Seperti yang sudah lo ketahui, Aether Main berhasil menjuarai MSC 2018 setelah mengalahkan Digital Devils Professional Gaming (DDPG) di partai final. Dominasi Aether Main sama sekali tak terbendung setelah menang dengan skor 3-0. Namun, apakah lo tahu kalau satu-satunya kekalahan tim asal Filipina ini datang di game semifinal saat melawan Aerowolf Roxy?
Yap, Aerowolf patut berbangga karena mereka lah satu-satunya tim yang berhasil mencuri kemenangan dari sang juara. Meski mereka kalah dari RRQ di partai perebutan juara ketiga, perjuangan Afrindo "G" dan kawan-kawan patut diapresiasi. Mereka juga mendapat pengakuan dari Aether Main sebagai tim Indonesia terkuat di MSC 2018.
Tentunya menarik untuk membahas bagaimana Aerowolf mampu mengimbangi dominasi Aether Main di partai semifinal MSC 2018. Maka dari itu, enggak perlu berlama-lama lagi, yuk simak baik-baik analisis pertandingan antara keduanya di bawah ini!
1. Game 1 – Aether Main (20) – Aerowolf (16)
Meski kesannya seperti sedang ingin membaca permainan Aether Main di game pertama, Aerowolf terlihat langsung ingin membungkam lawannya dengan strategi draft pick-nya. Watt dipercaya memilih Karrie untuk menembus pertahanan Aether Main yang sangat solid sejak babak grup. Terlebih Aether Main kerap mengandalkan Grock yang saat ini sedang menjadi meta Tank.
Aether Main patut diapresiasi dengan strategi draft pick-nya karena nge-banned Hayabusa dan mencuri Alpha yang selama ini menjadi hero andalan Billy. Strategi split push yang selama ini selalu efektif bagi Aerowolf pun tak bisa berjalan dengan baik. Andaikan Billy mendapatkan Hayabusa, Bane, atau Alpha di game ini, mungkin hasil pertandingan bisa berubah.
Aerowolf kecolongan di menit-menit pertama setelah Billy dua kali terkena ciduk Aether Main di bottom lane. Harus diakui, Billy menjadi lubang bagi timnya di game pertama. Berkali-kali dia terkena ciduk hingga akhir game. Masalahnya, dia menggunakan Martis yang harusnya mampu mengubah jalannya pertandingan lewat damage dan kemampuan kontrolnya. Tak memakai hero favoritnya membuatnya seperti bermain tanpa arah selama pertandingan ini.
Selain Billy, sebenarnya keempat pemain Aerowolf bermain dengan sangat baik. Secara mengejutkan mereka berhasil meratakan mid lane turret Aether Main pada menit ke-11. Keunggulan Aerowolf juga terlihat jelas dari segi kill dan networth setelah berhasil membunuh 13 kali dan hanya terbunuh delapan kali.
Namun, mimpi indah Aerowolf berakhir begitu saja di menit ke-13. Grock dari Aether Main membuyarkan segalanya setelah berhasil mencuri Lord. Seakan panik, Aerowolf pun kocar-kacir saat tahu kecurian dan justru nyaris terkena wiped out. Mimpi yang seharusnya berakhir indah berubah jadi mimpi terburuk bagi Aerowolf.
Dari sinilah angin pertandingan bertukar posisi ke arah Aether Main. Reputasi mereka sebagai tim yang tak pernah menyia-nyiakan kesempatan ini terlihat jelas di game ini. Setelah mencuri Lord, mereka pun langsung balik menggempur Aerowolf dan berhasil meratakan turret mid dan bottom lane.
Meski digempur balik, Aerowolf enggak panik begitu aja. Pertahanan mereka yang selama ini terbukti kerad dibuktikan lagi di game ini. Sayangnya, kesempatan untuk menyerang balik justru menjadi bumerang bagi mereka. Permainan objektif Aether Main terbukti menjadi kunci setelah mereka sukses mengincar Watt dan G sebagai carry pada saat war yang terjadi di midlane. Tak punya carry, Aerowolf pun keteteran tanpa damage sehingga Aether Main menggempur tanpa ampun hingga memenangkan game pertama.
2. Game 2 – Aerowolf (29) vs Aether Main (26)
Salah satu game terseru selama gelaran MSC 2018. Kedua tim sama-sama main ngotot sekaligus rapi sejak awal hingga akhir game. Bergantian menyerang, mereka juga saling memperlihatkan pertahanan terbaik saat terdesak. Hasilnya, pertandingan pun berjalan hingga 30 menit lamanya. Di pertandingan ini, penggemar Mobile Legends di Indonesia bernapas lega setelah Aerowolf berhasil mencuri kemenangan.
Setelah strategi split push menggunakan Martis gagal di game pertama, Aerowolf pun menyesuaikan diri dengan nge-pick hero damage dealer untuk menggantikan Hayabusa dan Bane sebagai pusher yang di-banned oleh Aether Main. Billy yang bermain buruk di game pertama mampu tampil baik menggunakan Harley.
Kedua tim bermain berimbang dari menit awal hingga mid game. Baik Aerowolf maupun Aether Main sama-sama bertukar serangan dan kill. Perolehan networth pun saling menyusul. Namun, Aerowolf lah yang terlihat lebih apik setelah nyaris meratakan turret di bottom lane Aether Main di menit ke-12. Sayangnya, serangan tersebut gagal dan membuat tiga hero mereka terbunuh. Aether Main pun memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapatkan Lord dan menyerang balik.
Aether Main yang tadinya sama sekali tak dapat menyentuh turret Aerowolf pun pada akhirnya mulai membalikkan keadaan. Membiarkan Lord dihabisi, Aether Main pun menggerogoti pertahanan musuh hingga hanya tersisa turret garis terakhir saja. Meski digempur, lagi-lagi Aerowolf tak panik dan justru bisa perlahan mengembalikan momentum yang sempat hilang.
