(REVIEW) DreadOut 2

DreadOut 2
Genre
  • horor
Publisher
  • Digital Happiness
Developer
  • Digital Happiness
Release Date
  • 20 February 2020
Rating
4 / 5

** Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang mungkin saja mengganggu buat kalian yang kebetulan belum main DreadOut 2.

Kalau bicara game lokal yang namanya telah mendunia pasti kita langsung akrab sama DreadOut. Game besutan Digital Happiness ini baru saja merilis sekuel DreadOut 2 pada 22 Februari lalu. Jadi judul yang populer hingga ke mancanegara, tentu game ini dinantikan oleh banyak penggemarnya.

Kalian mungkin ingat sama tragedi kelam Linda di episode pertama game ini. Tentunya kita pun dibuat penasaran sama perjalanan mistis apalagi yang kini bakal dihadapi oleh Linda? Apakah sebagai sekuel baru game ini bakal membuat kita mendapatkan keseruan baru?

Nah, tanpa bertele-tele lagi, langsung aja simak ulasan DreadOut 2 dari KINCIR berikut ini!

Grafis dan Mekanik yang Halus Banget

Via tangkapan layar

Jika dibandingkan dengan game pertamanya, kini Digital Happiness perlu diapresiasi karena mampu mempertontonkan “kulit luar” yang sangat bagus dari DreadOut 2. Sekilas gerakan Linda serta bentuk orang-orang yang kita jumpai di game kini jadi lebih realistis. Detail bangunan hingga penuansaan pun menjadi lebih ngena dengan tampilan yang meningkat.

Kita pun bakal berhadapan dengan dua waktu, yakni malam dan siang di game ini. Ketika siang hari, Linda akan mengikuti jalan cerita yakni menginvestigasi penyebab muasal kematian kawan-kawannya. Sekilas kalian juga bisa melihat bandingan latar di dalam game yang terinspirasi dengan sudut-sudut jalan populer di Bandung.

Sayangnya, kemegahan tampilan ini enggak dibarengi dengan keterampilan teknis yang mumpuni. DI beberapa bagian, banyak bug tekstur yang cukup mengganggu. Meskipun minor, beberapa ulasan pengguna game ini di Steam diwarnai oleh pendapat miring soal masalah teknis yang cukup mengganggu.

Lewat lebih dari seminggu, sang pengembang pun mati-matian memberantas bug yang masih membandel di sana-sini. Alhasil, kini DreadOut 2 sudah lebih dari game yang playable namun juga mampu mencirikan kekuatan dan bertahan di waralabanya.

Bobot Cerita yang Makin Berkesan

Via tangkapan layar

Kalau kalian memainkan game pertamanya, kita dibuat kebingungan sama bagian ending yang mencekam. Ternyata, semua pun terjawab dengan kepastian jika perjalanan Linda dan teman-teman berakhir tragis hingga menyisakan Linda sebagai orang yang selamat. Namun, di sekolah Linda justru dicibir sebagai orang aneh dan menjadi penyebab kematian teman-temannya.

Dari awal permainan kita langsung dibuat tegang dengan menyusuri lorong-lorong sekolah. Kita pun masih berkutat dengan Irisphone alias gawai fiktif yang dipakai Linda untuk mengusir makhluk halus. Seiring perjalanannya, kita juga bisa menggunakan keris untuk menghalau para hantu mendekati tubuh Linda.

Kalian mungkin enggak mendapatkan pengalaman mencekam di babak kedua ini. Pasalnya, senjata keris ini menjadi semacam pertahanan diri yang cukup efisien. Meski begitu, Linda pun enggak serta merta menjadi karakter game hack and slash seperti Bayonetta. Mencari jalan keluar dari pengalaman mistis di bagian cerita pun masih jadi daya tarik yang memikat di dalam game ini.

Hantu yang Lebih Ngeri!

