Jessica Soekidi, seniman representatif SAL Project yang juga dikenal sebagai arsitek bersama Pelant Nursery menginisiasi sebuah pertunjukan seni bertajuk UNSPOKEN pada 31 Juli 2024 di .TEMU (baca: titik Temu) Café SCBD. Seni performans ini kemudian akan dilanjutkan dengan acara makan malam dengan pengalaman seni dengan judul UNSPOKEN ESSENTIAL pada 7 Agustus 2024 berlokasi di Mister Sunday yang merupakan inisiasi dari Jessica Soekidi dan TEKA Parquet. Kegiatan ini juga dapat terlaksana berkat dukungan dan kerjasama yang baik dari Hlaii.
Pada art performance ini, ketika tamu undangan hadir, mereka diminta menuliskan isi hati mereka di sebuah kertas. Kertas yang digunakan bukan kertas biasa, melainkan kertas hasil olahan ampas kopi, kolaborasi antara Titik Temu dan UIC College. Recycled coffee waste paper ini dibuat oleh Matthew Richmond Tjang, Program Graphic Design dari UIC College BSD Campus.
Seni performans UNSPOKEN ini merupakan kelanjutan dari seri karya seni Jessica berjudul ‘Growing: The Unseen process’ yang berbicara tentang pertumbuhan diri dengan mengambil analogi dari pertumbuhan benih tanaman dan proses pembentukan tanah. Karya seri ‘Growing: The Unseen Process’ ingin menegaskan bahwa makhluk hidup secara umum termasuk kita (manusia) berawal dari benih yang dapat tumbuh optimal jika hidup di sebuah lingkungan yang mendukung.
Unspoken dan Unspoken Essential oleh Jessica Soekidi
‘Kita adalah benih’ atau ‘we are the seed’ merupakan ide yang terlihat kecil namun dengan segala keunikan dan potensi talentanya jika ditanam pada medium (lingkungan) yang tepat, ia akan bertumbuh menjadi makhluk terbaik sesuai dengan desain penciptanya. Hal ini juga mengingatkan sang seniman dengan proses penciptaan karya arsitektur yang erat dengan pemenuhan fungsi atau cita-cita sang pemberi tugas. Lima karya yang dipamerkan dari seri ‘Growing: The Unseen Process’ sejak setahun yang lalu merupakan hasil kolaborasi antara Jessica Soekidi, Pelant Nursery dan .TEMU SCBD.
Karya seni performans ‘Unspoken’ secara spesifik mengangkat tema tentang dinamika grafikal emosi manusia disaat musim pertumbuhan. Dalam musim menunggu ini, manusia sering mengalami gejolak emosi dengan lompatan-lompatan tak terduga akibat konflik didalam diri. Hal ini adalah fakta bahwa ada yang hidup didalam tubuh manusia selain jiwa walaupun emosi terkadang bertentangan dengan data.
Rangkaian kegiatan kedua dari ‘Unspoken’ adalah acara makan malam dengan pengalaman seni performatif dalam bentuk lokakarya mini pada sesi makanan penutup. Kegiatan ini bertajuk ‘Unspoken Essential’ di mana TEKA Parquet bekerja sama dengan seniman dan arsitek Jessica Soekidi mengadakan malam berjejaring bersama teman-teman arsitek, desainer arsitektural, dan fotografer arsitektural dalam rangka melanjutkan misi membangun kesadaran bersama akan keberlanjutan kehidupan secara global dengan memperbaiki relasi antara manusia dan alam, yakni melalui aksi interaktif seni performatif merangkai kue oleh peserta. Seni interaktif ini dipandu oleh Jessica Soekidi dalam bentuk alur cerita tertulis dan gambar visual aksonometri rangkaian kue.
Kegiatan kolaborasi ini berawal dari semangat dan visi yang serupa secara bersamaan ditemukan oleh Jessica Soekidi dan Endang Sri Wahyuni (pemilik Pelant Nursery) dari setahun yang lalu (2023) yaitu, pengamatan tentang proses pertumbuhan tanaman yang cenderung ‘pelan’ yang lalu dari hasil pengamatan tersebut menjadi refleksi pribadi masing-masing dan secara tidak sengaja keduanya sudah mulai menerapkan prinsip hidup ‘slow living’ yang ternyata memiliki relasi terhadap prinsip hidup conscious living.
Hasil pengamatan keduanya sama-sama menyimpulkan bahwa pertumbuhan yang optimal membutuhkan waktunya sendiri-sendiri, berbeda-beda untuk tiap individu dan pergerakan akan pertumbuhan itu sendiri bahkan terkadang tampak seperti tidak mengalami perubahan. Bahkan, keduanya menemukan bahwa perhentian, istirahat, menunggu, adalah bagian dari pertumbuhan diri yang sehat dan salah satu cara untuk menikmati waktu. Dan di dalam pertumbuhan tidak ada kesempurnaan melainkan kesempurnaan adalah tentang waktu.
Melalui catatan Narasinya, Jessica juga memaparkan bahwa dalam kolaborasi ini, keberlanjutan hal-hal tersebut diwakilkan dalam bentuk pertunjukan seni performans yang berbicara mengenai jiwa (mental) yang dialami manusia. Sedangkan keberlanjutan pada desain produk diwakilkan oleh TEKA Parquet, .TEMU Cafe, dan Hlaii, yang tidak hanya berhenti pada pemikiran namun pada proses pembuatan, penggunaan dan pemeliharaan produk, serta pengolahan limbah yang berdampak pada lingkungan dan komunitas lokal.
Semua hal ini adalah bagian dari alam yang dalam proyek seni kali ini dihadirkan secara langsung oleh Pelant Nursery untuk kembali mengingatkan kita tentang pentingnya hidup selaras dengan alam.
Windi Salomo, selaku pemilik SAL project, mendukung penuh Jessica pada kegiatan seni performans ini, di mana pada karya sebelumnya Jessica mengolah material cat akrilik pada kanvas, material resin serta menggabungkan teknologi 3D print untuk karya-karya obyeknya. Kali ini Jessica mengambil pendekatan yang berbeda. Pertunjukkan menjadi media yang digunakannya.
Sebuah pendekatan yang dianggap mampu menggugah audiens untuk merasakan dinamika proses pertumbuhan. Jessica seolah ingin mengajak kita semua untuk masuk, tenggelam, dalam gejolak rasa maupun pergulatan emosi lewat seni performans yang melibatkan dua performer dan tim kreatif handal di belakang layar. Akhir kata, Jessica berharap, intervensi kegiatan seni di ruang publik dapat membangun apresiasi masyarakat terhadap seni serta ruang arsitektur itu sendiri.