Gelaran The International memang selalu punya kejutan dan cerita dari tahun ketahun. Kini, pada hajatan kedelapan, OG tampil sebagai juara baru. Mereka menghentikan mitos tahun genap dan membuktikan kekuatan pertemanan untuk menjadi yang terbaik di dunia.
Semalam, seperti tahun-tahun sebelumnya, Final Day The International Dota 2 menghadirkan dua laga, Lower Bracket final dan Grand Final. Tiga tim terbaik dunia, OG, EG, dan PSG.LGD berusaha memperebutkan gelar tertinggi kancah esports Dota 2.
Semalam, EG dan PSG.LGD berjuang lebih dulu memperebutkan satu slot Grand Final. Enggak butuh tiga game untuk PSG.LGD memastikan tempat di Grand Final. Memaksimalkan meta Enchantress dan Tiny, PSG.LGD mengungguli EG 1-0 tanpa perlawanan yang pasti. Di game kedua, mereka mengembalikan Kunkka dan Luna sebagai jajaran hero inti yang ternyata terbukti ampuh menghentikan dominasi Spectre dan Mirana yang dimainkan EG.
Dengan hasil tersebut, OG menghadapi PSG.LGD di babak Grand Final The International 2018. Pada pertandingan paling panas tahun ini, PSG.LGD dan OG sama-sama menampilkan permainan terbaik mereka. Durasi pertandingan final ini pun dipaksa sampai di game kelima, dan menjadi pertandingan kedua di Grand Final TI selain pertandingan memorable antara Na'Vi dan Alliance di Grand Final The International 3 tahun 2013 silam.
OG membuktikan taringnya lewat keunggulan di game pertama. JeraX bermain sangat baik dengan memilih Earthshaker. Dengan kejutan offlane Treant, OG mampu melemahkan Bloodseeker dan Storm Spirit dari sang unggulan,PSG.LGD. Mereka mengejar ketertinggalan dan berhasil membalikkan raihan poin 2-1 berkat permainan solid di game dua dan tiga. Fy membuktikan kapasitasnya sebagai support terbaik dengan memainkan Earthshaker dan Vengeful Spirit yang mengantarkan PSG.LGD satu game menuju gelar The International.OG memaksa PSG.LGD bermain di game ketujuh mereka dalam satu malam setelah bangkit lewat permainan Invoker milik Topson dan Phantom Lancer dari ana di game keempat.
Satu game terakhir tadi akan menentukan segalanya bagi kedua tim. Setelah lepas dari empat kali banning, n0taiL berkesempatan memainkan Nature Prophet di game kelima. Ini memberi ruang OG untuk membawa permainan secara gerilya. Mereka memukul keunggulan networth dari PSG.LGD setelah melakukan clash di Roshan's Pit. Pilihan core OG yang enggak biasa dengan Ember Spirit, Zeus, dan Magnus di game terakhir ini membuktikan kalau mereka masih versatile. Kedua tim masih bertahan sengit hingga menuju menit ke-40 namun OG muncul sebagai jawara baru The International 2018 dan memutus mitos tahun genap sebagai tahun dari tim asal Tiongkok.
Kemenangan dramatis OG tersebut membuktikan mentalitas juara dari tim besar untuk tetap berjuang menjadi yang terbaik. Meski penampilan OG di gelaran Dota Pro Circuit 2017/2018 enggak punya prestasi, mereka membuktikan bahwa untuk bisa menang di The International, mimpi tersebut harus diwujudkan dengan kerjasama dan permainan yang maksimal. Congrats, OG!