Secara mengejutkan, Team Spirit berhasil menjuarai gelaran The International 10 (TI 10). Dalam babak Grand Final, tim yang diperkuat oleh Miposhka, Mira, Collapse, TORONTOTOKYO, dan Yatoro tersebut berhasil mengalahkan tim unggulan PSG.LGD dengan skor 3-2.
Hasil tersebut terbilang sangat menakjubkan bagi tim “kuda hitam” seperti mereka. Pasalnya, Miposhka dan kawan-kawan bukanlah tim yang difavoritkan dalam gelaran The International 10. Apalagi, mereka memulai semuanya dari Open Qualifier dan sempat turun ke lower bracket.
Dalam game pertama dan kedua, Team Spirit berhasil mengamankan kemenangan dengan cukup mudah. Mengandalkan rotasi cepat dari kedua Support dan TORONTOTOKYO, tim asal Rusia ini berhasil memberikan tekanan serius kepada PSG.LGD.
Ketika sudah kehilangan momentum, PSG.LGD terlihat kewalahan untuk menahan gempuran serangan dari Team Spirit. Enggak heran, kalau mereka akhirnya berhasil mengamankan dua kemenangan sekaligus dengan strategi agresif yang tidak jauh berbeda.
Memasuki game ketiga, PSG.LGD mulai berbenah untuk mengantisipasi gaya permainan agresif dari Team Spirit. Mengandalkan Undying dan Bloodseeker, PSG.LGD berhasil melakukan antisipasi untuk setiap inisiasi serangan dari Yatoro dan kawan-kawan.
Hasilnya, Team Spirit tidak dapat berbuat banyak. Bahkan, Yatoro yang menggunakan Phantom Assassin sangat mudah dihabisi oleh NothingToSay yang menggunakan Tinker.
Pada game keempat, PSG.LGD berhasil mengamankan kemenangan dengan cukup mudah. Rotasi permainan dari y` dan NothingToSay menjadi kunci permainan PSG.LGD untuk memberikan tekanan secara terus-menerus ke Yatoro dan kawan-kawan.
Bermain di bawah tekanan, Team Spirit terlihat sangat tidak kompak dan tidak tahu harus berbuat apa. Di sisi lain, PSG.LGD yang mengandalkan Luna sebagai ujung tombak serangan mampu menghancurkan barak dengan cukup cepat. Enggak heran, kalau PSG.LGD akhirnya berhasil menyamankan skor di game keempat.
Game kelima merupakan game penentuan untuk mencari juara baru dalam gelaran The International. Dalam game tersebut, Collapse yang memainkan Magnus lagi-lagi menjadi playmaker yang sangat mengerikan.
Enggak cuma itu, combo Tiny dan Lycan yang coba digunakan PSG.LGD juga tidak mampu berjalan dengan optimal, karena Team Spirit memiliki Bane yang dapat memberikan crowd-control dengan cukup efektif kepada Tiny.
Tiny yang dimainkan oleh Ame juga cukup kewalahan menghadapi Terrorblade yang menggunakan Eye of Skadi. Pasalnya, item tersebut mampu memberikan pengurangan kecepatan serang yang sangat tinggi.
Di sisi lain, Team Spirit terlihat sangat kuat. Memasuki late game, Yatoro yang sudah mengantungi banyak item core menjadi sangat sulit untuk dibunuh. Enggak heran, pada akhirnya mereka berhasil menghancurkan Ancient dan mengamankan gelar juara The International tahun ini.
Tanpa keraguan, KINCIR menilai kalau Collapse merupakan MVP dalam laga Grand Final tersebut. Mengandalkan Magnus, Collapse berkali-kali berhasil menarik pemain musuh dengan kombo blink dan skill – Skewer.
Anehnya, Xiao8 sebagai coach dan drafter dari PSG.LGD tidak pernah sekalipun melakukan ban ke Magnus. Padahal, sudah jelas dan sangat “terang-benderang”, bahwa Collapse yang menggunakan Magnus menjadi biang keladi kekalahan PSG.LGD.
Dengan hasil tersebut, Team Spirit secara mengejutkan berhasil menorehkan namanya di Aegis of Champions menemani deretan tim-tim legendaris lainnya yang sempat menjuarai gelaran TI sebelumnya. Miposhka dan kawan-kawan juga berhak mendapatkan 18 juta dollar atau setara dengan Rp256 miliar .