(League of Legends) Faker, Dewa Esports dari Korea Selatan

– Siapa pemain League of Legends yang enggak kenal sama Faker?
– Di Korea Selatan, Faker reputasinya setara dengan BTS dan sutradara Parasite.

Bicara ranah esports League of Legends sudah pasti enggak bisa lepas dari nama Faker. Bisa dibilang, hampir semua orang yang memainkan game tersebut pasti mengenalnya. Pemain yang satu ini sering menjadi perbincangan dan diakui sebagai salah satu pemain terbaik League of Legends sedunia.

Popularitas yang dimiliki Faker merupakan hasil dari kerja kerasnya selama berkarier menjadi pemain profesional di League of Legends. Memenangkan tiga kali berturut-turut di World Championship menjadi bukti kerja kerasnya. Belum lagi ditambah dengan prestasinya di turnamen-turnamen lain seperti LCK dan Mid Season Invitational.

Penasaran dengan Faker? KINCIR akan menguak fakta-fakta menarik tentang sang “Dewa” League of Legends ini. Yuk simak!

Mulai Bermain Game sejak Usia 12 tahun

Via istimewa

Faker lahir dengan nama Lee Sang Hyeok pada 7 Mei 1996 di Seoul, Korea Selatan. Sejak usia 12 tahun, dia mulai menunjukkan minatnya terhadap video game. Ketangkasan Faker dalam permainan MOBA bisa dikatakan punya basis dari Warcraft dan Chaos Heroes. Sayang, Chaos Heroes yang sempat dimainkannya sudah tidak beroperasi lagi. Dia pun hijrah ke League of Legends yang telah dimainkannya sejak Desember 2011, bertepatan dengan dibukanya server Korea.

Berawal sebagai "Pubstar"

Via istimewa

Faker enggak langsung 'serius' di League of Legends. Pada awalnya, dia getol bermain di mode Casual dengan nickname 고전파 (Bahasa Korea, Classical). Namun, minimnya kompetisi dan pemain yang setara dengan kemampuannya membuat sang legenda memutuskan beralih ke mode Ranked. LeBlanc, Cassiopeia, Zed, Orianna, Ahri, Galio, dan Ryze menjadi contoh dari banyak hero andalannya.

Ganti Nama dan Bergabung dengan SK Telecom

Via istimewa

Statusnya sebagai pubstar nomor wahid League of Legends membuatnya dilirik oleh tim SK Telecom pada 2013. Mendapat tawaran, Faker pun langsung mengambilnya dan memutuskan berhenti dari sekolah. Dia pun mengganti IGN-nya menjadi Faker karena menurutnya keren.

Pemain Debutan Paling Mematikan

Via istimewa

Tak perlu waktu lama bagi Faker untuk membuktikan kemampuannya sebagai pemain paling berbakat. Di musim pertamanya bersama SKT T1, dia langsung meraih gelar juara League of Legends: Season 3 World Championship. Meski sempat enggak lolos gelaran musim 2014, dia meraihnya kembali di gelaran 2015 dan 2016. Dia juga menjadi salah satu dari empat pemain yang menjuarai World Championship secara beruntun.

Pemain Esports Termahal di Masanya

Via istimewa

Prestasi yang didapatkannya membuatnya menjadi salah satu pemain esports dengan bayaran termahal. Pada 2014, Faker menerima penghasilan 255 ribu dolar pertahun atau sekitar Rp3,5 miliar pertahun.

Si Jenius dengan Banyak Gelar Penghargaan

Via istimewa

Sepanjang kariernya, Faker telah menerima banyak penghargaan sebagai pemain terbaik, di antaranya Republic of Korea Esports Destination League of Legends Most Valuable Player Award 2013, Republic of Korea e-sports destination of Legends League Popularity Award 2015 , World Championship Most Valuable Player 2016, dan Game Awards’ 2017 Best Esports Player.

