Grand Honkai Sword Impact 3rd merupakan RPG besutan HAK3 Games. Sebelumnya, developer asal Pakistan ini kerap merilis game-game kasual yang terbilang ringan untuk dinikmati.
Baru kali ini, mereka merilis game RPG—salah satu genre game yang cukup sulit untuk dikembangkan. Pasalnya, game RPG melibatkan banyak elemen permainan yang perlu diperhatikan, mulai dari cerita, pengembangan karakter, sampai progresi permainan.
Game ini juga terbilang cukup “mencurigakan”. Pasalnya, nama game tersebut seakan mencatut nama Honkai Impact dan Genshin Impact — dua game action RPG yang cukup sukses dari miHoYo. Enggak heran, kita dapat menduga kalau mungkin saja ada upaya membonceng ketenaran Honkai Impact.
Lalu, apakah Grand Honkai Sword Impact menjadi judul game yang layak untuk dimainkan? Ataukah lagi-lagi game ini cuma numpang nama besar Honkai Impact sesuai kecurigaan kita tadi?
Review Grand Honkai Sword Impact
Kualitas Grafis dan Animasi yang Bikin Sakit Mata
Harus diakui, kemunculan game-game seperti PUBG Mobile atau Genshin Impact meningkatkan standar baru soal kualitas dan performa visual game mobile. Developer-developer lain pun banyak yang mengikuti jejak kedua game tersebut dengan merilis game-game dengan visual menawan.
Di saat game RPG lain mulai berlomba-lomba untuk menampilkan grafis kelas atas, Grand Honkai Sword Impact justru berani tampil dengan gaya pixelated yang mengingatkan penulis kepada game Adventure Quest 3D.
Sayangnya, kualitas grafis tersebut terbilang outdated untuk sebuah game yang dirilis pada 2021. Mungkin gaya grafis tersebut merupakan preferensi developer belaka. Sehingga, bagi penulis, pilihan gaya grafis pixelated tersebut masih dapat dimaklumi.
HAK3 Games selaku pihak developer terlihat tidak serius untuk menggarap Grand Honkai Sword Impact. Terbukti, sajian animasi permainan juga terbilang sangat buruk. Kalian akan menemukan gerakan karakter yang kaku dan gaya serangan yang berulang—tidak ada variasi gerakan serangan.
Di samping itu, game ini juga tampil hanya dengan 30 fps. Yap, sajian grafis buruk dan animasi kaku dilengkapi dengan keterbatasan FPS menjadi kombinasi lengkap untuk membuat pemain enggak betah bermain terlalu lama.
Belum lagi, sajian grafisnya juga tidak memerhatikan gradasi warna, sehingga pemain akan disajikan warna-warna mencolok yang cukup ampuh untuk membuat mata perih.
Penulis pun bertanya-tanya, kenapa konsep visualnya harus seperti ini? Kenapa enggak coba mengadopsi model visual pixelated seperti Minecraft? Pikiran “jahat” pun jadi sempat keluar dari benak penulis: Grand Honkai Sword Impact ini jika diibaratkan proyek tugas akhir kuliah yang belum tuntas.
Kontrol Pertarungan Cuma Bikin Emosi
Kalau sajian grafisnya sudah jelek, Grand Honkai Sword Impact seharusnya minimal memiliki kontrol permainan yang intuitif. Apalagi, game tersebut mengusung genre action RPG yang seharusnya mampu memberikan pengalaman pertarungan yang menarik di dalamnya.
Ironisnya, harapan penulis akan hal tersebut lagi-lagi tidak terwujud. Kontrol permainan Grand Honkai Sword Impact terbilang sangat buruk. Permasalahan utama yang menjadi kendala besar dalam kontrol pertarungan adalah kontrol yang kurang responsif.
Pada game RPG, momentum serangan terbilang sangat penting. Namun, jika tidak didukung dengan kontrol permainan yang baik, pemain dijamin akan banyak kehilangan momentum penting dalam permainan.
Penulis menemukan kontrol gerakan yang cukup sulit untuk digunakan. Selain itu, kontrol untuk melakukan rotasi kamera juga terbilang sangat buruk. Tidak jarang, penulis merasa kesulitan untuk menggeser sudut pandang kamera ketika pertarungan berlangsung. Enggak heran, kalau kontrol permainannya cuma bikin emosi.
Game RPG yang Minim unsur Role-playing
Konsistensi itu penting. Kalau memang sudah berniat membuat game RPG, setidaknya, HAK3 Games mampu menghadirkan banyak unsur permainan RPG yang penting. Grand Honkai Sword Impact bisa dibilang sudah bisa mewujudkan konsistensi tersebut, meski dalam makna yang negatif.
