Kamera sudah dipasang, set gaming pun sudah rampung. Lantas apa lagi yang kurang? Jawabannya adalah trik agar berhasil menarik viewers dalam jumlah yang masif!
Para streamer harus punya trik tersendiri untuk membuat para penonton mampir di lapak streaming-nya. Memakan keyword dengan membawa meta yang “mengundang” penonton jadi cara paling jitu yang akhirnya terus dilakukan oleh para streamer.
Hot tub stream, twister yoga pants, sampai ASMR ear licking jadi meta paling popular di Twitch. Cara ini sudah terbukti jitu, mengingat para streamer yang berani pakai meta ini juga sudah “diberkahi” dengan fisik yang mumpuni. Mereka seakan paham betul apa yang bisa menarik para laki-laki yang haus tontonan.
Sah atau tidak? Coba kita membedahnya satu per satu. Para perempuan dalam live streaming yang tampil terbuka pada dasarnya tengah memperjuangkan bahwa mereka juga mengeksplorasi seksualitas mereka. Siapa kita sehingga bisa memerintah mereka untuk mengganti atau mengenakan baju tertentu?
‘Tapi, kayaknya hot tub, ASMR dan ngobrol dengan baju minim terlalu jauh dari konten game’, lantas apa bedanya dengan bernyanyi sambil bermain musik? Atau bagaimana dengan DIY dan crafting? Beberapa platform menyediakan kategori lain yang juga sebenarnya sama-sama di luar game.
Para perempuan dalam dunia streaming punya caranya sendiri untuk eksplorasi seksualitas mereka. Keadaan jadi runyam ketika mereka bergerak masif dan menarik atensi para pengguna platform. Streamer lain yang ‘tidak punya daya saing’ mulai jengah dan akhirnya mencari massa untuk mencaci mereka.
Akhirnya, meta ini berlanjut dan makin marak. Kamu bisa temukan banyak streamer perempuan dengan embel-embel gamers namun lebih banyak membawa konten vulgar ketimbang main game. Main Mario Kart, sih, tapi pakai bikini dan di atas balon pisang. Belakangan, enggak perlu main game, jilat-jilat microphone sambil pakai pakaian seksi sudah cukup mengundang puluhan ribu viewers.
Ini yang dilakukan Amouranth. Streamer perempuan yang paling disorot ini berhasil meraup jutaan dolar Amerika berkat kemampuannya mengolah meta di Twitch. Ibaratnya, ia adalah pionir segala meta soft porn yang ada di sana.
“Saya dapat Rp22,4 triliun per bulan saat ini. Orang berasumsi kalau saya hanya muncul streaming dengan pakaian bagus dan mendapatkan miliaran dolar. Saya suka membuat joke kalau streaming bukanlah sebuah pekerjaan glamor, melainkan jadi bahan hinaan untuk hidup,” katanya dalam sebuah wawancara.
Kenyataannya yang kamu lihat di Twitch Amouranth hanya seujung kuku dari mega proyeknya. Semua yang dilakukannya pada saat streaming adalah pancingan belaka.
Ingin lihat yang lebih? Kamu harus datang ke OnlyFans miliknya. Yap, Amouranth memakai strategi inbound marketing untuk kontennya di sana. Untuk menarik calon pelanggan di OnlyFans, ia memberikan banyak “teaser” pada saat streaming.
“Saya membangun audiens saya dengan memposting foto bikini di Instagram. Ketika saya enggak ngelakuin ini jumlah penonton saya turun. Mayoritas audiens saya tentu saja laki-laki, 18-35 tahun. Saya sangat popular di Turki untuk beberapa alasan, mungkin karena Pornhub di-banned (di sana),” jelasnya dalam wawancara VICE.
Amouranth tahu momentum. Bisa jadi ia tidak sengaja nip slip atau “mainan” khususnya terpampang di pojok layar streaming. Hal-hal yang seperti ini bikin para penonton laki-lakinya ingin lebih dan akhirnya berbondong-bondong ke OnlyFans.
Tampil berani di Twitch untuk mendapatkan penghasilan lebih bikin Amouranth jadi ‘role model’ streamer perempuan yang juga ingin sukses. Banyaknya streamer hot tub akhirnya bikin Twitch membuka kategori Pools, Hot Tubs & Beaches sebagai wadah para streamer yang ingin tampil nakal dengan bikini mereka. Tentu saja hal ini mengundang banyak pro dan kontra, terutama soal konten yang terlalu vulgar.
Bukan hanya Amouranth yang memakai strategi sukses ini. Ia hanya salah satu contoh sukses dari sekian banyak streamer perempuan yang memanfaatkan meta streaming untuk memasarkan produk mereka yang lain.
Masifnya jumlah streamer perempuan yang mau pansos ke meta ini akhirnya bikin si Twitch jadi labil. Di awal, mereka sudah bikin regulasi ketat soal konten pornografi di kanalnya, tapi belakangan mereka justru membuat kategori khusus untuk showcase perempuan berbikini. Ibaratnya, Twitch jadi membuka penghalang air dalam sebuah bendungan besar.
Hal ini disampaikan SweetTails. Dalam salah satu kesempatan, ia mengutarakan pendapatnya soal meta Twitch yang kian meresahkan. Dalam waktu yang terbilang singkat, meta ini mengalihkan minat orang di sana.
