Problematika Kesehatan di Dunia Esports

Saat ini, dunia esports Asia Tenggara tengah dilanda kabar dukacita. Seorang pemain asal Vietnam, yaitu Do Duc Minh, akrab dikenal dengan Minky, mengembuskan napas terakhirnya (11/9).

Berangkat dari berita tersebut, Jeremy Yulianto, pelatih timnas Mobile Legends yang sempat menjadi pelatih tim Bigetron, angkat bicara. Dikutip dari salah satu media dalam negeri, GGWP, menurutnya penyebab meninggalnya Minky berkaitan dengan gaya hidupnya yang buruk sebagai gamer profesional.

Dari pernyataan tersebut, timbul pertanyaan besar. Apakah karier sebagai atlet esports memang berdampak buruk terhadap kesehatan? Bagaimana peran manajemen tim dalam memperhatikan kesehatan para pemainnya yang dituntut untuk selalu berperforma maksimal? Lebih jauh lagi, adakah peran dari penyelenggara turnamen dan pemerintah dalam penentuan standar kesehatan para atlet esports?

KINCIR pun coba menelusuri seluk-beluk dunia esports untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Buat kalian yang juga penasaran, simak rangkuman di bawah ini, ya!

Masalah Kesehatan dalam Jagat Game dan Esports

Sebagai salah satu industri yang kini kian dilirik oleh banyak pihak. Game juga jadi perhatian divisi kesehatan masyarakat PBB, yaitu World Health Organization (WHO) yang memasukkan kecanduan game sebagai salah satu daftar penyakit. Kecanduan game menurut mereka adalah perilaku bermain game yang dilakukan secara terus-menerus dan berulang.

Sedikit menyinggung kasus yang beberapa bulan lalu santer di Indonesia, ingatkah kalian dengan Wawan Gaming? Yap, seorang pemuda bernama Wawan Setiawan diberitakan memiliki gangguan mental karena terlalu sering bermain game. Dilansir Kompas.com, ternyata penyakit Wawan bukan dipengaruhi dari kebiasaannya bermain game. Menurut Sri Pudjiastuti, perawat Wawan dari LSM Gerak Cepat Bersama mengatakan bahwa dia menderita penyakit skizofrenia.

Via Spirit Riau

Lantas, bagaimana dengan para pemain esports? Para atlet esports dituntut untuk bermain game hampir setiap hari sebagai bentuk latihan. Ditambah lagi, mereka harus bertanding menggunakan game yang mereka kuasai itu dalam tensi kompetisi yang tinggi. Seperti halnya atlet olahraga, para pemain esports juga harus memiliki kekuatan fisik dan mental yang stabil.

Salah satu isu kesehatan dalam dunia esports terjadi beberapa bulan silam. Salah satu punggawa Louvre Esports, Yosua “Kido” Priatama, sempat dirawat karena tifus ketika hendak bertanding pada MSC 2019.

Kasus terbaru juga datang dari Tiongkok. Salah seorang pemain dari Royal Never Give Up, Uzi, juga mengalami cedera pada bahu kanannya. Bahkan, Uzi menambahkan bahwa bagian tubuh bawahnya juga bermasalah. Bisa jadi, hal ini disebabkan oleh aktivitas berlatih yang menuntutnya terlalu lama duduk di depan komputer. Sebagai pemain profesional, tentu saja Uzi dituntut untuk terus mengembangkan kemampuannya guna meraih juara dan prestasi bagi timnya.

Kasus-kasus di atas menjadi gambaran bahwa para pemain esports juga membutuhkan perhatian khusus dari segi kesehatan. Meskipun sifatnya tidak seperti olahraga seperti sepak bola atau basket, esports ternyata juga perlu didukung dengan perhatian khusus mengenai masalah kesehatan

Bagaimana Perhatian Tim Esports untuk Para Pemainnya?

