Taunting di Esports: Toxic, Strategi, atau Senang-senang?

Jika kalian salah satu penggemar skena kompetitif, pastinya tahu taunting yang sering digunakan untuk memprovokasi lawannya. Hal ini pun dimaksudkan untuk membuat lawannya emosi dan bertindak yang berakibatkan kekalahan untuk sang lawan.

Namun, mungkin banyak dari kalian yang bertanya apakah taunting merupakan tindakan enggak sportif atau memang sekadar bagian dari strategi. Untuk itu, KINCIR telah meminta pendapat para pro player, coach, dan caster melihat aksi taunting ini. Yuk simak penjabarannya di bawah ini!

Hal yang (Sudah) Lumrah di Esports

Jika harus dijelaskan, taunting merupakan suatu tindakan melecehkan atau provokasi ke orang lain. Biasanya hal ini dilakukan untuk membuat lawannya tersengat emosi dan melakukan tindakan di luar kontrol. Hal ini pun dapat dilakukan di dalam ataupun di luar pertandingan.

Sebelumnya, taunting pun lebih dulu dikenal di pertandingan olahraga lain seperti sepak bola, basket, rugby, bahkan tinju. Kini, taunting juga kerap diperlihatkan di turnamen-turnamen esports seperti Mobile Legends dengan mengeluarkan sticker-nya dan Dota 2 yang menggunakan spam wheel chat.

Meski bersifat ejekan, melakukan taunting di skena kompetitif merupakan hal yang wajar. Kita bisa ambil contoh yang sudah jadi kebiasaan para pemain Mobile Legends di Indonesia di kejuaraan seperti Mobile Legends Professional League (MPL).

Pemain ONIC, Muhammad "Udil" Julian, dikenal sebagai salah satu pemain yang rajin melakukan taunting. Hal itu dilakukannya dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kerap memancing emosi musuh karena bernada merendahkan. Bukan cuma Udil, punggawa EVOS seperti Gustian "Rekt" dan Ihsan "Luminaire" Besari saat ini juga kerap melakukan taunting dengan mengeluarkan sticker.

Meski saat ini sudah jadi hal yang lumrah, taunting sempat menjadi hal yang tabu beberapa tahun lalu. Pada 2018 silam, salah satu pemain Bigetron yang kini telah memperkuat Genflix Aerowolf, yaitu Jeel, Pernah mendapat sebuah teguran keras dari mantan timnya tersebut.

Saat itu, dia melakukan hal yang dianggap kurang sportif alias toxic karena pura-pura melakukan recall di base Aerowolf Roxy pada turnamen BEKRAF Game Prime 2018. Tak main-main, tindakannya tersebut membuat Bigetron harus mengeluarkan pernyataan resmi. Bahkan, sang pemain pun diumumkan terkena sanksi berupa pemotongan gaji.

Tentunya menarik jika kita bandingkan kasus tersebut dengan saat ini. Pura-pura melakukan recall sudah jadi tindakan yang sangat normal oleh tim esports. Bahkan, pihak yang terkena taunting pun tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut.

“Ujian Mental” buat Musuh

Enggak jarang dalam game yang kita mainkan terdapat sticker di dalamnya. Sebenarnya, hal ini pun ditujukan untuk membuat pemain berkomunikasi. Namun, kini mengeluarkan sticker bisa dianggap sebagai celaan untuk musuh dan dikenal sebagai taunting.

Kejadian ini pun sering ditunjukkan oleh para pro player ketika sedang bertanding. Jika kalian menonton pertandingan di turnamen Mobile Legends Pro League (MPL) Season 5, pasti tahu jika para pemainnya kerap kali mengeluarkan sticker.

Sebagai salah satu pemain yang bertanding di ajang tersebut, Caesius dari Alter Ego pun kerap mengeluarkan sticker di setiap pertandingan. Berperan sebagai tanker, dirinya pun melakukan taunting untuk musuh yang ketahuan bersembunyi di semak-semak yang ada di Land of Dawn.

“Biasanya, saya kalau ngeluarin sticker saat pertandingan kalau musuh yang ingin ngumpet di bush ketahuan. Nah, buat bikin dia malu karena ketahuan makanya saya keluarin sticker,” ungkap Caesius.