“Ini gila! Sekarang semua pintu sudah terbuka dan semuanya menjadi keterlaluan. Ini seksisme ketika membiarkan para perempuan itu bermain di meta hot tub stream! Mereka berbaring di sana dan mencoba menjilat-jilat mikrofon dan membuat kontak mata. Apa yang terjadi di sini?” ujar SweetTail.
Ia tidak sendiri, bahkan SweetTail mengatakan kalau banyak yang sudah resah tapi tak mampu berbuat banyak. Ini keputusan Twitch untuk membiarkan streamer perempuan melakukan hal yang melanggar peraturan mereka sendiri.
“Saya yakin banyak yang merasakan hal yang sama. Mereka semua resah soal regulasi Twitch yang membuka portal khusus untuk mereka yang menyajikan hiburan untuk penonton laki-laki. Saya sudah muak dengan semua ini” tambah SweetTails.
Pada akhirnya para streamer perlahan mendobrak batasan. Kalau dulu belahan bokong yang tertutup celana ketat kena ban –Pokimane tahu betul soal ini– sekarang jilat mic sambil pakai bikini justru punya kategorinya sendiri. Pertanyaannya, setelah ini apa lagi?
Twitch vs YouTube vs Facebook Gaming dalam Inkonsistensi Mengatur Pornografi
Berkaca dari penampilan streamer perempuan dan artis porno di dunia live streaming, seharusnya regulasi platform streaming jadi kunci. Aturan yang jelas mengenai ketelanjangan seharusnya jadi pegangan untuk mengeksekusi tombol banned.
Twitch sebenarnya punya berbagai aturan yang terasa begitu mengikat atau ketat. Pada aturan pornografi dalam laman Nudity, Pornography, and Other Sexual Content, tertulis bahwa kegiatan yang memiliki sifat ketelanjangan dan sangat seksual, seperti pornografi, tindakan seksual atau hubungan seksual, dan layanan seksual sangat dilarang.
Kegiatan yang mengacu kepada aktivitas seksual terhadap anak-anak akan dilaporkan kepada pihak yang berwenang dan ditindaklanjuti. Bahkan, konten seksual dalam konteks pendidikan yang memiliki persetujuan harus dikaji ulang.
Sementara, YouTube punya aturan lebih ketat terkait dengan konten yang berbau ketelanjangan dan seksual. Melansir laman resmi mereka tentang panduan penggunaan dari situs tersebut, terdapat dua hal yang YouTube larang untuk tayang dalam website mereka:
● Penggambaran alat kelamin, payudara, atau bokong (tertutup pakaian atau tidak) untuk tujuan kepuasan seksual
● Pornografi atau penggambaran aksi seksual, alat kelamin, atau fetisisme untuk tujuan kepuasan seksual dalam format apa pun (seperti video, teks, audio, gambar)
Apabila terdapat sebuah kanal yang kedapatan mengunggah konten tersebut, maka YouTube berhak untuk menutup kanal tersebut. Selain itu YouTube juga melarang adanya konten yang berkaitan dengan hal-hal seksual lain seperti penggambaran hubungan seksual secara tersirat maupun animasi yang berhubungan dengan hubungan seksual.
Meskipun begitu terdapat batasan-batasan yang YouTube terapkan terkait dengan konten tersebut. Mereka masih memperbolehkan konten-konten seksual, selama berkaitan dengan kaidah edukasi, dokumentasi, ilmiah, dan juga artistik.
Melansir situs Variety, YouTube memperbolehkan konten-konten yang mengandung kaidah; misalnya video petugas medis profesional yang sedang mencontohkan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan kesehatan, fotografer yang memotret model telanjang, atau video yang bertemakan ketelanjangan sebagai sebuah karya.
Namun sayangnya batasan-batasan tersebut seringkali disalahgunakan oleh para konten kreator yang memang memiliki bisnis sampingan di OnlyFans. Mereka menggunakan kanal YouTube mereka untuk memasarkan konten yang mereka jual lewat situs dewasa tersebut.
Lauren Alexis seorang model seksi dalam situs OnlyFans, seringkali memberikan preview dari konten OnlyFans yang ia buat ke kanal YouTubenya. Memang video yang ia buat dalam situs YouTube sesuai dengan kaidah yang terdapat di atas, tapi ia seringkali menggunakan pakaian minim sambil memasarkan OnlyFans miliknya.
Ia menggunakan dalih jika penonton suka dengan apa yang ia pakai dan ingin lihat yang lebih seksi lagi, mereka dapat berlangganan ke laman OnlyFans yang ia miliki.
Facebook juga punya aturan khusus tentang child sexual exploitation dan adult exploitation di lama mereka termasuk Facebook Gaming. Mereka bahkan bisa dengan leluasa me-remove konten tersebut.
Tak hanya soal eksploitasi seks anak di bawah umur, Facebook melarang keras para streamer-nya untuk ‘call to action’ ke konten vulgar mereka. Ketidaksengajaan pengambilan gambar belahan dada dan lainnya juga bisa bisa ditindaklanjuti. Ini berlaku untuk belahan dada atau bokong yang bahkan tertutup pakaian ketat.
Sayangnya, regulasi hanya tinggal regulasi. Ada banyak banget streamer yang kemudian lolos tampil seksi dan mengundang. Lebih dari itu, justru ada banyak kisah saat regulasi tersebut jadi tajam ke pihak tertentu; para artis porno misalnya.