Via esports edition

Besarnya nama tim esports tidak lepas dari kontribusi para pemainnya. Di balik prestasi yang telah diraih oleh para pemain tersebut, apakah tim yang dinaunginya telah memberikan timbal balik yang seimbang? Menanggapi hal ini, KINCIR mewawancarai beberapa petinggi tim esports Indonesia untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Via dokumentasi kincir

Ternyata, beberapa tim ternama Indonesia memberikan pelayanan kesehatan yang mendetail. Contohnya ONIC Esports. Chandra Wijaya selaku Managing Director menjelaskan bahwa manajemen memiliki peraturan yang cukup ketat. Misalnya saja penentuan jam tidur, pemilihan asupan gizi bagi pemain, bahkan kegiatan olahraga rutin.

“Kami sebagai manajemen selalu memperhatikan jam istirahat para pemain. Walaupun beberapa pemain berlatih pada malam hari, mereka diharuskan memiliki durasi tidur yang normal. Kami juga telah memiliki tim ahli kesehatan di dalam tim, misalnya physical training coach. Merekalah yang menjaga asupan gizi para pemain serta mengatur jadwal olahraga,” ujar Chandra.

Sementara itu, Alter Ego lebih fokus pada asupan gizi yang akan diberikan kepada pemain. Bahkan, pihak manajemen memiliki juru masak khusus di dalam gaming house mereka. Selain itu, mereka juga menetapkan jadwal makan yang harus dipatuhi oleh para pemain.

“Alter Ego memiliki satu juru masak yang khusus membuatkan mereka makanan untuk siang dan sore. Biasanya, mereka memasak daging beserta sayur. Kami juga telah membuat peraturan untuk jam makan,” ungkap Indra Hadiyanto, Chief Operating Officer tim Alter Ego.

Bukan Hanya Fisik, Kesehatan Mental Juga Penting

Via media weird

Terlepas dari soal fisik, para atlet esports tersebut juga butuh kesehatan mental. Apalagi bila kita mengingat kerasnya persaingan di Indonesia. Hingar bingar dunia esports yang begitu kompetitif bisa saja membuat mental sang pemain jadi turun. Bisa pula sebaliknya. Gemerlap dunia esports ada kalanya membuat para pemainnya terlena.

Dalam hal ini, pihak manajemen ONIC Esports meniru kebijakan yang diberlakukan oleh tim Astralis. Demi menjaga kestabilan mental pemainnya, tim asal Denmark tersebut menyewa jasa seorang psikolog ternama, yaitu Mia Stellberg.

Via reddit

“Kami terinspirasi dari tim esports luar, yaitu Astralis. Menurut saya, mereka bisa menjadi contoh bagaimana memperhatikan pemainnya dari sisi kesehatan fisik dan mental. Mereka punya psikolog serta nutrisionis. Terbukti, saat ini mereka menjadi salah satu tim yang terkuat di dunia. Saya pikir, semua tim esports harus punya sistem kesehatan yang sama,” tutur Chandra.

Memang penting bagi para tim untuk menjaga kesehatan mental para pemain. Pasalnya, hal ini berdampak besar bagi performa para atlet saat bertanding.

Via The Washington Post

Selain Astralis, tim-tim luar negeri juga banyak yang mulai bekerja sama dengan pihak asuransi untuk menangani masalah mental tersebut. Contohnya tim Borussia Esports yang telah bekerja sama dengan AOK Reinhald/Hamburg. Semoga saja semakin banyak tim esports Indonesia yang mulai menyadari pentingnya kesehatan mental para pemainnya.

Perhatian Pihak Ketiga Perihal Kesehatan

Via windows central

Sedari awal, kita membicarakan pihak tim secara internal dalam menjaga kesehatan fisik dan mental para pemain. Akan tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa ada pihak ketiga yang seharusnya juga ikut memperhatikan hal tersebut.

Industri esports dalam negeri boleh saja sedang mengalami perkembangan pesat. Kita bisa melihat dari banyaknya jumlah turnamen yang telah terselenggara. Akan tetapi, apakah para penyelenggara turnamen telah memeriksa kelayakan para pemain sebelum bertanding seperti yang dilakukan dalam turnamen olahraga?