Semua unsur yang ada di game ini tampak sangat berantakan. HAK3 Gamesterlihat seperti developer amatir yang membuat game asal jadi. Sebab, mereka tidak memasukkan unsur-unsur RPG yang cukup penting ke dalam gamenya. Yap, sebuah game RPG minim unsur role-playing! Coba kalian bayangkan sendiri betapa epiknya hal ini!
Sebagai contoh, kalian tidak akan menemukan bar HP ketika bertarung (bocoran: bar HP sebenarnya eksis di game ini. Tapi silahkan kalian cari sendiri di mana dia berada!). Yap, sebuah unsur yang paling wajib dan sesederhana itu saja tidak ada. Hasilnya, kalian cuma bisa menerawang kapan musuhnya mati.
Selain itu, Grand Honkai Sword Impact juga enggak memiliki fitur untuk mengembangkan karakter—yang umum di game-game RPG. Kalian tidak bisa ganti senjata, naik level, mempelajari skill, ataupun free-roam.
Game ini mengusung sistem sand-box yang membatasi pemain untuk berkelana. Pemain hanya akan diberikan satu misi saja untuk diselesaikan. Setelah selesai, pemain akan dipindahkan menuju map berikutnya untuk menyelesaikan misi yang lain.
Desain map dan levelnya pun terbilang repetitif. HAK3 Games terlihat tidak memiliki banyak aset elemen permainan, seperti aset karakter, bangunan, sampai pepohonan ataupun bebatuan yang terlihat seragam.
Game Rasa Baliho Iklan
HAK3 Games terlihat sebagai developer yang hanya mengincar keuntungan semata. Alih-alih menawarkan pengalaman bermain yang menarik, HAK3 Games malah memutuskan untuk menjadikan gamenya sebagai lahan layanan iklan digital.
Yap, rasanya kayak iklan di TV. Hampir di setiap waktu permainan, kalian akan menemukan iklan-iklan digital (berupa video ataupun banner) yang bertebaran.
Nah, iklan yang tampil di sini levelnya udah ekstrem. Kalian pernah bermain game mobile dengan setengah layar permainan yang tertutup banner iklan? Apakah kalian pernah dipaksa menonton iklan (berupa video) setelah menyelesaikan sebuah misi di dalam game mobile? Pastinya enggak pernah, kan?
Nah, Grand Honkai Sword Impact siap memberikan kalian pengalaman langka sekali seumur hidup tersebut. Sangat impresif dan inovatif. Kapan lagi ada iklan yang ngasih pengalaman main game gratis?
Balik lagi ke laptop (serius), penulis melihat kalau game ini dijadikan “sapi perah” semata oleh HAK3 Games—developer yang terkesan rakus dalam kondisi ini.
Soalnya, enggak tanggung-tanggung, mereka juga tidak malu untuk mencatut nama Honkai Impact — berharap ada pemain yang salah install game (atau karena penasaran), lalu terpaksa nonton deretan iklan sebagai “jebakan batman”.
Layaknya Game yang Belum Selesai Dikembangkan
Tadi penulis bilang kalau game ini kerasa kayak project tugas akhir yang enggak pernah selesai. Ya, wajar aja, sih, kalau enggak selesai-selesai. Lihat aja final product-nya kayak begitu!
Secara keseluruhan, penulis merasa kalau Grand Honkai Sword Impact merupakan game yang setengah jadi alias belum selesai dikembangkan. Masih banyak sekali kekurangan yang ditemukan dalam berbagai aspek, mulai dari fitur, cerita, sampai mekanik pertarungan.
Deretan kekurangan tersebut menjadikan game ini sangat tidak layak untuk dirilis—apalagi dimainkan. Rasanya seperti game yang masih berada pada fase alpha test.
Sayangnya, HAK3 Games sejauh ini terlihat tidak berniat untuk memberikan update terhadap mahakaryanya tersebut, seperti menambahkan bar HP atau sekadar memberikan mekanik serangan (heavy dan light attack)—sebagai mekanik RPG yang sangat-amat sederhana.
***
Kalau kalian merasa hidup kalian terlalu tenang dan kurang tantangan, kalian dapat memainkan Grand Honkai Sword Impact. Penulis jamin, kalau kalian nantinya akan sangat kesal setelah memainkannya.
Sebagai catatan serius, penulis tidak menyarankan kalian yang sumbu pendek untuk memainkan game yang satu ini. Selain bikin stres, Grand Honkai Sword Impact dapat memicu emosi ketika dimainkan. Daripada mainin game ini, penulis lebih menyarankan untuk bermain game Godzilla di Google Chrome ketika sedang offline.