Salah satu penyelenggara utama dari ajang turnamen game Counter Strike: Global Offensive, yaitu ESL kini tengah menuai kontroversi. Dilansir DBLTAP.com, ESL telah mengembangkan sebuah kontrak yang bernama Lanxess Agreement. Secara garis besar, isi dari kontrak ini adalah tiap tim yang tedaftar akan berada di bawah ESL selama empat tahun.
Selama masa kontrak tersebut, tim yang telah terdaftar tidak boleh mengikuti turnamen lain selain buatan ESL. Dari dokumen yang ditemukan oleh DBLTAP, ESL akan menyambangi 13 tim secara privat untuk meyakinkan tim-tim tersebut untuk bergabung dalam ESL Pro League.
Ada pun nama tim yang masuk ke dalam daftar adalah Team Liquid, 100 Thieves, Evil Geniuses, Fnatic, ENCE, G2 Esports, Vitality, Natus Vincere, FaZe Clan, Mousesports, Complexity, Ninjas in Pyjamas and Astralis. Jika 13 tim ini telah menyetujui kontrak, mereka akan bertanding di bawah organisasi ESL di setiap turnamennya selama empat tahun.
Tentunya, akan ada biaya bagi tim yang ingin bergabung. Untuk pendaftaran, mereka harus membayar uang sebesar 2 juta dola Amerika. Selain mengikuti turnamen offline eksklusif, tim yang ikut serta juga akan menerima pembagian keuntungan turnamen.
Sepertinya, kontrak yang akan dibuat oleh ESL serupa dengan Franchise League yang diusung oleh Moonton. Pada kasus Moonton, delapan tim yang mendaftar akan diberikan benefit khusus, seperti pembagian hasil keuntungan turnamen dan juga akan mengikuti turnamen MPL Season 4.
Sepertinya, format Franchise League akan menjadi salah satu sistem turnamen yang digunakan oleh para perusahaan penyelenggara turnamen. Selain keuntungan besar dari biaya pendaftaran, pihak penyelenggara dan tim juga bisa mendapatkan benefit dari banyak sisi.
Bagaimana menurut kalian tentang kontrak eksklusif yang dibuat oleh ESL ini? Apakah kasus ini akan ramai seperti Franchise League milik Moonton? Tuangkan pendapat kalian di kolom komentar, ya! jangan lupa juga untuk terus kunjungi KINCIR agar kalian tahu berita terbaru seputar esports dan game lainnya.