Via tangkapan layar

Kini, kita enggak dibuat berwisata mencari karakter hantu-hantu lokal di DreadOut 2. Cerita di sekuel ini sudah pakem di mana karakter Nyi Blorong menjadi makhluk halus yang sangat kuat. Di beberapa kesempatan, Nyi Blorong pun bisa merasuki orang-orang terdekatnya hingga membuat mereka jadi gila dan suicidal. Alhasil Linda pun membutuhkan banyak pengetahuan untuk membasmi sang Ratu Iblis.

DreadOut 2 berhasil membangkitkan nuansa hantu lokal menjadi balutan karakter game horor yang cukup berkesan di sini. Sayangnya, musuh-musuh kecil seperti kepala tengkorak seakan enggak punya arti. Kehadirannya juga makin membuat game ini seperti menghadirkan “musuh” ketimbang sosok hantu. Di satu sisi, ini membuat pemain harus banyak memutar otak dan bergerak ketika terjebak di sudut-sudut sempit.

Di sisi lain, kita juga melihat cerita yang cukup pelik. Kebangkitan makhluk halus pun ditengarai menjadi cikal bakal kehancuran dunia. Berbeda dengan kesan Linda di game pertama sebagai cewek yang terjebak di petualangan mistis, kini sang protagonis pun memikul beban besar untuk menyelamatkan dunia.

Pada mulanya tentu banyak yang juga sinis sama game ini lantaran DreadOut mengambil mekanik dan gaya permainan dari Fatal Frame. Kini sekuelnya berhasil mengembangkan banyak karakter hantu yang berkesan di dalam permainan. Coba kalian tengok lagi Ghostpedia di game ini dan cari referensi menarik para karakter hantu di dalamnya dengan kepercayaan lokal.

Pengalaman Baru yang Sangat Menyegarkan

Permainan yang dihadirkan oleh game ini tergolong singkat bahkan untuk dibandingkan dengan game pertamanya. Meski begitu, DreadOut 2 mengambil langkah yang cukup berani dengan mengimplementasikan sistem baru untuk membuat gerakan permain lebih luwes. Alhasil, kita pun bisa merasa lebih hidup di sekuelnya ini.

Di sisi lain, formula baru yang dihadirkan oleh DreadOut 2 sayangnya membuat kita mengernyit canggung. Babak cerita yang terlalu besar pun seolah-olah membuat game ini belum berani mengukuhkan perjalanan dua dunia di dalamnya. Meskipun ending dari game ini bisa diprediksi setelah kita mengetahui penyebab di separuh awal permainan, mengikuti perjalanan Linda di game ini sangat membuat penasaran dan seru untuk diikuti.

Eksekusi yang cukup matang dari Digital Happiness untuk menghadirkan voice acting, hingga pensuasanaan di beberapa bagian cerita sukses membuat siapapun yang main ikut terhanyut. Memang banyak yang bilang game ini jadi enggak menakutkan seperti game pertamanya. Tapi, jika kalian sudah ikut tegang, berarti formula game horor di DreadOut 2 telah berhasil menyihir kalian masuk ke pengalaman yang baru.

***

Dengan budget yang lebih besar serta waktu panjang untuk mengembangkan game ini, Digital Happiness berhasil memberikan suguhan yang terbaik dari sekuel DreadOut ini.

Latar serta grafis yang memikat membuat game ini jadi harapan jika game lokal mampu membuat latar terbuka yang cukup luas. Mengarungi jalan-jalan kecil sambil mencari referensi hantu urban legend di game ini jadi salah satu daya tarik yang enggak bisa ditawar.

Ke depannya, skenario cerita yang menarik untuk diikuti seperti ini sangat layak dipertahankan. Digital Happiness pun sebenarnya sudah punya ruang interaksi karakter yang cukup luas untuk mereka kulik. Namun, mungkin hal tersebut masih belum bisa dikembangkan sehingga bisa jadi formula yang wajib ada di game DreadOut 3 jika mereka masih berkenan melanjutkannya.

Nah, kalau kalian juga punya kesan saat main DreadOut 2, langsung saja beri ulasan di kolom atas ya! Terus ikutin juga review game lainnya hanya di KINCIR.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.