"Michael Jordan" Skena Esports League of Legends

Via Istimewa

Tak hanya raihan penghargaan, Faker juga mendapat pengakuan lewat julukan-julukan fantastisnya. Permainan gemilangnya membuatnya mendapat ragam julukan seperti “Dewa”, “Anak Ajaib”, dan “Anak Iblis”. Dia juga mendapat julukan “Michael Jordan” dari Vice President Riot Game, Dustin Beck. Pada saat konferensi pers yang diadakan di Staples Center.

Ingin Jadi Seperti Ronaldo

Sebagai pemain esports, Faker bercita-cita menjadi atlet yang selalu diingat oleh semua orang, sama seperti yang didapatkan atlet sepak bola legendaris asal Brazil, Luís Nazário de Lima alias Ronaldo. Untuk itulah dia enggak pernah melupakan pemberian penggemarnya. Dia pun mengaku selalu memakai pakaian pemberian penggemar.

Sedang "Menikmati" Masa Senja

Via istimewa

Ironisnya, cita-cita ingin seperti Ronaldo membuatnya "menikmati" masa senja yang terbilang dini sama seperti sang legenda sepak bola tersebut. Prestasinya terus menurun setelah terakhir kali meraih gelar juara pada 2016. SKT T1 harus puas meraih posisi kedua di gelaran World Championship 2017.

Bahkan, Faker terlihat menangis setelah menerima kekalahan dari tim Samsung Galaxy. Lebih parahnya lagi, dia gagal meloloskan SKT T1 ke World Championship 2018 setelah hanya meraih posisi keempat di kejuaraan Korea.

Siap Bangkit Tahun Ini

Via istimewa

Meski jatuh, Faker bertekad bangkit bersama tim yang telah membesarkan namanya. Hal tersebut pun ditunjukkannya dengan memenangkan gelaran LCK 2019 Spring. SK Telecom pun turut menunjukkan komitmennya dengan memberi sang pemain kontrak baru dengan durasi tiga tahun pada 20 November 2018.

Ditunjuk Jadi Duta Shanghai Masters

Via Istimewa

Malang melintang di ranah kompetitif selama kurang lebih enam tahun, nama Faker pun sukses jadi seorang legenda. Berkat prestasinya, dia pun ditunjuk sebagai duta esports Shanghai Master pada November 2019 lalu. Faker dan anggota SK Telecom T1 jadi tamu kehormatan dari turnamen yang disponsori oleh pemerintah Tiongkok.

Perpanjang Kontrak, Faker Dapat Saham SK Telecom T1

Memperkuat SK Telecom T1 sejak 2013, tim asal Korea ini memutuskan untuk memperpanjang kontrak sang pemain dengan memberikan saham. Nantinya, setelah Faker pensiun, dia pun akan jadi salah satu pemilik dari tim ini. Kesepakatan ini pun juga telah di setujui oleh pihak RIOT Games selaku publisher dari League of Legends.

Terlalu Berharga, Tangan Kanan Faker Diasuransikan Senilai Rp12 Miliar

Via Istimewa

Sebagai pemain legendaris yang telah mencetak berbagai prestasi, Faker pun diberikan benefit berupa asuransi untuk tangan kanannya oleh Hana Bank. Artinya, jika terjadi sesuatu dengan Faker, mereka pun wajib membiayai pengobatan sebesar 1 miliar won Korea atau sebesar Rp12 miliar.

***

Enggak mudah perjalanan Faker menjadi pemain profesional paling berjaya di skena esports League of Legends. Tentu banyak rintangan yang harus dia hadapi serta mengorbankan aspek kehidupan lainnya, seperti masa sekolahnya untuk menjadi seperti sekarang.

Bagaimana tanggapan kalian tentang perjalanan sang Michael Jordan-nya League of Legends? Kalau kalian tahu fakta menarik lainnya tentangnya bisa tulis di kolom komentar, ya. Tetap di KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita terbaru seputar esports dan game.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.