberikan dilema-dilema enggak penting dalam pemikiran tokoh serta perilaku yang enggak logis. Jika dulu Elsa, adik Andien, kerap bikin geram karena fitnah-fitnahnya, kini gantian Nino yang bikin masalah.
Nino, ayah kandung Reyna, kini masih merasa enggak ikhlas karena menginginkan hak asuh Reyna. Padahal, sebelumnya Nino yang enggak memercayai Andien dan menceraikannya. Nino selalu mencari celah untuk mengganggu ketenangan keluarga Andien-Aldebaran, dan entah kenapa mereka enggak pernah bener-bener bisa keluar dari masalah itu. Setiap solusi dari permasalahan ini selalu dangkal dan menimbulkan masalah baru.
Pemikiran dangkal ini juga berlaku pada tokoh sampingan seperti Ketrin dan Rendy yang terus menerus merasa hidupnya bermasalah hanya karena masalah remeh seperti foto prewedding yang terus tertunda. Padahal, di dunia nyata, masalah-masalah kayak gini bisa selesai tanpa bertele-tele.
Lagi-lagi, skenario anak hilang
Entah kenapa, anak-anak orang kaya di sinetron gampang banget buat hilang. Layaknya Amara dalam sinetron Cinta Amara yang bisa hilang karena enggak sengaja terbawa truk, Reyna dalam Ikatan Cinta juga sempat hilang. Hal ini aneh, mengingat katanya, Andin dan Aldebaran sangat menyayangi Reyna. Mengapa sangat mudah untuk kehilangan anak yang disayangi?
Skenario anak hilang ini lagi-lagi digunakan untuk memberikan kesan sedih yang mendayu-dayu dan didramatisir. Selain itu, hal ini terbukti efektif untuk membuka konflik baru yang menyebalkan, seperti misalnya kemarahan Nino. Namun, jika skenario ini terus-menerus dipakai, rasanya serial jadi terlihat enggak berkualitas.
Karakter yang enggak berkembang
Serial yang baik memiliki perkembangan tokoh seiring dengan berjalannya waktu. Apalagi, jika tokoh-tokoh ini sudah melewati banyak kejadian di dalam hidupnya. Seharusnya, tokoh seperti Aldebaran dan Andien sudah berkembang dan enggak terjebak dalam konflik berpola sama.
Sayangnya, hal itu enggak terjadi kepada mereka. Tokoh Andien dan Aldebaran tetap menghadapi konflik dengan cara yang sama, memiliki masalah ribet yang enggak jauh berbeda, dan enggak kunjung hidup tenang. Perkembangan ada pada tokoh Elsa yang kini menjadi semakin baik, tetapi perkembangan karakter ini terlihat “maksa”.
Kata-kata yang kosong
Seperti Layangan Putus, serial seharusnya memiliki kata-kata yang padat supaya maksud dari para tokoh bisa terlihat dengan jelas. Namun, alih-alih memberikan dialog yang quotable, seperti kata Amanda Manopo, Ikatan Cinta dipenuhi dengan kalimat-kalimat kosong.
Kalimat-kalimat yang digunakan sangat klise, enggak membekas, dan pada akhirnya hanya “diperkuat” dengan musik-musik dramatis dengan nada tinggi yang udah usang. Kalimat-kalimat ancaman Nino, pembelaan Aldebaran, kata-kata sayang Andien ke Aldebaran, semuanya mudah untuk dilupakan setelah sinetron berakhir.
Sudah lebih dari dua tahun Ikatan Cinta menemani kita. Perpanjangan jalan cerita ini toh enggak bikin, animonya sebesar dulu. Parahnya lagi, terlihat dari story Amanda Manopo, sepertinya para pemain sudah jenuh.
Namun, apakah protes Amanda Manopo hanya menjadi angin lalu seperti protes-protesnya sebelumnya? Ataukah hal itu akan membuat pihak-pihak di balik Ikatan Cinta menyadari bahwa sinetron mereka sangat usang dan kualitasnya menurun drastis?
Sepertinya masih begitu jauh harapan kita untuk melihat sinetron di televisi naik kelas bak sinetron di platform video on demand.