Ambil contoh, kasus yang dialami oleh Louvre pada gelaran MSC 2019. Sang CEO tim Louvre, yaitu Erick Herlangga, membeberkan fakta melalui Instagram bahwa biaya perawatan yang dibebankan kepada Kido pada saat MSC 2019 berlangsung tidak ditanggung oleh Moonton.

Via tangkapan layar

Menurut Erick, Moonton sebagai pihak penyelenggara seharusnya membekali para pemain dengan asuransi kesehatan sebelum menjalani turnamen. Setidaknya, para atlet yang terbang ke Filipina mendapatkan jaminan kesehatan. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian pihak penyelenggara terhadap isu kesehatan para atlet esports.

Terlepas dari apa yang sudah dilakukan Erick terhadap tim naungannya, peran penyelenggara turnamen dalam menetapkan standar kesehatan para pemain juga penting. Ini sebagai salah satu upaya menjaga tingginya kompetisi yang disajikan dalam turnamen tersebut.

Via dok. kincir

Salah satu gelaran esports yang menunjukkan adanya kepedulian terhadap masalah kesehatan pemain esports adalah Piala Presiden Esports 2019. Dalam gelaran yang dipelopori pemerintah Indonesia, digelar program bootcamp yang salah satunya membahas soal kesehatan dan melibatkan tenaga medis profesional.

Menurut pandangan dr. Damar Sajiwo selaku pembicara pada seminar terbuka Piala Presiden Esports 2019, esports merupakan industri yang menjanjikan. Salah satu metode agar esports terus berkembang adalah menjaga kesehatan para atlet. Maka dari itu, pendekatan medis perlu diperhatikan dan diterapkan.

“Saat ini esports merupakan industri yang besar, hal yang bisa kita (tenaga ahli) lakukan adalah menjaga kondisi kesehatan fisik atau mental sang pemain yang membutuhkan pendekatan medis,” ujar dr. Damar kepada KINCIR.

Sang dokter juga menambahkan bahwa atlet esports Indonesia memiliki potensi yang tinggi. Pasalnya, tidak sedikit gelar juara yang telah diraih di kancah internasional. Namun, penyediaan tenaga medis masih kurang mendukung baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

Terbenturnya masalah tenaga medis dalam kancah esports bisa disebut sebagai kekurangan yang fatal. Pasalnya, para pemain ini harus terpelihara dari segi fisik dan mental.

“Sebenarnya, Indonesia memiliki potensi pemain yang sangat baik. Beberapa di antaranya pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Akan tetapi, kebutuhan medis masih belum begitu diperhatikan. Ini membuat kita seperti mengejar kereta berjalan,” ungkap dr. Damar.

Hal serupa ternyata menjadi harapan bagi para tim esports. Salah satunya, Indra Hadiyanto, COO Alter Ego, mengungkapkan bahwa peran pemerintah sangat penting dalam kemajuan esports Indonesia.

“Seharusnya, pemerintah mulai menyampaikan kepada setiap tim esports untuk menyediakan tenaga medis di dalam organisasi. Saat ini belum banyak tim yang memiliki hal tersebut. Padahal, bagi tim, pemain adalah pion penting yang harus diperhatikan dari banyak sisi,” ungkap Indra kepada KINCIR.

***

Industri esports dalam negeri tengah menunjukkan perkembangan dan menjadikan para gamer profesional sebagai pion garis depan. Jika kesehatan mereka tidak diperhatikan, bisa jadi upaya memajukan esports akan tertatih-tatih. Apalagi, para atlet esports ini kerap menunjukkan upaya terbaik mereka dalam setiap pertandingan.

Semoga kita tidak lagi mendengar kabar mengenai masalah kesehatan para pemain esports, apalagi yang berujung pada kematian seperti yang dialami oleh Minky. Kalau menurut kalian, hal apa yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya menjaga stabilitas fisik dan mental para pejuang tim esports? Kasih tahu pendapat kalian di kolom komentar, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.