Setelah tahu sama-sama tak punya pertahanan yang baik, kedua tim pun bermain dengan sangat hati-hati. Hampir selama 10 menit kedua tim bermain tarik ulur. Hanya satu atau dua kali ada kill yang diraih oleh kedua tim selama momen tersebut.
Ada satu momen yang sebenarnya bisa menghasilkan keuntungan bagi Aerowolf, tapi tak dapat dimanfaatkan dengan baik. Di menit ke-21, empat hero Aether Main mengerubungi Rave dengan Chou yang sendirian di bottom lane. Saat seharusnya Aerowolf memanfaatkan kesempatan ini untuk push, mereka justru maju membantu Rave yang sebenarnya sangat kerad karena dalam kondisi darah masih penuh dan efek immortal. Padahal, mid lane Aether Main terbuka lebar bagi mereka untuk maju.
Aether Main melakukan kesalahan yang terbilang sangat jarang mereka lakukan di penghujung game. Gempuran yang mereka lakukan ke markas Aerowolf justru berbalik menjadi bencana setelah empat hero tewas. Jawhead dari tim Aether Main memang berhasil mendapatkan Lord. Namun, hal itu enggak cukup untuk menahan Aerowolf yang menyerang balik. Mereka pun berhasil mencuri game kedua yang berlangsung sangat alot ini.
3. Game 3 – Aether Main (29) vs Aerowolf (14)
Di game penentuan, Aether Main tetap pada objektifnya, yakni enggak membiarkan Aerowolf menjalankan strategi split push. Lagi-lagi mereka nge-banned Hayabusa dan Bane. Bukti perbedaan nyata dari segi strategi draft pick antara pemain Filipina dan Indonesia juga diperlihatkan di game ini. Secara tak terduga, Yuji dari Aether Main memilih Pharsa dan Lapu-lapu saat last pick.
Gara-gara strategi draft pick dari Aether Main, Aerowolf seakan berada di ujung jurang karena harus memilih antara hero Tank atau hero spesialis dive. Masalahnya, mereka sudah memilih tiga hero hitter dan belum memilih Tank. Sementara itu, Pharsa yang dikenal memiliki damage supersakit pun mau tak mau harus di-counter dengan hero seperti Gusion atau Natalia.
Namun, entah kenapa Aerowolf pede dengan tetap memilih Kaja yang merupakan hero Tank/Support sebagai last pick. Padahal, mereka seharusnya memilih hero Tank yang punya kemampuan dive atau charge dengan efek kontrol seperti Akai.
Hal ini jelas tak menguntungkan bagi Aerowolf. Yuji dengan Pharsa benar-benar trengginas dengan skill Ulti yang areanya sangat luas. Aerowolf benar-benar kebingungan bagaimana caranya menahan Pharsa dengan absennya hero spesialis dive. Jawhead sebenarnya bisa melakukannya dengan skill Ulti. Namun, terlalu berisiko untuk hero semi-tank sepertinya untuk mengorbankan diri.
Hasilnya pun terlihat jelas, Yuji menggila sejak mid hingga late game dengan perolehan akhir KDA 11/1/9. Skill Ulti Pharsa benar-benar menahan laju dari Aerowolf yang terlihat sangat bingung untuk menahan sang hero penyihir burung tersebut.
Di saat Aerowolf terlalu fokus untuk membunuh Pharsa, Aether Main pun berhasil memanfaatkan kesempatan tersebut untuk farming dengan efektif sehingga membuat perolehan networth makin menjauh. Meski sempat bertahan dengan baik, pada akhirnya Aerowolf harus menyerah setelah Aether Main berhasil mendapatkan Lord yang meratakan markas mereka.
Strategi pick terlihat jelas menjadi pembeda antara Aether Main dan Aerowolf. Pharsa sukses menjadi kunci pertandingan sebagai daya gedor utama sekaligus benteng bagi Aether Main. Aerowolf terlihat sangat kebingungan untuk menahan Pharsa sehingga sama sekali tak mendapatkan kesempatan untuk menyentuh turret Aether Main.
***
Pertandingan ini memperlihatkan dengan jelas kepada pemain Mobile Legends di Indonesia bahwa objektif dan strategi draft pick adalah hal yang wajib diperhatikan. Kebanyakan tim profesional maupun amatir selama ini terlihat terlalu mengandalkan hero meta. Di saat mereka berani berjudi dengan memilih hero sesuai objektif, banyak pemain kita justru tetap memilih hero meta tanpa memikirkan counter yang baik.
Aether Main dengan sangat apik juga berhasil menahan strategi split push yang selama ini gencar digunakan oleh Aerowolf. Mereka tanpa basa-basi langsung nge-banned Hayabusa dan Bane yang menjadi hero spesialis push di ketiga game. Hasilnya pun terlihat jelas. Billy dari Aerowolf yang selama ini selalu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai seorang pusher benar-benar dibuat mati kutu karena tak bisa menggunakan hero andalannya.
Meski kalah, Aerowolf tampil sangat menjanjikan di pertandingan ini. Game ketiga bisa dibilang bukan murni kesalahan mereka karena terbukti Aether Main memiliki strategi yang lebih matang. Aether Main juga memiliki Yuji yang wajar menjadi pemain terbaik se-MSC 2018 berkat kemampuan dan instingnya yang berada di level dewa untuk saat ini.
Pertandingan mereka di babak semifinal MSC 2018 ini pasti akan memecut semangat mereka untuk tampil lebih baik di pertandingan atau turnamen selanjutnya. Semangat terus buat Aerowolf Roxy! You guys rock!