Demi memperbaiki performa, pihak manajemen kerap kali melakukan perombakan pemain pada tim Dota 2-nya. Perubahan ini pun didasari oleh tujuan untuk meraih gelar juara, sekaligus menjadi yang terkuat di kelasnya. Tentu saja, pemain yang direkrut pun harus memiliki kriteria tertentu agar mampu dipadu padankan oleh pemain lain.
Akan tetapi, masih banyak tim yang justru memburuk setelah gonta-ganti pemain. Kendala komunikasi dan adaptasi paling sering dilanda oleh tim tersebut, sehingga “pembelian” pemain terbilang tidak berhasil.
Dari sekian banyak tim yang belum mencapai “kesempurnaan”, KINCIR akan coba kasih daftar tim yang enggak sukses setelah merombak jajaran skuat. Berikut adalah daftarnya, yuk simak!
1. Natus Vincere (Na’Vi)
Tim yang identik dengan warna kuning ini memang pernah menjadi yang terkuat di masanya. Apalagi setelah menjuarai The International 2011 (TI1), nama besar Na’Vi semakin tersohor berkat jajaran pemainnya yang berkelas.
Pada saat itu, Na’Vi masih diisi oleh para pemain Dota 2 terbaik dari regional CIS. Kemudian dominasi mereka terus berlanjut hingga kurang lebih tiga tahun setelahnya. Terlalu berambisi untuk menjadi yang terbaik, Na’Vi mulai rajin gonta-ganti pemain. Apalagi sepeninggal seluruh pemain andalannya, kecuali Dendi.
Setahun setelah menjadi runner-up di The International 2013 bisa dibilang awal dari keterpurukan Na’Vi di skena kompetitif Dota 2. Membuang KuroKy dan Puppey adalah kesalahan fatal yang dilakukan oleh Na’Vi. Kerugian pun melanda setelah mengganti kursi dua pemain itu dengan VANSKOR dan fng.
Lanjut ke tahun 2015, Na’Vi menjadi tim paling rajin di bursa transfer. Apalagi setelah gagal lolos Frankfurt Major 2015. Merasa kurang puas, manajemen pun melepas seluruh pemainnya. Termasuk Dendi. Namun, setelah kehilangan arah, keputusan untuk mempertahankan Sonneiko dan Dendi jadi opsi paling memungkinkan bagi Na’Vi.
Semenjak itu, pergantian terus dilakukan, namun seperti yang kita ketahui Na’Vi masih puasa gelar hingga saat ini. Belum ada kabar baik mengenai Na’Vi menjuarai turnamen. Apakah Na’Vi masih butuh perombakan? Atau terus mengembangkan sumber daya yang ada?
2. Team Liquid
Sebelum The International 2019 berakhir, Liquid jadi salah satu tim profesional tertangguh di skena kompetitif Dota 2. Bagaimana tidak, tim ini memiliki roster terbaik dalam masing-masing peran in-game. Apalagi sang kapten, yaitu KuroKy sebagai sosok paling berpengaruh di dalam tim.
Namun, segalanya berubah ketika semua pemain Liquid memilih hengkang dari organisasi. Keputusan yang cukup mencengangkan ini menuai polemik di antara para penggemarnya dan komunitas esports tentunya. Pasalnya, kelima pemain ini mundur secara bersamaan pada waktu yang sama.
DItinggal para pemainnya, manajemen Liquid pun merekrut seluruh pemain Alliance yang juga mundur serentak. Entah apa yang melandasi pihak scout talent merekrut pemain Alliance. Sebab, tim ini juga tidak terlalu bersinar ketika gelaran The International 2019. Apalagi mereka harus gugur lebih awal pada fase grup dan melakukan blunder.
Ternyata benar, setelah bergabung bersama tim Liquid, para pemain baru ini pun tidak menunjukkan kualitas yang sesuai dengan harapan. Gugur di ajang Major pertama musim 2019—2020 jadi awal yang buruk bagi tim tersebut. Apalagi baru-baru ini mereka juga tampil buruk pada ajang ESL One Hamburg. Berkat tiga kekalahan dan satu kemenangan alhasil Liquid pun gugur dari gelaran tersebut.
Dengan deretan rekor buruk di awal musim, para pemain diyakini masih harus memperbaiki banyak hal. Pasalnya, beban menjaga nama besar Liquid juga bukan tugas yang mudah. Apalagi saat ini skena kompetitif Dota 2 diisi oleh tim-tim baru dengan talenta yang tidak kalah bagus dari tim besar.
