Udah barang tentu semua orangtua di seluruh dunia ingin anaknya berprestasi dalam segala hal. Untuk mencapai tujuan itu, banyak orangtua yang menyewa tutor atau pelatih khusus agar sang anak jadi lebih terampil. Udah biasa jika mereka menyewa pelatih untuk olahraga atau guru les privat. Namun, bagaimana menurut lo jika ada orangtua menyewa pelatih khusus agar anaknya makin GG main Fortnite?
Yap, hal tersebut beneran kejadian, guys. Seperti yang dikutip oleh Wall Street Journal, para orangtua di Amerika Serikat mulai merekrut pelatih khusus untuk mengajarkan anaknya bermain Fortnite. Menurut Bidvine, situs penyedia jasa pelatih video game di Amerika Serikat, 1.400 pelatih Fortnite telah mendapatkan pekerjaannya sejak Maret 2018.
Nyatanya, merekrut pelatih khusus untuk bermain game bukanlah hal yang asing di dunia video game. Prosesnya pun enggak sulit dan ribet seperti dulu. Sekarang, lo bisa menemukan pelatih khusus untuk tiap game di situs penyedia pelatih game seperti Bidvine dan Gamer Sensei. Di media sosial juga terdapat banyak gamer atau streamer yang seringkali menawarkan jasa sebagai pelatih.
Tentu menarik bicara soal tarif. Upah rata-rata yang dibayarkan kepada pelatih pun juga relatif. Semuanya tergantung kemampuan dan reputasi dari sang pelatih. Setiap harinya, mereka bisa mendapatkan minimal 15-20 dolar per jam, atau bisa juga 50 dolar untuk tiap 3-4 jam sesi.
Enggak hanya menyewa jasa pelatih untuk anaknya, ada cukup banyak orangtua yang merekrut pelatih untuk diri mereka sendiri. Para orangtua pastinya tak mau cuma menonton sang anak bermain tanpa tahu medannya. Tentunya akan lebih baik jika mereka juga turut memahami seluk beluk game itu sendiri, atau bahkan juga bisa jadi sama GG-nya dengan sang anak.
Tren merekrut pelatih Fortnite ini tentu cukup menarik untuk dibahas. Pasalnya, beberapa tahun sebelum ini menyewa pelatih video game dianggap sebagai tindakan yang cukup aneh.
Hal yang tadinya terlihat enggak normal bisa jadi wajar jika melihat perkembangan eSports saat ini. ESports juga dianggap bisa menghasilkan uang dan keuntungan besar. Apalagi eSports adalah pekerjaan yang berbasis hobi. Selain bisa menjadi rencana investasi untuk masa depan, para orangtua pun bisa tenang karena apa yang mereka lakukan untuk mencari uang dilakukan dengan hati gembira.
Ambil contoh Tyler "Ninja" Blevin yang saat ini menjadi ikon Fortnite. Hanya dengan streaming video di internet, gamer asal Amerika Serikat ini bisa meraup banyak keuntungan dari hobinya bermain video game. Belum lagi mempertimbangkan turnamen resmi Fortnite yang saat ini mulai gencar diselenggarakan dengan hadiah yang tak main-main jumlahnya.
Makanya, masuk akal jika orangtua mendukung anak mereka yang ingin tumbuh dewasa sebagai seorang gamer profesional. Positifnya, game pun tak lagi dianggap sebagai hal negatif. Bahkan, banyak juga yang menganggap langkah ini sama aja dengan para orangtua yang bercita-cita menjadikan anaknya seorang atlet profesional.
Satu hal yang perlu dicatat, tren ini enggak cuma berlaku buat Fortnite. Untuk saat ini, game besutan Epic Games ini memang belum begitu populer di Indonesia. Namun, bukan berarti game lain tak menjanjikan bagi pelatih game untuk menawarkan jasanya.
Game-game kompetitif populer di Indonesia seperti Mobile Legends, AOV, atau PUBG sebagai sesama game battle royale bisa menjadi lahan yang subur. Tentunya impian ini masih harus menunggu perubahan stigma masyarakat Indonesia yang selama ini menganggap video game adalah hal negatif bagi anak-anak.
Nah, bagaimana menurut lo terkait tren pelatih atau tutor khusus eSports ini? Apakah jangan-jangan lo udah jadi salah satu yang menjalankan praktek ini?