Strategi untuk Memancing Musuh

Selain murni untuk mengejek, melakukan taunting bisa termasuk dalam strategi untuk memancing emosi musuh. Bukan enggak mungkin lawan yang terpancing malah melakukan hal yang luar kontrol dan berakibat fatal untuk jalannya pertandingan.

Sebagai salah satu tim yang terkenal dengan taunting sticker-nya, adalah ONIC Esports. Udil dan kawan-kawan selalu mengeluarkan sticker di base milik lawannya. Aksi ini pun dilakukan ketika mereka sedang berada di “atas langit” alias saat sedang unggul. Pyschoo pun mengatakan jika hal tersebut merupakan keisengan semata.

“Sebenarnya hanya iseng kalau suka keluarin sticker di turnamen. Namun, hal ini juga bisa membuat musuh terpancing dan membuat langkah yang salah,” ujar Psychoo.

Berbeda cara para pemain untuk melakukan taunting, enggak melulu menggunakan sticker dan chat, mereka pun kerap berbicara dengan nada yang agak mengecilkan musuhnya, seperti yang sering dilakukan Udil salah satu pemain ONIC Esports.

Mengejek ataupun taunting, sebenarnya perilaku yang kurang baik dilakukan. Pasalnya, enggak menutup kemungkinan akan terjadi kesalah pahaman pada dua belah pihak. Menurut caster VelaJave, walaupun terlihat buruk, tapi jika masuk kedalam strategi sah-sah saja.

“Bikin mental musuh down dan enggak konsen, merupakan alasan melakukan taunting. Kalau dilihat dari sisi manner, pasti enggak bagus,” ungkap VelaJave.

Bersenang-senang ala Pro Player

Ketika menghadapi sebuah turnamen, pemain profesional dituntut untuk berkonsentrasi untuk bisa memenangkan pertandingan tersebut. Mereka pun harus melakukan latihan untuk bisa mencapai keberhasilan.

Rupanya, aksi taunting enggak hanya diperlihatkan oleh para pemain Mobile Legends. Hal ini pun diungkapkan oleh Acil sebagai mantan pemain profesional dari Dota 2. Menurutnya, taunting di Mobile Legends masih lebih soft ketimbang game yang dulu dimainkannya.

Menurut sosok yang saat ini jadi pelatih Genflix Aerowolf, taunting juga sebagai sarana hiburan untuk para pro player. Bukan bermaksud untuk mengejek, Acil juga menganggap hal ini merupakan bagian dari strategi untuk mengecoh lawannya.

Sebagai tim yang memenangkan The International 2018 dan 2019, OG, rupanya juga melakukan hal yang serupa. Mereka kerap menggunakan chat wheel spam untuk me-trigger lawannya. Enggak hanya itu, n0tail menaruh flag saat berhadapan dengan Evil Geniuses di pertandingan pada babak eliminasi TI9.

Taunting merupakan cara bersenang-senang untuk para pro player yang sedang bertanding. Dulu sewaktu saya jadi pemain, taunting di Dota 2 lebih kejam dari pada Mobile Legends. Jadi jika membuat mental down lebih baik jangan ikut turnamen,” ungkap Acil.

Hingga kini, belum ada hukumnya enggak boleh melakukan taunting terhadap lawan di sebuah pertandingan esports. Namun, di ajang Piala Presiden Esports 2019, turnamen Mobile Legends yang dipertandingkan kala itu melarang pemainnya untuk menggunakan sticker.

Saat itu juga, Udil selaku pemain dari ONIC pun menyayangkan enggak diperbolehkannya menggunakan emoticon. Pasalnya, hal tersebut menurutnya menjadi sarana berekspresi dari setiap pemain yang berbeda.

“Setiap pertandingan, wajar jika bermain berekspresi dengan menggunakan emoticon,” ungkap Udil di konferensi pers Final Kualifikasi Tertutup Grup A Piala Presiden Esports 2019.

***

Bagaimana pendapat kalian tentang taunting yang sering dilakukan oleh para penggiat esports di atas? Jangan sungkan untuk memberikan pendapat kalian di kolom bawah, ya! Tetap di KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita seputar esports.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.