3. Virtus.pro
Mengawali musim baru ini, Virtus.pro melepas support terbaiknya, yaitu Vladimir “RodjER” Nikogosyan. Ditambah dengan kepergian 9pasha ke Na’Vi dan Ramzes666 yang berpindah ke Evil Geniuses.
Kepergian tiga pemain inti ini menyisakan lubang besar yang harus diisi kembali. Tidak berselang lama, tim berlogo beruang ini telah menemukan pengganti tiga kursi kosong tersebut.
Namun hasil tidak sesuai ekspektasi, menarik Resolut1on dan dua pemain percobaan merupakan keputusan yang buruk. Pada gelaran MDL Chengdu kemarin, Virtus.pro harus gugur di awal turnamen dengan total satu kemenangan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa beberapa tahun silam, nama Virtus.pro adalah sebuah momok dari tanah rusia bagi para lawannya. Namun, semakin sering mengubah roster justru penampilan Virtus.Pro semakin buruk. Mungkin ke depannya mereka mampu menebus kesalahan dan memperbaiki penampilan.
4. Infamous
Senasib dengan Liquid dan Alliance, tim asal Amerika Selatan, yaitu Infamous juga ditinggal para roster-nya. Padahal, sebelum kepergiannya tim ini mampu tembus ke main event The International 2019 dan menempati urutan ke delapan.
Seakan-akan terburu-buru, Infamous yang kejar target cari pemain untuk mengarungi DPC musim 2019—2020 ternyata tidak berjalan mulus.
Guna menambal kekosongan, Infamous menarik dua mantan pemain Infamous junior, yaitu Frank “Frank” Arias dan Sebastian”Robo-Z” Cerralta. Untuk menempati posisi offline dan carry. Selanjutnya ada nama Alexis “sl4d1n-“ Cepeda dan Christian “Alucard” Kimura yang akan mengisi posisi midlane dan support.
Dengan pengalaman yang minim, roster baru Infamous memberanikan diri untuk mengikuti MDL Chengdu. Dengan modal dua kekalahan, tim ini pun harus gugur pada fase kualifikasi regional Amerika Selatan. Padahal mereka memiliki kesempatan untuk membuktikan diri di ajang Dota Summit 11. Namun, Alucard dan Benjaz memilih untuk pergi dari Infamous.
Hasil buruk di MDL Chengdu menggambarkan bahwa Infamous telah kehilangan semangat juang bangsa latin. Selepas kekalahan, tim ini pun makin kehilangan arah dan butuh mencari pemain lagi agar dapat mengikuti ajang-ajang selanjutnya.
5. Newbee
Terkenal diisi oleh tim ambisius, regional Tiongkok memiliki pengecualian terhadap tim Newbee. Tim yang terbilang paling cepat dalam hal perombakan pemain, Newbee terlihat begitu antusias untuk mengikuti ajang MDL Chengdu.
Sebagai tim tuan rumah, Newbee yang pernah menjadi finalis The International 2017 harus tampil prima dengan darah barunya. Melepas pergi empat punggawanya, Waixi yang masih tersisa bertugas untuk membimbing pemain baru Newbee dalam hal gaya bermain.
Sayangnya, mereka hanya mampu mendapatkan empat poin seri di fase grup. Akhirnya Newbee harus puas berada di posisi keempat dan gugur dari MDL Chengdu.
Ambisi lain dituangkan pada turnamen Dota Summit 11. Menjalani babak best-of-three, Newbee harus tunduk pada keganasan Invictus Gaming. Dua kekalahan beruntun membuat tim ini gugur dan harus merelakan turnamen Major pertamanya.
***
Kelima nama tim di atas merupakan gambaran bahwa, merombak jajaran pemain bukanlah solusi utama agar mampu keluar dari keterpurukan. Salah sedikit, tim tersebut mampu menjadi lebih terpuruk dari sebelumnya. Hal ini pun dibuktikan oleh Na’Vi, yang rajin gonta-ganti pemain namun belum juga bersinar seperti awal debutnya.
Memang, beberapa tim di atas termasuk belum lama melakukan perombakan. Makanya, jadi terlalu dini jika kita menyebut pergerakan yang dilakukan tim-tim tersebut gagal total. Namun, melihat intensitas bursa transfer Dota 2 terbilang panas, enggak heran jika nantinya kita melihat mereka merombak kembali skuadnya.
Nah, menurut kalian, mana tim yang paling dirugikan dengan perombakan pemain yang mereka lakukan sendiri? Yuk share pendapat kalian di kolom komentar! Jangan lupa juga baca KINCIR untuk dapatkan informasi menarik serta kabar teraktual dari dunia esports!